Reviews

Little Women - Gadis-Gadis March by Louisa May Alcott

izzathebookworm's review

Go to review page

4.0

Aku baca bukunya setelah nonton filmnya dan jujur aku lebih suka sama bukunya daripada filmnya. Di bukunya keempat gadis-gadis March ini lebih gemes, kesannya lebih muda dan polos gitu sedangkan di filmnya kayak lebih dewasa dari umurnya. Terus romancenya tipis banget, mungkin bakal lebih banyak romance di buku keduanya. Jadi kalau di US itu Little Women sama Good Wives disatuin bukunya jadi filmnya juga sampai cerita Meg nikah dan masalah romance lainnya yang lebih complicated. Tapi kalo di Inggris kedua buku ini dipisah dan karena aku baca yang terjemahan jadi ceritanya belum sampai sana. Terus di bukunya itu kesannya kayak baca slice of life kehidupannya mereka gitu loh selama setahun, jadi setiap bab ga nyabung-nyambung amat sama bab sebelumnya. Jadi pengen baca Good Wives nya juga deh:)

virishin's review

Go to review page

4.0

3,8/5

Ini adalah buku anak-anak, jujur saja aku baru tahu itu. Begitu banyak pelajaran yang bisa didapatkan dan akan begitu berguna bagi anak-anak berusia remaja, sekitaran 12-16 tahun. Aku yang sudah dewasa jadi cukup menyesal karena tidak membaca buku ini sejak SD dulu.

Itulah yang aku sukai dari buku terjemahan ini. Walaupun budaya sosialnya begitu beda dengan yang dialami saat ini, pelajaran-pelajaran kehidupannya tetap bisa diterapkan karena perannya bersifat umum dan tidak hanya mengacu ke suatu kelompok saja.

Untuk hal yang tidak kusukai dari novel ini hanya terdapat beberapa bagian sepele dan membosankan ditampilkan di dalamnya. Aku ingat dengan isi-isi koran mereka dan juga surat-surat yang dikirimkan kepada ayah mereka. Menurutku itu cukup membosankan. Tapi yah, novel ini memang menceritakan keseharian hidup keempat dara March, jadi wajar saja hal remeh-temeh seperti itu ditampilkan.

Aku berharap penonton film adaptasinya yang kemudian memutuskan membaca karya aslinya seperti yang aku lakukan, tidak membenci Amy lagi. Anak bungsu perempuan ini begitu menggambarkan sosok anak bungsu yang memiliki lebih dari satu kakak. Sejauh ini, memang Amy adalah karakter yang paling aku sukai di cerita ini.

Baiklah itu saja. ✌️

pendarrr's review

Go to review page

emotional funny hopeful inspiring lighthearted reflective relaxing sad slow-paced

5.0

yuliyono's review

Go to review page

4.0

#BacapakeKuping, dengerin via Storytel

Ternyata cerita klasik banyak yang mengisahkan tentang persaudaraan ya.

bbubbe's review

Go to review page

Waktu itu baca udah hampir setengah halaman, pas mau lanjut bingung yg mana akhirnya milih ga usah, mungkin lain kali kalau ada niat, mungkin

rima_amani's review

Go to review page

emotional hopeful inspiring lighthearted reflective relaxing slow-paced

4.0

destinugrainy's review

Go to review page

4.0

Empat orang bersaudara (Meg, Jo, Beth dan Amy) hidup bersama ibu mereka Marmee March di Concord, Amerika Serikat. Ayah mereka sedang ditugaskan ke medan perang. Tanpa seorang ayah di sisi mereka, kehidupan keluarga March tergolong sederhana. Namun demikian, pembawaan keempat gadis ini tetap membuat hari-hari mereka berwarna.
Mari berkenalan dengan empat gadis March. Meg (16), anak pertama adalah seorang gadis yang cantik dan anggun. Sehari-hari Meg berkerja sebagai pengasuh anak. Jo (15), anak kedua tumbuh sebagai gadis tomboi bagaikan kuda jantan yang suka membaca. Setiap hari dia bertugas menemani Bibi March yang sudah tua. Beth (13) adalah gadis pemalu dan rapuh. Beth memilih tinggal di rumah dan mengerjakan tugas-tugasnya, bermain dengan boneka-bonekanya. Amy, yang paling muda, selalu menjada perilakunya meski Meg menyebutnya sebagai angsa kecil yang menyebalkan. Sementara Marmee, ibu mereka adalah wanita yang bijaksana, mencintai anak-anaknya dan selalu memberikan nasihat bagi mereka.

Selain keempat gadis ini, ada juga Laurie, pemuda sebaya mereka yang tinggal di sebelah rumah mereka. Berbeda dengan keluarga March, Laurie dan kakeknya hidup dalam kemewahan. Meskipun kaya raya, Laurie dan kakeknya sangat dermawan bagi keluarga March. Suatu waktu gadis-gadis March diundang datang ke rumah keluarga Laurie. Meg mengagumi rumah kaca yang penuh bunga, Jo lebih betah di perpustakaan, Beth ingin sekali bermain piano, sementara Amy menyalin semua keindahan artistik di rumah itu. Laurie sendiri merasa senang bisa bermain dengan gadis March, khususnya bersama Jo yang pertama kali dikenalnya.

Membaca kisah keluarga March ini membuat kita gampang jatuh cinta dengan semua tokoh yang ada di dalamnya. Favorit saya adalah Jo, si tomboi yang pandai bergaul, suka membaca dan menulis cerita. Selain Jo, saya terpukau dengan kebijaksanaan Marmee. Cara beliau mengajarkan nilai-nilai kebaikan bagi anak-anaknya membuat saya sedikit menyesal mengapa saya tidak membaca buku ini sejak dahulu. Ngomong-ngomong soal itu, dahulu saya pernah membeli buku berjudul sama terbitan penerbit lain. Tapi bukunya saya "diamkan" begitu lama di rak buku. Sampai akhirnya, GPU menerbitkan Little Women dengan cover yang eye catching membuat saya tidak tahan ingin membelinya. Untungnya teman-teman di Joglosemar berbaik hati memberikan serial Little Women ini sebagai hadiah di ulang tahun saya kemarin.

Kembali ke Marmee yang bijaksana, saya paling suka pada adegan dimana di masa liburan Meg dan adik-adiknya memutuskan ingin bersantai-santai dan tidak mau bekerja. Menurut mereka, selama ini mereka selalu bekerja keras dan sedikit bersantai. Marmee kemudian memberikan waktu satu minggu bagi mereka untuk bersantai-santai dan menyebutnya minggu eksperimen. Hasilnya, semuanya menjadi kacau. Rumah mereka kotor, makanan tidak tersedia dengan baik, dan banyak kekacauan lainnya. Di akhir minggu eksperimen, semuanya sepakat untuk tidak lagi meluangkan banyak waktu untuk bersantai. Marmee kemudian memberikan nasihat bahwa bekerja akan terasa lebih ringan jika saling membantu dan dikerjakan dengan baik. Betapa bijaknya Marmee dengan membuat anak-anaknya merasakan sendiri dampak dari keinginan mereka. Bukannya langsung dilarang, tapi Marmee membuat mereka belajar lewat pengalaman. Itu hanya satu dari sekian banyak nasihat ala Marmee. Rasa-rasanya saya ingin menjadikan buku ini sebagai panduan mengasuh anak.

Masih ada kelanjutan kisah gadis-gadis March di buku Good Wives. Saya jadi penasaran ingin tahu nasib keempat anak perempuan ini. Selain itu, saya jadi penasaran ingin menonton filmnya juga.
More...