Reviews

The Boy I Knew From Youtube by Suarcani

neptunelaughter's review

Go to review page

inspiring lighthearted reflective medium-paced

3.5

diantin28's review

Go to review page

5.0

Karena buku ini termasuk genre yang aku suka, jadi sesuka itu sama buku ini. Dengan bahasa yang ringan tapi sukses mengaduk-aduk emosi.

Memang bukan hal baru jika gosip seputar tubuh perempuan akan menyebar dengan cepat, apalagi di kalangan laki-laki dengan hormon yang sedang menggebu-gebu. Perempuan dengan berpakain tertutup saja bisa terlihat terlanjang.

Sebagai perempuan, membaca buku ini membuat aku ikutan geram. Kebayang bagaimana terpuruknya Rai, rasanya pengen peluk Rai dan nangis bersama.

Ulasan lengkap tentang buku ini aku ulas di sini > https://diantin.com/review-buku-the-boy-i-knew-from-youtube/

jaerishyuk's review

Go to review page

4.0

Cerita soal Rai, yang ngga pede nyanyi karna punya pengalaman membekas.

Baca dehh, baguuss

antariksach's review

Go to review page

4.0

Cewek yg payudaranya kecil kayaknya udah cukup sering diceritakan walau hanya sebagai salah satu insecurity kecil yg ngga terlalu dibahas (misal cuma jadi bahan ledekan tepos, datar, triplek, yg sebenernya problematik juga tapi rasanya udah normalized banget). Novel ini mengangkat isu insecurity dan body-shaming yg dialami seorang remaja putri berpayudara besar. Pembaca perempuan bakal gampang banget relate sama cerita dalam novel ini, entah secara pribadi atau sekadar inget cerita-cerita temen. Saya juga kayak gitu. Saya termasuk orang yg seneeeeeeengggggg seneng seneng senenggggggggggg banget isu ini diangkat dalam fiksi remaja dan bisa jadi sarana edukasi untuk remaja-remaja putri maupun putra. Terima kasih telah menulis novel ini, Mbak Suarcani!!!

Jujur si Rai ini agak ngeselin sih buat saya, karena dia beneran yg lemah banget. Ada saat-saat dia jadi berani dan tangguh tapi karakternya yg klemar-klemer itu secara keseluruhan sangat menguji kesabaran saya ^^ Tapi yg paling saya suka dari novel ini adalah dinamika interpersonal tokoh-tokohnya! Mereka semua terasa hidup dan dinamis. Ada momen ketika Kiki nyebelin, Kiki baik, lalu Lolita baik, Lolita nyebelin. Yang baik terus mungkin si Pri ^^ Bucin sih ^^

Yang agak saya sayangkan mungkin penampilan tokoh-tokohnya yg ngga terlalu dideskripsikan (or did I miss the details?). Oh, istilah-istilah peribadatannya harusnya dikasih footnote, soalnya ritual sembahyang Hindu (cmiiw) tuh ngga terlalu familier jadi mestinya setidaknya dijelasin dikit gitu lewat footnote. Saya salut banget sih ada cerita remaja yg bawa-bawa peribadatan Hindu sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Jadi kesannya Denpasar di sini ngga cuma jadi latar-lataran doang, tapi nyatu dgn cerita.

Banyak pelajaran yg bisa diambil dari novel ini, must read banget untuk para remaja. Saya harap novel ini tersedia di perpus-perpus sekolah.

destinugrainy's review

Go to review page

4.0

Rai mengagumi seorang youtuber dengan nama akun Pie Susu. Rai sendiri punya akun youtuber dengan nama Peri Bisu. Diawali saling komen, kedekatan mereka berlanjut di email. Peri Bisu beberapa kali menyanyikan cover lagu dengan iringan gitar Pie Susu. Saat masuk SMA, Rai menyadari bahwa Pie Susu adalah kakak kelasnya, Pri. Rai tidak ingin mengaku, karena ada satu hal yang disembunyikannya. Hanya ada satu orang di sekolah yang tahu bahwa dialah si Peri Bisu. Kiki, sahabatnya.

Tapi saat pentas seni di sekolah, Rai didaulat mewakili kelasnya menyanyi diiringi oleh Pri. Rai gugup, cemas dan takut. Dia teringat peristiwa 3 tahun yang lalu saat dirinya masih sering tampil sebagai penyanyi. Ukuran dadanya yang besar membuat orang justru membicarakan itu. Dan tidak berhenti di situ, Rai bahkan mengalami pelecehan secara verbal.

Bodyshaming adalah salah satu topik yang lumayan sering diangkat dalam novel, dan biasanya yang menjadi sasaran adalah golongan big size. Novel ini sedikit berbeda karena mengangkat tentang big size untuk ukuran dada seorang gadis remaja. Topik ini dipadukan dengan topik "youtuber" menjadi perpaduan yang menarik.

Persoalan bodyshaming ini mendapat perhatian khusus dari saya. Yah.. saya juga mengalaminya. Alih-alih membicarakan prestasi yang dibuat, orang-orang lebih mudah berkelakar soal ukuran badan dan menganggapnya hanya sebagai candaan pencair suasana. Been there and not done yet.

Saya suka penyelesaian konfliknya. Rapi dan realistis. Recommended novel.

blackferrum's review

Go to review page

5.0

Setelah tahu buku ini ternyata salah satu contoh realistic fiction, aku langsung tertarik membacanya. Berlatar SMA, kisah Rai melawan ketakutan serta traumanya membuatku sadar bahwa masih banyak saudari-saudari kita yang membutuhkan banyak support untuk menghadapi body shamming dan pelecehan seksual. Sama seperti saat ini.

Buku ini relate dan bisa dibilang "wajar". Bagi sebagian orang yang punya kondisi sama dengan Rai pasti akan berlaku hal yang sama. Marah dan kecewanya. Beberapa pelajaran tersurat maupun tersirat bisa membuka insight lain. Barangkali bisa membantu jika punya teman yang sedang berjuang macam Rai.

Kesal sih sama Lolita, tapi untungnya penulis nggak sejahat itu bikin dia sampai wajib dihujat selamanya haha. Makanya kubilang buku ini "wajar". Suka juga dengan perhatian serta dukungan Pri. He's such a good person. Jadi pengin satu xD

Alurnya juga menurutku pas; nggak kecepetan atau kelambatan. Meskipun aku sempat mengira karakter Dendi bakal ada kejutan lain mungkin? Hoho, malah tambah panjang kalau begitu ceritanya. Anyway, cocok bagi kamu yang ingin membaca cerita ringan, tetapi penuh pelajaran di dalamnya.

Soon, kepoin karya penulis yang lain hihi

pemangsya's review

Go to review page

3.0

Pertemuan Rai yang menyembunyikan identitas aslinya di youtube dengan pria youtuber music yang ternyata kaka kelas di sekolah barunya.

Aku kagum bagaimana buku ini bisa membawa sang tokoh melewati masa sulitnya kembali saat mengalami body shamming dan bangkit melawan rasa ketakutannya. Meskipun nuansa cinta monyet jaman putih abu abunya alurnya sangat familiar tapi nilai moral yang diselipkan sang penulis menjadi kaya akan pembelajaran.

angelreads_5's review

Go to review page

lighthearted fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

museofbibliophile's review

Go to review page

4.0

Tema yang diangkat adalah tema yang penting, bullying, bodyshaming, dan pelecehan seksual. Sebenarnya sedikit ga nyangka kalau ketiga tema itu dibahas di buku teenlit. Tapi, penulis menggambarkan trauma korban dengan tepat. Untungnya rai memiliki support system yang kuat dari keluarga dan teman-temannya sehingga dia berani untuk kembali masuk sekolah

noviawardani's review

Go to review page

relaxing fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5