Reviews

Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan by Tasaro G.K.

cornflovvers's review

Go to review page

adventurous challenging dark emotional funny hopeful inspiring sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

4.5

pitskypages's review

Go to review page

5.0

Rasanya seperti tertarik kembali ke masa anak-anak saya, saat pertama kali membaca kisah hidup Rasulullah SAW. I was 11 years old at that time

palsayfara's review

Go to review page

1.0

Maaf, Tasaro, saya tidak bisa menikmati buku ini. Sejak halaman-halaman awal saya sudah tidak sanggup meneruskan, meski saya berusaha untuk menemukan keindahan seperti yang dialami teman-teman lain yang sudah baca buku ini.

Saya bahkan pernah "melempar" buku ini ke kak Ronny Agustinus, yang ternyata dikembalikan lagi...lalu saya coba baca dari ulang, tetap tidak sanggup.

Akhirnya, dengan penuh duka, saya hibahkan buku ini ke seorang teman yang mungkin, bisa mendapatkan manfaat lebih dari buku ini.

Semoga.

readerziyya's review

Go to review page

5.0

curious in every page,

antariksach's review

Go to review page

5.0

Sebelum selesai membaca:
Saya tidak menaruh ekspetasi apa pun pada buku ini. Apa yang menggerakkan saya untuk membacanya hanyalah desakan kuat untuk membaca apa pun yang memperluas wawasan dan pandangan saya terhadap ilmu pengetahuan. Namun ternyata, buku ini berhasil membuktikan dirinya bahwa dia sekuat apa yang saya sangka saat pertama kali melihat sampulnya. Baru mendekati setengah jalan saja saya sudah mendapat banyak perluasan wawasan, sekalipun hanya mengenai tetek-bengek keagamaan. Dan sedikit-banyak buku ini membantu saya untuk mengenali lebih jauh bagaimana seorang Rasul yang diteladani seluruh umat Muslim di jagat raya ini, tak terkecuali saya, hingga napas habis. Beliau memang patut dikagumi.

Tidak, tidak seperti itu, lebih tepatnya. Buku ini tidak seluruhnya membahas tuntas hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Berbagai agama ikut melintas, mulai dari yang paling saya akrabi namanya hingga yang tak pernah saya dengar sama sekali. Dan saya sungguh mengagumi toleransi umat beragama yang menjadi salah satu pokok pembahasan satu dua tokoh dalam novel biografi tersebut. Seperti Notes From Qatar, sekalipun tema besarnya berkaitan dengan Islam, pembaca-pembaca non-Muslim pun boleh menikmati cerita yang tersuguh di buku setebal 546 itu dan menyerap pelajaran-pelajaran tersirat maupun tersurat di sepanjang cerita. Barangkali ada kalimat-kalimat yang sedikit-banyak berkesan provokatif—tetapi anggaplah itu sebagai penguji iman kita terhadap apa yang kita yakini, benar demikian?

Saya memang baru dapat hampir setengah jalan, 188 dari 546 halaman, tetapi saya sudah bisa menentukan mana bagian yang paling saya suka dan tidak suka sejauh ini. Bagian peperangan Nabi Muhammad dan perjalanan Kashva adalah yang paling favorit, dan saya paling tidak suka bagian penceritaan mengenai istri-istri Nabi Muhammad. 'Aisyah dan sebagainya. Entahlah, barangkali ilmu saya belum sampai ke sana. Poligami—masihlah menjadi sesuatu yang sulit akrab di benak saya yang notabene penganut monogami sejati dan saya pun masih kelas satu SMA, btw. Saya juga masih tidak mengerti, mengapa sosok manusia sesempurna beliau mudah sekali mengumbar kata-kata "aku akan menikahimu" pada wanita-wanita yang sekiranya membutuhkan bantuan dan kasih sayang yang lebih. Patut bila istri termuda beliau terbakar dalam api cemburu yang membara. Tapi, yah, ilmu saya hanya belum sampai ke sana. Saya hanya belum bisa memahami makna poligami—atau apa pun istilahnya—yang sebenarnya.

Sekali lagi, saya tidak menaruh ekspetasi apa pun pada buku ini. Saya hanya ingin membacanya. Maka dari itu, saya tidak terlalu peduli apakah kisah-kisah di dalamnya nyata atau tidak, benar atau tidak. Saya hanya ingin menikmati saat-saat pengetahuan saya mengenai nama-nama dan kisah-kisah yang telah saya ketahui sejak SD melalui pembelajaran formal disinggung dalam cerita dan membuat saya berpikir, "Ah, aku tahu kisah ini," sedemikian rupa. Dan sejauh ini, saya memang benar-benar menikmatinya.

Poin minus bagi saya adalah seringnya saya melupakan bagian-bagian yang telah terbaca karena kerumitannya yang masih agak sulit saya pahami. Poin plusnya, saya dapat sedikit-banyak memetik pelajaran baru mengenai dunia kepenulisan melalui gaya bahasa dan diksi penulis. Dan itu membuat saya ingin membaca karya lain penulis—yang berjudul Kinanthi: Terlahir Kembali. Tentu saja setelah Supernova sampai di tangan, hahaha.

Setelah selesai membaca:
Belum puas dengan kisah Kashva. Bagi saya, kisahnyalah yang menjadi daya tarik utama buku ini, karena tulisan tentangnya menjadikan buku ini unik—seakan-akan cerita di dalamnya adalah sebuah biografi yang berdampingan dengan cerita fantasi. Saya suka karakter Kashva dan Mashya. Saya suka penjelajahan mereka yang hingga akhir buku ini masih belum jelas ujungnya, membuat pembaca kepincut membaca buku keduanya.

Penuturan penulis dalam menjelaskan konflik batin tokoh-tokoh yang dilanda badai kegalauan mengenai keyakinan mereka untuk terus menentang Rasulullah atau malah berbalik mengimaninya dilakukan dengan sangat apik. Deskripsi dan narasi merasuk di hati, meskipun ada beberapa kalimat yang menurut saya agak janggal dan ganjil (barangkali karena baru kali ini saya temui). Lepas dari itu semua, buku ini patut mendapat lima bintang atas kemampuannya membuat saya sulit melepas buku ini dari tangan. Saat menunggu jemputan di sekolah, saat istirahat, bahkan saat menunggu ibu saya berbelanja. Saya sangat, sangat menikmatinya.

Selamat kepada Mas Tasaro GK :)
Setelah sekian lama, akhirnya almari "My Favorites" saya ketambahan satu anggota.

mobyskine's review

Go to review page

4.0

Ada dua babak bergilir dalam naratif dengan dua watak utama-- Muhammad dan Kashva. Kisah Kashva bermula dengan surat Elyas (pemuda penunggu perpustakaan biara di Bashrah, Suriah) yang bercerita tentang ramalan Bahira dan apa yang disebut Zardusht berkenaan kerasulan seorang lelaki mulia. Kashva, si lelaki Persia dari keturunan penganut Zarathustra terdorong minat mahu mengetahui lebih lanjut tentang si lelaki agung merancang ke Suriah bertemu Elyas dan bersama-sama ke Yatsrib bertemu lelaki yang dikenal sebagai rasul tersebut. Menjadi buruan puak Khosrou, Kashva tersasar ke Gathas hingga ke Tibet bersama teman setia Mashya, petarung hebat Vakhshur dan si kecil Xerxes. Pelbagai rintangan dan pertemuan masa silam dihadap Kashva dalam misi bertemu Elyas dan mencari si penggenggam hujan.

Kisah Kashva diselang-seli dengan kisah Muhammad dan para sahabat baginda ketika Islam mula bertapak di Madinah dan Makkah. Penceritaannya pantas dan cermat berdasar fakta sejarah, diselit emosi dan personaliti karakter-karakter yang mencengkam. Aku gemar sekali rentetan Perang Uhud yang digubah oleh penulis. Tentang Nusaibah, perempuan pertama yang memeluki Islam dan mendapat gelaran perisai Rasulullah dan Ummu Sulaim yang turut berhadapan tentera sewaktu perang. Ada perihal Hamzah-- Sang Singa Padang Pasir yang tewas di Perang Uhud, dibelah dada dan dikeluarkan hatinya oleh Wahsyi. Tragis namun ceriteranya realis dan menarik.

Banyak hal yang aku cuma tahu pada dasar sahaja seperti kisah perkahwinan Rasulullah dan Khadijah, juga berkenaan Aisyah dan perjalanan baginda ke Makkah (peristiwa Perjanjian Hudaibiyah dengan kaum Musyrikin) diceritakan penulis dengan puitis dan mendalam. Adegan-adegan diolah kemas dan berhati-hati, walau naratif Muhammad dalam narasi orang ketiga ia masih kekal luar biasa dan enak dibaca.

Keseluruhannya ia tidaklah fokus kepada biografi semata, masih separa fiksi (tentang hal Kashva khususnya) dan diksinya barangkali agak sukar difaham sedikit kalau tidak biasa dengan bahasa Indonesia. Namun agak kagum dengan penulis yang mampu mencoret naskhah sebegini. Satu novel menarik kalau mahu tahu kisah awal kedatangan Islam, perihal sabahat-sabahat nabi dan ahli keluarga baginda yang menerima/menentang Islam (banyak sekali disebut di dalam ini) dan rentetan peristiwa penyebaran Islam di tanah Arab. 4.2 bintang untuk buku ini.

iraboklover's review

Go to review page

4.0

Akhirnya rasa penasaran saya tentang kenapa judul buku ini adalah Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan terpuaskan. Meskipun sepertinya saya rasa saya salah memahami blurb-nya. Setelah membaca blurb tersebut, saya mengiranya Kashva benar-benar akan melakukan apapun untuk bertemu Nabi Muhammad SAW. Tapi kesan yang saya dapat setelah membaca bukunya tidak seperti itu. Menurut saya Kashva justru lebih tertarik untuk berburu pengetahuan-pengetahuan kuno dari berbagai agama yang akan meyakinkannya tentang kenabian Rasulullah ketimbang ingin bertemu langsung dengan beliau. Yah tapi itu menurut saya saja sih, huehehe.

Sama seperti buku The Great Episodes of Muhammad Saw,  saya juga membaca buku Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan ini dalam rangka  memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Meskipun seperti biasa, momennya sudah lewat saat saya berhasil menamatkan buku tebal ini. Kemampuan membaca saya sepertinya menurun. Dan ditambah berbagai faktor luar seperti banyaknya kerjaan yang harus diselesaikan di momen-momen akhir dan awal tahun. Libur akhir tahun yang panjang itu seakan tidak berlaku bagi saya, hahhah.

Jadi buku ini menceritakan tentang seorang pemuda Persia bernama Kashva. Kashva ini adalah seorang cendekiawan tipe jaman dulu yang sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan dan pandai berkata-kata. Kashva dijuluki sebagai sang Pemindai Surga dan dia menjadi kesayangan penguasa Persia saat itu, Khosrou.

Namun, Kashva memberikan sebuah "hadiah" yang membuat Khosrou murka, dan ini ada hubungannya dengan munculnya agama baru yang menurut kabar dibawa oleh seorang lelaki Arab yang mengaku sebagai nabi.

Biasanya murkanya penguasa jaman dulu ini berarti kematian kan ya, nah, Kashva pun terpaksa lari. Bersama gulungan-gulungan perkamennya yang berharga, Kashva melakukan pencarian pengetahuan tentang Lelaki Penggenggam Hujan yang diramalkan akan hadir oleh berbagai agama di seluruh dunia.

Selain kisah Kashva, kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dan para keluarga beserta sahabat beliau juga ada di buku ini. Jadi chapter-chapternya terbagi dua. Ada kisah Kashva dan juga kisah Rasullullah.

Ngomong-ngomong, saya salut tentang bagaimana penulis bisa mengisahkan kisah hidup Rasulullah dalam bentuk novel biografi yang ringan dibaca. Saya rasa menulis novel biografi Nabi Muhammad SAW itu sulit. Soalnya setiap perkataan dan perbuatan beliau adalah sunnah. Tidak bisa dituliskan sembarangan dan harus ada referensi yang kuat.

Berhubung saya sebelumnya baru saja membaca buku sirah nabi, sedikit banyak saya bisa membandingkan kisah hidup Rasullullah yang ada di buku ini, dengan yang ada di buku The Great Episodes of Muhammad Saw. Seingat saya cocok sih, kecuali bagian dimana perempuan ikut berperang. Tapi saya tidak berani ngomong banyak-banyak. Ilmu saya jelas belum cukup dan saya jelas bukan ahli sirah,  plus bisa saja saya yang salah baca atau kurang paham. Mengingat kalau ada adegan menegangkan seperti adegan perang, saya bawaannya selalu pengen cepat-cepat membaca saking serunya:D

Btw, buku ini ternyata sudah terbit lama ya? Ya ampun kemana saja sih saya, hahhah. Meskipun bagi saya, butuh perjuangan untuk membaca buku ini di chapter-chapter awal, tapi endingnya begitu berkesan. Membaca kisah hidup Nabi Muhammaad SAW memang selalu memberikan efek seperti itu, selalu membuat rindu. Ditambah lagi dengan cerita Kashva yang melakukan pencarian pengetahuan yang sangat ilmuwan banget. Oh I love it. Yes! XD

Saya penasaran sekali ingin membaca buku-buku selanjutnya. Tapi setelah diusut, well, bukunya ternyata ada 4 dan tebal-tebal pula, hiks. Ga kebayang berapa total harga + ongkirnya, wkwkwk. Terpaksa belinya pelan-pelan, hohoho. Sayang sekali akhir-akhir ini tidak ada lagi bazar Mizan di kota saya. Kira-kira kenapa ya?

At last, saya suka sekali dengan buku ini. 4 dari 5 bintang tentunya. Semoga nanti saya berjodoh dengan keempat bukunya. Amiiin.
More...