A review by palsayfara
Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari

3.0

baca ulang.

Aku tetap berdiri memperhatikan Srintil yang tertidur nyenyak. Sudah kukatakan usiaku tiga belas atau
hampir empat belas tahun saat itu. Pengetahuanku tentang perempuan, baik sebagai pribadi maupun
sebagai lembaga, sungguh tak berarti. Namun dengan daya tangkap yang masih sederhana aku dapat
mengatakan ada perbedaan kesan antara perempuan terjaga dan perempuan tertidur.
Lebih damai. Lebih teduh. Sepasang mata yang tertutup, lenyapnya garis-garis ekspresi membuat wajah
Srintil makin enak dipandang. Bibir yang tampil dengan segala kejujurannya serta tarikan nafas yang
lambat dan teratur, membuat aku merasa berhadapan dengan citra seorang perempuan yang sebenarnya.
Kelak aku mengetahui banyak orang berusaha melukiskan citra sejati seorang perempuan. Mereka
menggunakan sarana seni lukis, seni patung atau seni sastra. Aku percaya para seniman itu keliru. Bila
mereka menghendaki lukisan seorang perempuan dengan segala keasliannya, seharusnya mereka
melukiskan perempuan yang sedang tidur nyenyak.


hmm...gitu yah??