Reviews

Taiko by Eiji Yoshikawa, Hendarto Setiadi

dhieta's review

Go to review page

5.0

Novel ini mengambil seting Jepang zaman dahulu ketika keshogunan dalam masa kritis dan peperangan perebutan kekuasaan terjadi di mana – mana. Cerita dimulai dari tahun Temmon kelima, 1536, yaitu masa ketika Kinoshita Hiyoshi menjalani masa kanak – kanaknya yang berat. Setelah ayahnya meninggal, ibu Hiyoshi menikah dengan Chikuami. Hubungan Hiyoshi dengan ayah tiri yang memanggilnya Saru ini tidak baik, sehingga Hiyoshi dikirim ke kuil untuk belajar, namun dipulangkan karena berbuat kenakalan. Akhirnya Hiyoshi mengembara mencari pengalaman dengan berjualan jarum. Dalam perjalanan ini ia mengalami berbagai hal yang membuatnya belajar mengenai sifat manusia. Dari seorang yang sederhana, berkat kecerdikan dan ketulusannya Hiyoshi memperoleh kepercayaan dari orang – orang, sampai ia menjadi kepercayaan Oda Nobunaga. Sedemikian dalam kepercayaan Nobunaga padanya sampai – sampai Hiyoshi yang namanya menjadi Toyotomi Hideyoshi dianugerahi daerah dan kekuasaan militer. Sebagai tangan kanan Nobunaga, Hideyoshi berjumpa dengan banyak orang penting yang kelak berperan besar dalam sejarah Jepang, salah satunya adalah Tokugawa Ieyasu.

Nobunaga, Ieyasu, dan Hideyoshi bertemu dalam masa kekacauan. Ketiganya sama – sama ingin menyatukan Jepang, namun siapa di antara mereka yang berhasil mewujudkan impian tersebut ?

Ketiga tokoh tersebut merupakan tokoh penting dalam sejarah keshogunan Jepang. Kepribadian mereka diabadikan dalam senryu (comic haiku) berikut : “Nakanunara, koroshiteshimae, hototogisu. Nakanunara, nakashitemiseyou, hototogisu. Nakanunara, nakumadematou, hototogisu”. Arti dari haiku tersebut adalah “Jika burung tekukur tidak mau berkicau, bunuh saja. Jika burung tekukur tidak mau berkicau, buatlah ia ingin berkicau. Jika burung tekukur tidak mau berkicau, tunggulah.” Haiku tersebut melukiskan Nobunaga yang kejam , Hideyoshi yang cerdas, lalu Ieyasu dengan kesabarannya.

Taiko yang berjudul asli Taiko Ki merupakan buah karya novelis legendaris Yoshikawa Eiji. Novelis bernama asli Yoshikawa Hidetsugu ini dilahirkan pada 11 Agustus 1892 di prefektur Kanagawa. Ketertarikannya pada sastra dimulai pada usia belia 18 tahun, namun beliau benar – benar terjun dalam dunia tulis – menulis setelah menjadi juara pertama lomba penulisan novel Kodansha pada tahun 1914 dengan karya The Tale of Enoshima. Beliau bergabung dengan koran Maiyuu dan menulis serial Life of Shinran di koran tersebut. Karya berjudul Miyamoto Musashi yang ditulisnya tahun 1915 membuat namanya dikenal sebagai penulis novel fiksi histori. Beliau terpengaruh oleh karya – karya sastra kuno seperti Sānguó Yǎnyì (Romance of Three Kingdoms), Heike Monogatari (The Tale of Heike) , Hikaru Genji Monogatari (The Tale of Genji), dan Shu¡hû Zhuàn (Outlaws of The Marsh). Sebelum meninggal pada 7 September 1962, beliau pernah mendapat penghargaan Cultural Order of Merit, the Order of the Sacred Treasure, dan Mainichi Art Award. Yoshikawa - sensei telah menulis puluhan cerita fiksi, beberapa di antaranya adalah Edo Sangokushi, Sangokushi (penulisan ulang Romance of Three Kingdoms), Uesugi Kenshin, Ooka Echizen, Shin Suikoden (penulisan ulang Outlaws of The Marsh), Shin Heike Monogatari (penulisan ulang The Tale of Heike) , dan masih banyak lagi.

Sekitar tahun 90 – an novel Taiko pernah dirilis sejumlah sepuluh volume sebelum digabung menjadi satu buku seperti versi baru. Bentuk buku yang tebal dan jumlah halaman mungkin membuat beberapa orang sudah merasa malas duluan untuk membacanya. Saya mungkin tidak akan pernah membaca Taiko jika belasan tahun lalu saya yang masih SD disodori buku setebal ini. Terjemahan novel Taiko sangat baik, bahasa yang digunakan tidak begitu rumit sehingga enak dibaca serta mudah dimengerti. Plot cerita yang kuat dan karakterisasi yang tergali dengan baik membuat penulis betah membaca buku ini dari awal sampai akhir hampir tanpa jeda. Selain itu, peristiwa – peristiwa bersejarah serta kemunculan tokoh – tokoh sejarah dalam novel ini merupakan daya tarik bagi penggemar sejarah Jepang. Bahkan bagi pembaca yang bukan penggemar sejarah, novel ini tetap menarik karena menyajikan ajaran filosofis, intrik politik, dan taktik perang zaman dulu. Oleh karena itu jangan gentar duluan melihat tebalnya buku, cobalah membaca perlahan dan kamu akan terbawa dalam suasana Jepang pada ratusan tahun yang lalu.

alhafitd's review against another edition

Go to review page

adventurous reflective tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

mbondlamberty's review against another edition

Go to review page

4.0

Such a good read - telling the tale of the start of one of the most memorable Shoguns in Japanese history.
If you know your Japanese history you know the outcome but whether you do or don't it is a tale worth reading.
Why 4 stars instead of 5, the depictions of the women leave a little to be desired, but they are not the focus of the tale.

krista_the_tsundoku's review

Go to review page

3.0

3,5⭐️

tasmanian_bibliophile's review against another edition

Go to review page

5.0

‘A great man is not made simply by innate ability.’

Towards the middle of the 16th century the Ashikaga shogunate crumbled. As a consequence Japan came to resemble a huge battlefield as rival warlords vied for dominance. Three very different men emerged seeking to control and unify Japan. Those men were Oda Nobunaga; Toyotomi Hideyoshi; and Tokugawa Ieyasu. Their divergent leadership styles are expressed in the answers to this question:

‘What if the bird will not sing?’

Oda Nobunaga answers ‘Kill it if it does not want to sing’
Toyotomi Hideyoshi answers ‘Make it want to sing’
Tokugawa Ieyasu answers ‘Wait until it sings’

Essentially, this is Toyotomi Hideyoshi’s story: how one man rose from obscurity to be the supreme regent of Japan. The novel follows Hideyoshi’s life, his development from a servant of Oda Nobunaga and his assumption of leadership after Oda Nobunaga is killed by Akechi Mitsuhide.

This is an epic novel set in a tumultuous period of Japanese history. I enjoyed the novel and became immersed in the events depicted once I became accustomed to the setting. The politics between factions and the battles between rivals, aspects of the feudal history and culture are all part of this story. I know little about this period of Japanese history and while this novel tempts me to learn more, it is the life of Toyotomi Hideyoshi I found particularly engrossing.

Jennifer Cameron-Smith

sarony11's review against another edition

Go to review page

adventurous inspiring tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

4.0

2kimi2furious's review against another edition

Go to review page

3.0

I liked Musashi better.

alexa_ayana's review against another edition

Go to review page

5.0

Review detail akan diupdate saat aku baca ulang buku EPIC ini.

Walau aku baca buku ini sudah lama banget tapi ada beberapa poin yang sangat memorable. Salah satunya adalah buku ini menceritakan perjuangan seorang anak miskin Jepang biasa yang punya otak dan kemauan untuk melakukan Kaizen. Kaizen adalah perbaikan. Orang Jepang dibesarkan dengan filosofi bahwa mereka bangun setiap hari untuk memperbaiki dan menyempurnakan apa yang sudah mereka lakukan di hari kemarin. Jadi Kaizen adalah perbaikan seumur hidup. Perjalanan karir anak tersebut di mulai dari masa muda, dari posisi yang paling rendah dan menanjak perlahan. Modal utama keberhasilannya adalah inisiatif dan kreatifitas serta Kaizen yang dia terapkan. Anak ini adalah Hideyoshi.

Buku ini super tebal tapi kisahnya penuh inspirasi jadi kamu akan terbius dan tak bisa meletakannya sebelum selesai.

spb3's review against another edition

Go to review page

5.0

I took this book slowly, reading short pieces at a time. Nearly 1000 pages later, I am left with a satisfaction that few works of historical fiction give. True, Taiko is no Musashi, but it is a masterful novel with an inspiring story nonetheless. Yoshikawa is one of the great historical-fiction novelists of the twentieth century and should be more widely read.

luzbella's review against another edition

Go to review page

5.0

96/365
Written in a simple, straight foward, and distinctly Japanese style, Taiko tells the story of Hideyoshi in the manner of a wise, old storyteller. The author inserts bits of wisdom throughout the book, as might a kindly grandfather relating the tale to his grandchildren. The occasional, unashamedly chauvinistic comments which are definitely not politically correct today, do however, reflect the thinking of the times and lend an air of credibility to the story. I do not know how accurately the novel reflects history, but it is certainly detailed, but never boring. It also provides insight into how complex the Japanese feudal system could be and how various clan leaders were faced with splits in their loyalty to their clans and family and fealty to their lords. Taiko is an educational and entertaining read, which I highly recommend.