Reviews tagging 'Grief'

Melangkah by J.S. Khairen

1 review

novi's review

Go to review page

Aku udah nggak sanggup nerusin baca buku iniiiii T-T Padahal aku sangat-sangat excited pas baca blurb-nya yang sangat menarik,  ingin sekali beli sampe kepikiran terus. Akhirnya beli lah. Kebetulan aku sedang ingin meng-explore buku-buku Indonesia yang membahas budaya Indonesia tapi secara seru dan light.

I really really wanna like this book, tapi dari halaman pertama, this book is really not my cup of tea. Di "kata pengantar" oleh penulis, aku baru tahu ternyata penulis buku ini bukan own voice. Si penulis bukan orang Sumba tapi menulis tentang Sumba.  Itu bukan hal yang salah, tapi sekarang aku sedang ingin membaca buku yang penulisnya own voices. Mungkin salahku ya karena ngga cari tahu dulu sebelum beli. Itu kekecewaan pertamaku. Lalu saat masuk ke cerita, it went dark right from the beginning. I'm not good with war stories. Perang itu selalu bodoh, termasuk perang yang ada di awal buku ini. Tapi aku terus baca, karena aku tahu bagian itu cuma prolog dan berharap nanti penulis akan mendiskusikan bahwa perang itu adalah sesuatu yang tidak perlu.

Tapiiii, masih di babak prolog (buku ini terbagi atas beberapa babak, "babak prolog" ini adalah Babak 1), tiba-tiba gaya bahasanya berubah. Yang awalnya agak seperti cerita rakyat (atau apa ya nama gaya ini tuh, aku juga agak bingung),  tiba-tiba  kita jadi kayak nonton sinetron pada saat scene ibu-ibu kaya raya datang ke pasar bersama anaknya, . It's all soooo caricaturish, jadi anaknya ngomong "aduh mamiiii, aku tuh harus belajar, kan aku sekolah di luar negeriiiii" dan mamanya ngomong "aduh mama tuh padahal udah bela-belain menolak didampingi sama bodyguard lho demi ditemenin belanja sama kamuuuu". Like.....why. Just why. If it was meant to be satire, it doesn't work.

Setelah itu muncul serangkaian kebetulan demi kelanjutan plot cerita dan seolah biar keren aja gitu. Gaya bahasa kembali ke gaya "resmi" lagi. Tapi itu tetap membingungkan buatku, karena tiba-tiba penulis memperkenalkan tokoh-tokoh baru tapi kayak buru-buru, cuma satu bab doang. Aku pribadi musti mengulang paragraf awal di "Episode 5 - Bocah Sumba" itu. Sorry for proofreading here, but the second sentence in that paragraph made it really confusing. Ini kalimatnya: "Elvia mengeluarkan tiga tiket pesawat. Aneh sekali, nama yang sama tertera di ketiga tiket itu." Di situ seolah yang merasa aneh adalah Elvia. Padahal jika kita teruskan membaca, kita akan tahu bahwa Elvia tidak akan merasa aneh soal itu. Karena dia yang beli itu tiket. Dia yang membagikan  itu tiket. I'm being annoying here tapi masih banyak hal-hal yang aneh dari dialog dan bahasa di buku ini, yang membuat aku nggak sanggup lanjut baca. Kalau soal cerita yang not my cup of tea itu masalah selera. Aku apresiasi premise-nya yang menarik dan mengambil topik silat yang nggak biasa. Tapi menurutku penulisan di buku ini bisa jauh lebih baik.

Maap ya rant aku belum selesaiiiii T-T Di babak 2, kita bertemu "empat sahabat" yang disebut di blurb. Sejauh yang aku baca, mereka kayak...nggak nyata? Masing-masing karakter dikasih 1-2 personality traits, lalu.... yaudah. Gitu aja. Mungkin di bab-bab selanjutnya bakal ada perkembangan dari karakter-karakternya ya, aku harap begitu. Karakter Ocha paling lumayan sih. Tapi tiba-tiba ada adegan sinetron lagi ala-ala Mean Girls. I was disappointed but not surprised. Lalu si Ocha ini tiba-tiba presentasi mata kuliah ekonomi di depan ketiga temannya like.....who talks like that in front of their friends in casual setting? Aku berasa baca buku pelajaran ekonomi yang trying too hard to be casual. Aku juga penasaran buku ini settingnya tahun berapa karena yang Ocha presentasikan adalah cara menipu eh maksudnya menjual kain tenun secara online tapi lewat website. Like did she really make a website from scratch to sell this ONE single thing?? That's too much work. If it's set around 2015s, isn't it easier to sell it from a marketplace?? Tapi aku nggak pernah belajar cara menipu orang ekonomi jadi tahu apa saya.

Expand filter menu Content Warnings