Reviews

Minimarket yang Merepotkan by Kim Ho-yeon

itzdiyann's review

Go to review page

4.0

Yang membuat buku ini menarik yaitu tentang bagaimana Dokgo melakukan hal-hal kecil tapi berharga terhadap pengunjung minimarket, Dokgo mencoba mengajak ngobrol mereka, ingat hal-hal kecil tentang mereka, apa yang dia lakuin bisa membuat hati kita menghangat. Lebih menariknya lagi, hal-hal yang dilakukan Dokgo itu cenderung unik, atau bahkan sebagian orang menganggap Dokgo itu 'aneh'. Dari awal pun sosok Dokgo ini bikin penasaran, karena Dokgo sendiri tidak tahu siapa dirinya.

Lewat buku ini tuh, seolah-olah kita diingatkan untuk menghargai orang lain dan melatih kita untuk berempati. Dari buku ini yang bisa aku tangkep, kalo semua orang punya masalah & alasannya sendiri kenapa mereka bertindak seperti itu.

Buku ini ngangkat topik permasalahan realistis yg terjadi di sekitar kita. Perasaan terasingkan, tidak tahu apa yg ingin dilakukan buat masa depan, masalah rumah tangga, tidak bisa 'berkomunikasi' dgn orang terdekat, hingga coping stress yg negatif. It makes me love this book!

Aku pikir yaa, yang bikin aku tertarik sama bukunya tuh cuma sampe di sini aja, ternyata enggak, di balik Dokgo yang misterius, kita dibawa untuk mengikuti kisah Dokgo di bagian buku menuju akhir. Dokgo itu siapa? Dokgo kenapa melakukan hal tsb?

Keren sihh penulisnya bikin cerita ini! Selain dapet pembelajarann lewat membaca, kita juga dikasih experience lain yang bikin kita penasaran sama tokoh-tokohnya.

neshasurya's review

Go to review page

3.5

kalau kamu suka sama literary fiction, terutama healing fiction yg vibesnya heartwarming dan mengangkat isu empati, kayaknya kamu bisa suka buku ini. 

buku ini bercerita tentang seorang nenek pemilik minimarket. suatu hari, dompetnya hilang dan ternyata ditemukan oleh seorang tunawisma yg hilang ingatan bernama dokgo. dia rela melakukan apapun bahkan sampe rela digebukin sama tunawisma lain demi menjaga dompet tersebut. atas kebaikannya, si nenek akhirnya mempekerjakan dokgo di minimarketnya. 

sepanjang buku ini, kita bisa liat bahwa ternyata seorang mantan tunawisma justru bisa punya empati dan hati nurani yang ada di atas rata-rata. sampe dia bisa menyelesaikan masalah orang-orang di sekitar si nenek dengan ngasih solusi unik yg bahkan gak terduga. 

karena menggunakan multiple pov, baca buku ini juga gak bikin bosen. apalagi ternyata bisa relatable karena bahas mid-life crisis, susahnya komunikasi antara ibu dan anak sampe kenapa seorang ibu pengen anaknya jadi pns aja haha 

agak kaget juga sama endingnya yg menjelaskan siapa itu dokgo dan kenapa dia bisa jadi tunawisma. tapi baca buku ini bikin aku paham kalau masa lalu kelam ternyata bisa bikin orang jadi lebih baik lagi. 

springdazzle's review

Go to review page

5.0

“Aku malu, tetapi aku memutuskan untuk tetap hidup. Aku memutuskan untuk membantu apa yang bisa kubantu, berbagi apa yang bisa kubagi, dan aku memutuskan untuk tidak serakah.”

Buku ini bercerita tentang Dokgo yang semula adalah seorang tunawisma penderita demensia di stasiun Seoul yang menemukan dompet sang Nyonya pemilik minimarket Always dan akhirnya ditawari untuk bekerja di sana.

Pada awalnya, orang-orang memandang Dokgo dengan aneh maupun sebelah mata karena statusnya sebagai tunawisma di masa lalu dan kemampuan berbicaranya yang kurang lancar dikarenakan sudah terlalu lama tidak berkomunikasi dengan orang lain. Namun, lambat laun Dokgo membawa banyak perubahan baik kepada orang-orang di sekitarnya. Entah itu membantu penjualan minimarket, mengusir pembeli yang menyebalkan, bahkan membantu karyawan-karyawan yang ada di minimarket beserta Nyonya pemiliknya.

Di balik kisah-kisah mengharukan yang disuguhkan di buku ini, tentu masih terdapat misteri tentang Dokgo; siapa Dokgo sebenarnya? Mengapa dia berakhir sebagai tunawisma di stasiun Seoul serta kehilangan ingatannya?

Menurutku sendiri, semua cerita yang ada di buku ini meninggalkan kesan yang dalam, termasuk cerita dari Dokgo sendiri. Aku awalnya tidak menaruh ekspektasi tinggi untuk buku ini, tapi sehabis menyelesaikannya ternyata buku ini masuk ke jajaran buku kesukaanku. Akhir kata, aku harap kita semua bisa menjadi Dokgo yang membawa pengaruh baik ke orang-orang di sekitar kita dan semoga kita bisa berdamai dengan masa lalu yang mungkin tidak ingin kita ingat. Buku ini pantas mendapatkan bintang 5!

suakamuara's review

Go to review page

emotional hopeful inspiring lighthearted reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.25

Membaca healing fiction selalu menyenangkan. Kisah Dokgo, perjuangannya mendapatkan kehidupan 'berarti' yang sebelumnya sempat dilewatkan melalui sebuah minimarket yang merepotkan sangat sangat mengharukan. Siapa yang bisa menduga kalau dari sikapnya yang cukup bijak saat mengelola minimarket ternyata tersimpan masa lalu kelam.

qonsreading's review

Go to review page

emotional hopeful reflective sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

selm's review

Go to review page

emotional hopeful inspiring reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

aliferuz's review

Go to review page

hopeful inspiring lighthearted reflective slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

Imma be honest that this book bored me, terutama di bagian tengah-tengah. I'm not fond of slow-paced plot. Buku ini berisi konflik-konflik kecil yang terjadi kepada orang-orang di sekitar Dokgo. Dan dari situlah uniknya. Konflik-konflik kecil itu diselesaikan Dokgo dengan cara yang sederhana, tidak muluk-muluk, bahkan kadang out of the box.

Buku ini juga menunjukkan sisi manusia tentang peran mereka yang kadang kita abaikan. Misalnya, konflik antara Ibu Inseok dengan anaknya yang suka main gim dan tidak bekerja. Mayoritas orang akan berada di pihak Bu Inseok. Tapi, dari buku ini kita seperti diajak untuk menyelesaikan sesuatu dengan mencoba berada di pihak netral dan mendengarkan dari dua sisi.

Kemudian, yang membuat buku ini memiliki impact yang besar adalah bagian akhir. Semua konflik kecil itu akhirnya memiliki benang merah yang terlihat di bagian akhir.


"Ibu telah menyelamatkan orang yang layak mati.



"Sungai bukanlah tempat untuk jatuh, tetapi tempat yang harus diseberangi. Jembatan adalah tempat untuk menyeberang, bukan untuk melompat."
 

chaconne's review

Go to review page

emotional hopeful reflective relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

“Aku malu, tetapi aku memutuskan untuk tetap hidup. Aku memutuskan untuk membantu apa yang bisa kubantu, berbagi apa yang bisa kubagi, dan aku memutuskan untuk tidak serakah.”

Buku ini bercerita tentang Dokgo yang semula adalah seorang tunawisma penderita demensia di stasiun Seoul yang menemukan dompet sang Nyonya pemilik minimarket Always dan akhirnya ditawari untuk bekerja di sana. 

Pada awalnya, orang-orang memandang Dokgo dengan aneh maupun sebelah mata karena statusnya sebagai tunawisma di masa lalu dan kemampuan berbicaranya yang kurang lancar dikarenakan sudah terlalu lama tidak berkomunikasi dengan orang lain. Namun, lambat laun Dokgo membawa banyak perubahan baik kepada orang-orang di sekitarnya. Entah itu membantu penjualan minimarket, mengusir pembeli yang menyebalkan, bahkan membantu karyawan-karyawan yang ada di minimarket beserta Nyonya pemiliknya. 

Di balik kisah-kisah mengharukan yang disuguhkan di buku ini, tentu masih terdapat misteri tentang Dokgo; siapa Dokgo sebenarnya? Mengapa dia berakhir sebagai tunawisma di stasiun Seoul serta kehilangan ingatannya?

Menurutku sendiri, semua cerita yang ada di buku ini meninggalkan kesan yang dalam, termasuk cerita dari Dokgo sendiri. Aku awalnya tidak menaruh ekspektasi tinggi untuk buku ini, tapi sehabis menyelesaikannya ternyata buku ini masuk ke jajaran buku kesukaanku. Akhir kata, aku harap kita semua bisa menjadi Dokgo yang membawa pengaruh baik ke orang-orang di sekitar kita dan semoga kita bisa berdamai dengan masa lalu yang mungkin tidak ingin kita ingat. Buku ini pantas mendapatkan bintang 5! 

prima's review

Go to review page

hopeful inspiring reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

tiareadsbooks25's review

Go to review page

4.0

•recently read•

4.3/5⭐

•••

Minimarket Yang Merepotkan bercerita tentang Dokgo, seorang tunawisma demensia yang 'tinggal' di Stasiun Seoul. Berkat pertemuannya dengan Nyonya Yeom Yeongsuk, pemilik Always—minimarket kecil di gang Cheongpa-dong—Dokgo memiliki pekerjaan dan memulai kehidupan baru di Always.

Awalnya, kehadiran Dokgo di minimarket itu tak begitu diterima dan dianggap sebelah mata. Apalagi dengan penampilan menyeramkan, cara bicara yang gagap, dan sikapnya yang apa adanya. Namun, tanpa sadar, pertemuan dan interaksi Dokgo dengan banyak orang di minimarket pun mengubah jalan hidup orang-orang itu, tak terkecuali Dokgo sendiri. Sayangnya, identitas dan masa lalu Dokgo masih menjadi misteri. Siapakah Dokgo sebenarnya?