Reviews

Unspoken Words, by Alicia Lidwina

insoliet's review

Go to review page

5.0

Buku yang nampar aku abis-abisan, saking sederhananya pembawaan writer nulis konflik yang dialami oleh Ibu dan Anak disini, makin bikin aku sadar banget kalau ini adalah konflik yang sering banget kita alami sendiri, makin mewek karena jadi buat kita inget hal-hal yang sama terjadi

frstwyy's review

Go to review page

emotional sad fast-paced

5.0

Tidak ada seorang ibu yang tidak pernah memikirkan kebahagiaan anaknya sendiri. Bahkan meski... kebahagiaan anaknya berarti kesedihan bagi mereka sendiri.

Ceritanya sederhana dan mungkin banyak orang yang pernah mengalami. Seorang Ibu yang berusaha untuk membahagiakan anaknya ditengah kesibukannya, sementara sang anak justru merasa bahwa Ibunya ga pernah mengerti perasaan dan kemauannya.

Buku ini sukses bikin aku nangis, dan baca buku ini bikin kita sadar apakah kita sudah cukup membahagiakan orang tua kita terutama Ibu. 

githa's review

Go to review page

4.0

Nangis banget

ossyfirstan's review

Go to review page

4.0

Wah, kusuka. A Bittersweet story. Sederhana meskipun sebenarnya tak sesederhana itu. Tiap baca satu bab, kujadi diam sebentar dan mengingat mamaku. Mungkin kuperlu bersyukur tak bermasalah komunikasi seperti Ning-Bunda. Masalah mereka mungkin sejenis sama Lady Bird yang sebenarnya sama-sama sayang cuma ada sesuatu yang menyebabkan apa yang diterima ditanggapi berbeda dengan yang ingin disampaikan (?). Aku suka karena apa yang dikeluarkan di bab A, misalnya, menjadi terjawab di bab C. Kenapa Bunda datang ke mimpi dan kenapa ada sepeda juga terjawab.
Sukses untuk penulisnya dan kutunggu buku selanjutny

marinazala's review

Go to review page

4.0

** Books 07 - 2018 **

Buku ini untuk menyelesaikan Tantangan Tsundoku Books Challenge 2018

3,8 dari 5 bintang!


Tampaknya buku ini berhasil membuat perasaan saya tercekat seketika. Ada rasa ingin menangis jika memandang kembali hubungan saya dengan ibu saya. Betapa saya masih mengingat selama ini masa-masa saya duduk di bangku SMP, SMA dan Kuliah tidak merasakan adanya kasih sayang Ibu saya karena Ibu saya dinas di luar negeri.. 9 tahun berjalan terasa cepat sehingga akhirnya saya sadari saat bekerja sekarang hanya inilah momen yang bisa menggantikan masa-masa yang sudah hilang dimakan waktu itu.

Kok saya jadi curhaaat :'(

jaerishyuk's review

Go to review page

5.0

gamau tau orang orang harus baca buku ini pokoknyaaa!!!

urcrumbbread's review

Go to review page

emotional lighthearted reflective sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

Agak sedih ya bacanya apalagi menuju endingnya ini aku jadi inget cerita sendiri :( 

destinugrainy's review

Go to review page

3.0

Kemuning merasa dirinya sangat bersalah pada Bundanya, apalagi dia tidak sempat meminta maaf sebelum Bundanya berpulang. Lalu Bunda datang dalam mimpi-mimpi Kemuning. Begitu nyata, seakan-akan Bunda ingin menyampaikan sesuatu yang tak tersampaikan saat beliau masih hidup.

Terlepas dari mimpi tentang Bunda, saya justru tertarik dengan keberadaan Samudra, suami Kemuning. Mungkin saya terlewat, tapi sepertinya Kemuning tidak tahu Bunda telah menerima Samudra sebelum mereka menikah. Kemuning masih merasa pernikahannya dengan Samudra adalah salah satu faktor keretakan hubungannya dengan Bunda, dan menjadi sumber rasa bersalahnya. Seharusnya Samudra menceritakan pertemuannya dengan sang Bunda, dimana Bunda menitipkan Kemuning pada Samudra.

Lewat mimpi, Bunda ingin berpesan kepada Kemuning agar saat waktunya tiba nanti, Kemuning tidak menjadi ibu seperti Bunda saat hidup dulu. Bunda ingin Kemuning bisa menyediakan waktu yang lebih baik untuk keluarganya, tidak hanya sibuk mencari materi. Bunda pun datang meminta maaf, hal yang tidak sempat dilakukannya sebelum ajal menjemput. Rekonsiliasi antara Ibu dan anak lewat medium mimpi sangat jarang terjadi. Dan penulis menuturkannya dengan baik.

mueocie's review

Go to review page

emotional inspiring reflective sad medium-paced
  • Strong character development? Yes

5.0

soso21's review against another edition

Go to review page

4.0

Ada beberapa adegan yang aku skip. karena tidak tahan. Bawaannya kepengen nangis mulu.

Unspoken words ini mengenai penyesalan seorang anak perempuan bernama Kemuning, terhadap bundanya yang sudah tiada. penulis menceritakan sosok Kemuning sebagai pribadi yang tidak mudah berbaur dengan orang lain. Tertutup. Pendiam. Menahan diri.

Benar kata mbak Emilya tentang buku ini. Buku ini kampret in a good way. Banyak hal yang bisa kita petik dari ketidakseimbangan hubungan ibu dan anak ini. Sedih namun banyak pembelajaran di dalamnya. Seketika emang ngingetin banget sama ibu kita. berpikir lagi dulunya belum bisa ngasi yang terbaik buat beliau, ujung-ujungnya pasti bisanya cuma menyesali diri.

Kemuning sungguh beruntung. Disambangi lewat mimpi yang kelewat nyata. Dan menitipkan pesan hidup kepadanya. Hal-hal yang belum sempat bundanya bahas kepadanya. Hal-hal yang belum sempat diucapkan keduanya.