Reviews

The Question of Red by Laksmi Pamuntjak

edarena's review

Go to review page

challenging emotional mysterious reflective sad tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

superchemgirl's review

Go to review page

challenging dark emotional reflective slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

perpeitually's review against another edition

Go to review page

4.0

Amba menjadi cerita epik yang membuatku banyak sekali menahan napas, terperanjat kaget, merenungkan sesuatu dengan kosong, bimbang seolah hilang arah, dan sedih berkepanjangan. Perasaan-perasaan ini mulai menghantui dari awal ketika Laksmi Pamuntjak bercerita tentang pencarian yang penuh haru yang tak habis. Sang tokoh utama, Amba Kinanti, harus menelan pil pahit bahwa satu-satunya cinta yang ia kenal dalam hidupnya terambil paksa oleh rezim anti-komunis. Bhisma Rasjad hilang dan raib dari hadapan Amba di suatu hari penuh duka di Universitas Res Publica Yogyakarta tahun 1965. Di antara lautan manusia yang panik karena muntahan peluru panas para serdadu, Bhisma Rasjad yang buta warna parsial, berlari ke arah seorang wanita yang ia kira adalah Amba dengan dress merahnya. Sial menunggu keduanya, terpisahlah mereka hingga akhir hayat menjemput.

Baru kemudian, 40 tahun sejak hilangnya Bhisma Rasjad, Amba nekad mencari jejak cintanya itu di Pulau Buru. Rasa nekadnya dipicu oleh sebuah e-mail tanpa identitas yang membisikkan tentang kematian Bhisma. Pencariannya kemudian ia mulai.

Dalam hari-hari hidup yang kuisi dengan membaca Amba, magisnya itu memabukkan dan mengiris hati sampai pada kepingan terkecil. Tragisnya Amba dari Mahabrata yang menular pada hidup Amba Kinanti, membuatnya harus hidup dengan tanpa kedua pria yang pernah ia cintai: Salwani dan Bhisma. Sejak tahun 1965, kehilangan menggorogotinya, menyesap habis cinta dan sari kehidupan yang ia miliki.

nrannisak's review against another edition

Go to review page

4.0

yang paling menyakitkan bagiku adalah bagaimana Mbak Laksmi—dalam salah satu babnya—menuliskan bahwa sejarah ialah kaki raksasa yang kejam dan tanpa ampun; dan benar demikian.

ada sekian pedih yang turut aku rasakan ketika membaca tentang orang-orang yang terlupa oleh sejarah—iya, sebagai angka saja bukan. buatku, amba bukan hanya tentang bagaimana cerita "itu" dituliskan kembali, bukan hanya kisah amba dan bhisma yang membuat semesta cemburu (dan karenanya memisahkan mereka), melainkan juga tentang menumbuhkan ingatan kita tentang masa lalu yang memang harus kita rawat sesekali.

seperti yang ditegaskan di akhir, ini juga cerita tentang salwa, zulfikar, manalisa dan salah satu favoritku: ambika, juga siri, dan tokoh-tokoh tak bernama yang turut memenuhi kubik cerita menjadi utuh, terutama para tapol di Buru.

aku jatuh hati dengan gaya penulisan Mbak Laksmi, meskipun sesekali perlu memusatkan fokus untuk kembali mendalami tutur katanya (sedikit kurangnya, Mbak Laksmi tak jarang menjadi sangat berapi-api menuliskan segalanya, dan terkadang membuat bayangan menjadi kabur).

tapi, amba mengingatkanku buat berusaha memahami lebih banyak, membaca lebih banyak, agar setidaknya bisa menyimpan ingatan kolektif tentang sejarah di kepala, bagaimanapun pedihnya, sebab aku pun adalah bagian darinya. so i will take my part.

viraaptrh's review against another edition

Go to review page

adventurous dark emotional informative mysterious sad tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? Yes

4.0

yangmuliadiva's review against another edition

Go to review page

adventurous challenging dark emotional mysterious slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No

5.0

cristhebird's review against another edition

Go to review page

dark sad tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

3.0

abbyelsa's review against another edition

Go to review page

dark reflective tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

3.5

nikolinaza's review against another edition

Go to review page

2.0

*tarik napas dalam* *hembuskan*

Entah kenapa baca ini jadi keinget Call Me By Your Name. Mungkin karena kedua tokoh utamanya di sini sama-sama digambarkan baru bertemu tidak sampai sebulan, tetapi sudah saling jatuh cinta sedalam Palung Mariana. Mungkin lebih. Dan di tengah-tengah bertautnya kedua hati itu, terselip juga beberapa pertautan tubuh(?). Bedanya, di CMBYN, dua-duanya sama-sama single.

Kadang pengin tanya ke mereka-mereka ini: What are you so h*rny for, guys?

Hal yang bagus dari buku ini:

- Risetnya. Ini bukan jenis tulisan yang bisa dihasilkan dari sekadar riset di hadapan laptop atau baca-baca buku. Ini jenis tulisan yang melibatkan riset yang rumit, terjun ke lapangan, wawancara langsung dengan pelaku sejarah, ditambah dengan kemampuan meramu kata dan perasaan yang tertuang dengan baik di dalam susunan cerita. Hasilnya memukau. Selama membaca ini, aku ikut terbawa perasaan orang-orang pelaku sejarah yang terlibat dalam konflik G30S PKI dan konflik-konflik politik selanjutnya. Politik dan orang-orang di baliknya memang (sembilan puluh sembilan koma sembilan sembilan persen) jahat (generalisasi tidak boleh, kan?). Maka, dua bintang yang ada kuberikan untuk hasil riset yang luar biasa ini.

Tiga bintang selanjutnya luruh karena hal-hal berikut

- The purple proses. Awalnya aku berpikir ini sangat menarik. Akan tetapi, lama kelamaan rasanya membosankan juga. Kalimat-kalimat indah nan panjang dalam satu paragraf superpanjang yang mungkin bertujuan agar buku ini terasa 'nyastra' dan puitis justru kerap mengalihkan fokusku dari topik utama paragraf itu, sampai-sampai aku harus membaca ulang supaya paham, dan ini tidak terjadi hanya sekali-dua kali saja.

- Para tokoh utama. Amba, Bhisma, Salwa. Aku tidak bisa memahami dinamika mereka bertiga. Aku tidak paham bagaimana Amba dan Bhisma bisa saling jatuh cinta hanya dalam beberapa hari bertemu, dan aku juga entah mengapa tidak bisa merasakan simpati pada Salwa yang diselingkuhi. Sedari awal, rasanya aku tidak bisa terhubung dengan mereka. I'm here for the historical background, not their kinda-weird love triangle.

- AMBA. I just can't stand her and I can't understand her. Di sini, penulis seolah mau menggambarkan Amba sebagai sosok yang meski tidak secantik itu, tetapi cerdas, lugas, dan independen. Namun, namun, namun, sepanjang buku ini, Amba berulangkali membutuhkan bantuan para lelaki yang langsung jatuh cinta dan sangat ingin melindunginya setelah pandangan pertama. Juga, aku tidak paham kenapa dia bisa bersikap hot and cold (yah, kenapa mirip dispenser?) kepada Samuel yang notabene bukan siapa-siapanya, tetapi siap membantunya apa pun yang terjadi. Hhhhh.

- Ceritanya yang saaaaaangat panjang. Aku baru baca beberapa buku fiksi sejarah (atau dalam kasus ini, novel romansa dengan latar belakang sejarah) dan sepertinya memang (hampir) selalu ada bagian hidup para tokoh yang diceritakan panjang kali lebar kali tinggi meski sebetulnya informasi tersebut hampir tidak ada kontribusinya dalam jalannya cerita. Sebetulnya, kalau pengin cerita singkatnya, mungkin bisa langsung skip ke bagian surat-surat Bhisma dan beberapa bagian setelahnya. Dari situ saja garis besar ceritanya sudah bisa diketahui.

Sayang sekali. Aku benar-benar pengin menyukai buku ini, tetapi... Ah, sudahlah.

monkeyreader's review

Go to review page

emotional inspiring reflective relaxing sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5