Reviews

Paper Boats by Dee Lestari

margsvault's review against another edition

Go to review page

3.0

Awalnya ketika aku membaca 70% dari isi buku, aku mau ngasih rate 4. Tapi setelah selesai membaca... ahh. Damn, this book has the thing!


(-) Yang gak terlalu aku suka:
> Terkadang semua yang dilakukan karakternya terlalu cepat terjadi. Belum sempat mencerna suatu kejadian, eh scene yang lain muncul aja. Ada kesan buru-buru di beberapa bagian yang kalo menurut aku, jadi kurang klop gitu.

> 1% karakteristik dari tokohnya agak terlalu galau, kalo menurut aku. Tapi cuma 1% lho!


(+) Yang aku suka banget:
> Sifat-sifat unik karakternya, apalagi Kugy. My favorite!

> Alurnya yang unexpected dan gak disangka-sangka... apalagi keterkaitan Remi dan Keenan itu, lho!

> Yang paling aku hargai dari buku ini... pesan moralnya. Aku dapat banyak banget pesan moral dari buku ini, plus quotes-quotesnya yang keeeeren. Endingnya yang buat hati itu damai (sedikit cliffhanger sih tapi itu yang bikin spesial) benar-benar... AAAAAAAAAAAAAH!



Recommended book! Tapi jangan dibaca kalau kalian gak terlalu suka cerita berlatar Indonesia dengan alur yang lumayan panjang. Aku sebenarnya sempat bosan juga bacanya. Tapi at the end, it was worth it! <3

agustinap's review against another edition

Go to review page

3.0

I enjoyed it. First I didn't even know who it had ended in my kindle, then I remembered downloading it from Amazon. Cute story.

cintantyasr's review against another edition

Go to review page

4.0

Novel ini merupakan novel pertama Dewi Lestari yang bergenre populer. Yaitu yang berisi kisah cinta antara laki-laki dan perempuan. Kugy dan Keenan yang sebenarnya saling mencintai dan melengkapi, tapi harus melewati banyak konflik berbelit yang akhirnya mempertemukan keduanya kembali.
Menurut saya, dalam novel ini konflik berbelit yang sampai membuat buku ini setebal lebih dari 400 halaman itulah yang menjadikan kelemahan buku ini. Konfliknya cenderung bikin bosan dan gemas karena seperti baca novel kebanyakan dan nggak rampung-rampung. Padahal sudah jelas bagaimana akhirnya. Seperti ketidakjujuran perasaan antara Keenan dan Kugy yang ditunda-tunda. Tokoh Wanda yang selalu ada sebagai bumbu dalam setiap cerita cinta di mana-mana (menurut saya, adegan Wanda yang mabuk di pesta itu bikin malas). Lalu juga kebetulan-kebetulan yang selalu terjadi dalam plot cerita cinta ( tokoh Remi, pacar Kugy, yang ternyata kolektor lukisan Keenan; pertemuan Kugy dengan Luhde di Pura; d.l.l.).
Dalam novel ini saya sangat menyukai tokoh Keenan, Kugy, dan keduanya jika dipersatukan. Keenan memang tokoh impian yang sudah cakep, pinter tanpa perlu susah-susah belajar, dan berjiwa seni yang romantis. Bahasanya yang baku tapi sopan dan kadang-kadang lucu itu (misalkan pengalaman paling anehnya adalah lipsync lagu Meggy Z dan selalu membalas ocehan Kugy dengan sama konyolnya) membuat saya jadi ikut memimpikan tokoh Keenan dalam kehidupan nyata. Tokoh Kugy sendiri membuat saya salut. Walaupun tokoh cewek tomboy nan cuek selalu ada dalam berbagai cerita romantis, tapi Kugy digambarkan agak berbeda karena dia sangat ekspresif menunjukkan siapa dirinya yang kalau orang pada umumnya akan berpendapat aneh banget tapi karena dia nyaman-nyaman saja dengan keanehannya, kelemahan itu justru jadi kelebihannya. Imajinasi Kugy tentang agen neptunus, impiannya menjadi juru dongeng waktu kecil, celutukannya yang sangat cerdas, kesukaannya mengirim perahu kertas, dan kutipan favoritnya yang bagus sekali dari W.B. Yeats:
“Mari terus maju, hai juru-juru dongeng!
Tangkaplah setiap sasaran tujuan hati. Dan jangan takut.
Segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar,
Dan bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita”
Awalnya saya yakin novel ini bakal jadi buku favorit saya ketika saya membaca bab-bab awal, dua anak yang baru saja lulus SMA itu mulai berkenalan. Saat itu Keenan dan Kugy bertukar cerita tentang minat dan cita-cita mereka yang seperti khayalan saja. Kugy ingin menjadi juru dongeng, tetapi dengan profesinya yang tidak umum itu dia pikir dia nggak bisa hidup dari itu sehingga dia terpaksa menunda mimpinya sampai dia sudah hidup mapan dulu. Keenan jelas nggak setuju, tapi Kugy berkata, “aku nggak tahu kamu selama ini hidup di planet mana, tapi di planet bernama realitas ini aturan mainnya memang begitu,” lalu dalam bab selanjutnya Keenan berkata, “Mungkin harus dengan cara yang kamu bilang dulu. Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi.” Bagian itu begitu menyentuuuh banget. Karena saya pun mengalami hal yang hampir sama dengan kedua tokoh itu.
Meskipun perlu sabar ketika membaca di tengah cerita karena berbagai konflik pasarannya, Dewi Lestari selalu memberikan bobot dalam novelnya dengan hal-hal yang mendetil dan dipikirkan dengan matang sehingga nggak sekedar novel bergenre populer. Lalu, saya pikir dengan bab-bab awal tadi yang begitu berkesan buat saya, novel ini sangat direkomendasikan karena punya pesan yang dalam.

prahayu's review against another edition

Go to review page

5.0

Novel yang keren dan bagus. Karakter unik Kugy dan karakter Keenan yang keren. Kisahnya gak bikin bosen dan dijamin sanggup mengaduk-aduk emosi. Kisahnya sweet romantis. Gak mengecewakan sekali. Ini adalah novel.Dee yang teringan dari yang lain

wombat_88's review against another edition

Go to review page

adventurous emotional reflective slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

2.0

bookworm32's review against another edition

Go to review page

4.0

I wish I had known two things when I first read this book: 1) It was translated from its original language and 2) It was originally a digital series in Indonesia.

The translation is very good, but every once in a while the description or dialogue felt somewhat stilted or disjointed. This is by no means the translator's fault, nor do I think it was the author. I feel that many times when a book goes from its native language to English some of the flow or beauty can get lost. As for the fact that it was a series released in smaller chunks- that makes a lot more sense with how the story is told month by month over a series of years.

Needless to say, I did very much enjoy the book and the lives of Kugy and Keenan.

ailbhereads's review against another edition

Go to review page

funny lighthearted relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

3.0

librinania's review against another edition

Go to review page

3.0

reading this in more than a decade after it's published made me realize how it feels so mainstream-at the moment. maybe a teenage me would love it more than current me, but at least i like their realistic dream-believing delivering. some kind of crazy, and romantizing stuff were not bold and okay-ish. i'm just not fan of the feels-so-urged plot wise.

p3n1's review against another edition

Go to review page

4.0

Konon, katanya, buku ini digembar-gemborkan sebagai buku yang bisa didownload lewat operator seluler. Sayangnya, saya waktu itu nggak pake operator yang ditentukan, jadi ya nggak bisa ikutan menikmati baca, sampai akhirnya buku versi cetaknya muncul.

Yah, saya baca buku ini karena kata orang buku ini begini dan begitu. Di luar "tren" bahwa banyak orang baca buku ini, saya memang suka kok, tulisan-tulisan Dee. Cuma, memang, buku ini agak berbeda dengan buku-buku Dee yang lain. Apapun kritik atau komentar miring tentang Perahu Kertas..., saya suka buku ini.

Perahu Kertas bercerita tentang dua tokoh utama, Keenan dan Kugy. Mereka sama-sama utusan Neptunus, yang memang sudah nyambung, walau baru juga ketemu.

Sebetulnya ceritanya lumayan muter. Kesimpulannya sudah bisa ditebak. Namun, Dee pintar memainkan peran dan emosi masing-masing karakter sehingga saya fine-fine aja, nggak terganggu dengan skenario cerita semacam ini di Perahu Kertas.

Masing-masing karakter dalam Perahu Kertas ini sangat kuat dan mereka bermain sangat cantik di buku ini.

That's why I love Perahu Kertas.

anpuriitheamore's review against another edition

Go to review page

4.0

Re-read setelah sekian lama, dan ternyata impression yang didapat beda ya. Mungkin karena dulu pertama kali baca pas usia sekolahan baca ini itu dapet banget feelnya, tapi kalau dibaca kembali rasanya ga sedalam itu.