Reviews tagging 'Racism'

Dimsum Terakhir by Clara Ng

2 reviews

renpuspita's review

Go to review page

emotional reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.25

 Dimsum Terakhir adalah buku karya Clara Ng pertama yang gue baca. Gue milih judul ini pun saat scroll koleksi buku di gramdig dan entah kenapa ingin melepas penat dengan membaca judul metropop. Dalam bayangan gue, judul2 lini metropop itu ringan dan menghibur, pun dengan judul mengandung kata "dimsum", gue bayangkan ini akan jadi sebuah novel dengan tema foodies meski gue sudah membayangkan dari deskripsinya aja buku ini akan lebih mengacu pada drama keluarga. Gue ga nyangka akan mayan nyesek saat baca lembaran bak lembaran Dimsum Terakhir 😂. Plus banyak hal - hal yg cukup triggering dan provokatif dan membuat gue sedikit tertegun mengingat buku ini awalnya diterbitkan di 2006.

Siska, Indah, Rosi dan Novera adalah kembar empat, anak dari pasangan Nung Atasana dan Anas, yang lahir setelah tahun pernikahan mereka yang ke-13. Si kembar empat ini peranakan China dan berumur sekitar 28-29 tahun saat cerita dimulai. Setting ceritanya sendiri tahun 2005, tepatnya 7 tahun setelah tragedi 98. Jadi buku ini tidak hanya menceritakan drama keluarga dan konflik antara si kembar dengan kepribadian yang berbeda, tapi juga menjabarkan secara blak2an kengerian tragedi 98 serta perlakuan rasis yang dialami oleh Nung dan anak-anaknya selama masa Orde Baru. Walau bukan fokus utama, tetap rasanya hati gue sesak membaca bagian yang tidak mudah ini. Apalagi saat keluarga Nung merayakan Imlek dan pada masa Orba Imlek itu bukan hari libur dan gue juga inget kalau Imlek baru dijadikan hari libur nasional pada era alm Gus Dur. Adegan saat Nung memaksa anaknya tetap masuk sekolah saat Imlek karena khawatir dengan perlakuan represif yang akan diterima sangat menyesakkan hati. Tapi di sisi lain Clara Ng banyak memasukkan unsur2 budaya masyarakat China peranakan termasuk tradisi keluarga Nung dan Anas saat merayakan Imlek yang unik (memakan dimsum di pagi hari).

Clara Ng sendiri menulis karakterisasi dan permasalah yang dialami si kembar empat dengan baik dan jelas. Siska, si anak pertama adalah pengusaha sukses di Singapura dengan sikap yg tegas, bossy dan tidak merasa perlu terikat dengan lelaki manapun. Indah, anak kedua adalah penulis yg lagi kena writing block dan kalau sudah stress tingkat tinggi maka akan gagap tutur bicaranya ditambah dengan sikapnya yang sangat tukang atur. Rosi, si anak ketiga adalah petani bunga mawar di Puncak, penampilannya yang maskulin menyembunyikan pemberontakan atas jati dirinya karena Rosi merasa dirinya adalah Roni, lelaki yang terjebak dalam tubuh perempuan. Dan yang terakhir adalah Novera, guru TK di Jogjakarta yang ingin mengabdikan diri sebagai biarawati tapi kebingungan saat Nung yang sedang sakit parah ingin melihat anak2 perempuannya menikah sebelum dia meninggal. Empat perempuan muda, satu merasa dirinya lelaki, satu merasa saudara2nya tidak peduli dengan kondisi sang ayah yg makin sekarat, satu kebingungan harus memilih pengabdian pada agama atau mengabulkan keinginan ayahandanya dan satu yang merasa pekerjaannya lebih penting tapi mau tak mau kembali juga ke Jakarta untuk menemani adik - adiknya merawat Nung.

Gue sendiri sangat menikmati narasi dan dialog -dialog para tokoh di Dimsum Terakhir ini. Renyah khas metropop, enak dibaca dan gue kagum dengan perbendaharaan kata Clara Ng yang sangat kaya. Si kembar empat terasa sangat berbeda mulai dari sikap Siska yg sangat bossy cenderung cuek, Indah yg gugup tapi ingin semuanya beres, Rosi/Roni yang ceria lepas tanpa beban dan Novera yang lemah lembut. Tentunya cerita tak cuma dari si kembar, tapi juga ada beberapa bagian yang diceritakan dari sudut pandang Nung maupun orang2 terdekat si kembar. Walau begitu, menjelang akhir cerita gue merasa Clara Ng bagai kehabisan bensin dan gue juga merasa beberapa kilas balik serta pergantian adegan antar karakter kurang mulus dan kurang jelas juga timelinenya. Dimsum Terakhir memang diceritakan memakai gaya orang ketiga serba tahu walau ada beberapa bagian yg memakai 1st PoV, sehingga gue merasa ceritanya lebih ke telling ketimbang showing dan ini sangat terasa dari pergantian sudut pandang karakter yang kurang mulus tadi yg jadi sedikit mengurangi kenikmatan baca. Pun, karena banyaknya sudut pandang karakter si kembar (empat lho!), gue merasa Clara Ng lebih fokus kepada pergulatan batin Rosi sebagai Roni dan juga Novera. Indah sendiri cukup mendapatkan porsi yang sama dengan konflik yang sama beratnya dan ini akhirnya jadi mengorbankan Siska. Gue merasa masalah Siska jadinya tidak terlalu pelik karena karakternya sendiri juga kurang digali secara mendalam selain dia adalah anak pertama dan yang paling sukses diantara sodara-sodarinya.

Dengan banyaknya masalah yang mendera Siska, Indah, Rosi/Roni dan Novera, endingnya sendiri cukup bahagia dan bahkan menurut gue agak terlalu mudah, hehe. Entahlah, mungkin gue sudah bersiap akan ada tragedi menimpa tapi ternyata ya...silakan baca buku ini aja untuk tahu 🤣. Buku ini memang ditujukan untuk pembaca dewasa karena juga memuat konten adegan seksual (het & translw), walaupun tidak terlalu eksplisit dan untuk gue masih bearable kok. Namun tidak cuma adegan seks, karena issue2 lain cukup triggering seperti perlakuan rasis, keinginan untuk bunuh diri, percintaan yang tabu dan bahkan pergulatan batin Rosi sebagai Roni yg perlu dibaca dengan pemikiran terbuka.

Untuk perkenalan pertama gue dengan Clara Ng, Dimsum Terakhir ini bagus dan sangat thought-provoking. Pun membuat gue jadi ingin mencoba kembali baca2 buku lini metropop terutama judulnya yang jadul-jadul, karena dulu gue mikirnya ah metropop paling fokus cinta - cintaan aja, tapi buku ini membuktikan sebaliknya karena lebih fokus pada keluarga dan perkembangan karakter yang cukup bagus. Dimsum Terakhir menunjukkan meski Siska,Indah,Roni dan Novera berbeda dari segi kepribadian dan mereka pun punya masalahnya masing-masing, pada akhirnya mereka juga saling melengkapi dan menerima satu sama lain. Tanpa paksaan dan tanpa menghakimi. 

Expand filter menu Content Warnings

theearthisfrog's review against another edition

Go to review page

emotional hopeful lighthearted reflective relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

4/5⭐
Oh a really late review cuz I'm a forgetful person, but late is better than never.

THIS BOOK IS MY NEW FAVOURITE BOOK! But sadly I don't think this review would not be as long as my other reviews, cuz IDK WHAT ELSE TO TALK ABT THIS BOOK?  

Shortly, this book tells about the life of quadruplet sibling. Each siblings have their own conflicts, but their conflicts are what reconnect them. Stories like this (family themed) gives me sooo much comfort and this book just give me THAT exact comfort that I'm looking for. And the amount of conflicts that gave comfort, happiness, sadness, etc. are what makes this book so special to me. 

Okay but all of that praises, why did I gave this book 4/5 stars? It's that I just think there are some unnecessary parts that's unrelated to the plot and seemed forced, but I'm not bothered with those parts because this book is such a page turner and sooo enjoyable!!! I think everyone should read this book!!!! PLEASE!

Expand filter menu Content Warnings
More...