Reviews

行人 by Natsume Sōseki, 夏目漱石

litdreamer's review against another edition

Go to review page

mysterious reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

spacestationtrustfund's review against another edition

Go to review page

3.0

「行人」 (wayfarer) by Natsume Sôseki (夏目 漱石). Translation by Yu Beongcheon (유병천).

febrfebrfebr's review against another edition

Go to review page

3.0

Buku ini dibuka dengan pengantar penerjemah yang bisa dikatakan berbunga-bunga, namun cukup informatif. Di sini, pembaca bisa mengetahui latar belakang kepenulisan Soseki. Aku paling terkesan dengan rencana 10 tahunnya yang kurasa sangat berkontribusi pada kematangan ketrampilan menulis dan wawasan kesusastraannya. Bagian ketiga hingga terakhir dari pengantar sepanjang 26 halaman ini merupakan tanggapan mengenai novel itu sendiri. Tanggapan tersebut terasa sangat scholarly sehingga mungkin akan terasa cukup berat bagi pembaca awam, terutama bagi yang belum terbiasa membaca kritik sastra.

The Wayfarer ditulis dalam empat bagian: Friend, Brother, Return and After, dan Anguish. Bagian pertama menceritakan perjalanan sang tokoh utama, Jiro, yang bermaksud bertemu dengan kawannya, Misawa, untuk berangkat naik gunung bersama dari Osaka. Jiro turut membawa amanah dari ibunya untuk mengevaluasi kolega saudara jauhnya yang hendak dijodohkan dengan pesuruh mereka di Tokyo. Jiro menghabiskan waktu cukup lama menanti kehadiran kawannya, hingga kemudian ia mengetahui bahwa Misawa masuk rumah sakit akibat tukak lambung yang cukup parah. Selama menunggui kawannya di rumah sakit, Jiro mengikuti perkembangan "tetangga" Misawa di rumah sakit, seorang geisha dengan tukak lambung yang lebih parah. Misawa merasa bertanggungjawab karena geisha tersebut kumat tukak lambungnya setelah minum-minum ketika sedang mendampingi Misawa yang kemudian juga jatuh sakit. Lebih jauh lagi, geisha itu mengingatkannya pada seorang perempuan di masa lalunya yang telah meninggal.

Pada bagian kedua, pembaca akan diperkenalkan kepada kakak laki-laki Jiro yaitu Ichiro (aku sempat mengira akan ada saudara laki-laki ketiga bernama Saburo, LOL). Ichiro curiga kalau istrinya, Nao, sebenarnya suka dengan Jiro. Dia kemudian meminta Jiro menguji kesetiaan Nao dalam sebuah kesempatan berduaan. Setelah “pengujian” dilakukan, meskipun jawaban intinya sudah jelas, Ichiro kecewa bahwa Jiro nggak memberi penilaian mendetail tentang Nao. Di sini tersirat bahwa Ichiro kurang bisa memahami karakter orang di sekitarnya termasuk istrinya sendiri. Lama kelamaan, pada bagian ketiga hingga keempat, dia mulai frustrasi sampai depresi akibat merasa kekurangan social skillnya sudah nggak ada obat. Kompleksitas alam pikiran Ichiro juga turut mempengaruhi kondisi mentalnya.

Bagian ketiga sendiri memperkenalkan Oshige, adik perempuan Jiro dan Ichiro, yang sudah cukup lama meresahkan ibu mereka karena tidak kunjung mendapat pinangan. Oshige sendiri sepertinya memiliki kecenderungan brother complex. Ibu mereka sempat meminta Jiro untuk membicarakan prospek pinangan kepada Misawa, namun Misawa sendiri cenderung belum move on dari perempuan di masa lalunya. Sementara itu, hubungan Jiro dengan Ichiro semakin mendingin hingga akhirnya Jiro memutuskan untuk pindah dari rumah keluarganya tersebut. Bagian empat sebagian besar menceritakan mengenai memburuknya kondisi mental Ichiro dan usaha-usaha yang diupayakan Jiro sekeluarga untuk memperbaiki kondisi tersebut.

Sesuai judul buku ini, Jiro sebagai narator tunggal sering jadi perantara hubungan beberapa orang, terutama antara Ichiro dan Nao. Di kesempatan lain, Jiro juga jadi perantara beberapa perjodohan atas suruhan ibunya, misalnya antara Osada dengan Osano, dan Oshige dengan Misawa. Dari berbagai pengalamannya ini, Jiro jadi mengamati betapa perjodohan itu terkesan sederhana dan sangat mudah difinalisasi, namun sangat mempengaruhi hidup seseorang ke depannya. Mungkin ia juga jadi mendapat kesan bahwa perempuan sungguhlah misterius. Sepertinya dia sendiri jadi agak malas untuk menikah setelah menyaksikan itu semua.

Berdasarkan pengantar penerjemah yang sedikit menceritakan latar belakang Soseki, aku mengamati bahwa profesi kakak beradik dalam buku ini merupakan cerminan dari hidup dan harapan Soseki sendiri. Jiro adalah seorang arsitek, profesi yang diidamkan Soseki sebelum kemudian menceburkan diri dalam dunia sastra. Sementara itu, Ichiro adalah seorang profesor dan cendikiawan di sebuah universitas, sama seperti profesi Soseki sebelum memutuskan untuk sepenuhnya menjadi penulis. Meskipun demikian, apakah sifat dan alam pikiran mereka juga merupakan cerminan dari Soseki sendiri, sepenangkapanku tidak tersurat maupun tersirat dalam buku ini.

Ketika dibaca babak per babak, bagian per bagian, rasanya agak sulit menarik benang merah atas apa sebenarnya yang hendak diceritakan buku ini. Lika-liku karakter dan masa lalu Misawa serta keseharian bersama saudara jauh Jiro di bagian pertama agak terasa seperti filler yang kurang jelas perannya di bagian-bagian selanjutnya. Ichiro sedikit tertarik dengan drama masa lalu Misawa dengan perempuan kurang waras yang masih memenuhi pikirannya, namun aku merasa bahwa ketertarikan itu tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan kondisi mental Ichiro. Cerita bapak mereka mengenai seorang perempuan buta yang pernah menjadi kekasih koleganya mungkin sedikit berkontribusi pada menumpuknya rasa frustrasi Ichiro dalam konteks tertentu, namun juga tidak terlalu banyak berperan terhadap keseluruhan cerita. Kehadiran Oshige dan harapan ibunya untuk menjodohkannya dengan Misawa pun tidak terlalu menonjol dalam buku ini. Kupikir karakter cerita yang agak ngalor-ngidul ini ada hubungannya dengan latar belakang penulisan cerita yang semula merupakan serialisasi di sebuah koran. Sepertinya penulis tidak terlalu memiliki bayangan yang jelas mengenai arah cerita ini di babak-babak pertamanya, tapi ini hanya sekadar asumsiku saja. Secara keseluruhan, aku cukup menikmati buku ini, namun kurasa buku ini bisa jadi cukup membosankan bagi beberapa pembaca yang mengidamkan keseruan aneka sensasi dan tegangan-tegangan.

elisefur's review

Go to review page

4.0

「簡單說,我是一個攤開地圖,在調查地理的人。因此我焦慮地想要綁起手腳,跋山涉水,和那些實地考察的人有同樣的體驗。我很迂腐。我很矛盾。雖然明知自己迂腐,明知自己矛盾,依然還在掙扎。」

「你哥哥的頭腦過於清晰,動不動就想丟開自己往前進。你哥哥心以外的某些東西無法和他的理智步調一致地往前進,這正是他的痛苦所在。就人格而言,那裡有漏洞;就成敗而言,那裡潛藏著破滅。」

靈肉分離就是這麼回事。高貴和墮落之間只有一線之隔。

valjon87's review against another edition

Go to review page

reflective sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

More...