Scan barcode
A review by blackferrum
Placebo by Pia Devina
lighthearted
fast-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? No
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? N/A
- Flaws of characters a main focus? N/A
2.0
Pertama kali baca karya penulis dan cukup suka dengan pilihan trope-nya.
Rumah tangga Maharani dan Danu sejak awal memang tidak pernah baik-baik saja. Meskipun sudah memiliki buah hati, perasaan Danu masih tetap sama; tidak bisa mencintai Maharani sepenuhnya. Bayang-bayang masa lalu masih belum mau menghilang setelah bertahun-tahun muncul bersama ketakutan bahwa Danu akan segera meninggalkan Maharani dan memilih memperjuangkan cintanya bersama Lucy.
Astaga, konflik orang ketiga memang nggak pernah bikin jantung tenang. Apalagi di sini karakternya di awal sama sekali nggak mengindahkan ajakan buat balikan. Yep, I talked about Lucy. Bagaimana respons kalian ketika dihadapkan dengan mantan pacar yang masih membayang dan tiba-tiba ngajak balikan?
Respons Lucy waktu Danu dengan gilanya menawarkan kesempatan kedua bagi kisah cinta mereka itu cukup wajar. Seharusnya. Yah, siapa yang nggak bingung diajak balikan, padahal dulu mereka putus karena ada campur tangan orang tua. Lagi pula Lucy ninggalin dengan kesadaran penuh, nggak kena hipnotis. Belum lagi mereka berpisah hampir 5 tahun. Bayangkan!
Kalau aku nggak bakal mau bayangkan, langsung kukatain gila. Even cowok ini masih bikin gamon dan enggan menjalin hubungan baru.
Sayangnya, karakterisasi semua tokoh di sini nggak begitu solid. Entah karena terhalang batasan jumlah kata atau ada faktor lain, yang pasti semuanya serba cepat. Alurnya bak lokomotif, kalau bergerak cepat, otomatis karakterisasinya mengikuti.
Sikap Lucy, Danu, maupun Maharani sama sekali nggak bisa ditangkap maupun disimpulkan dengan tepat. Sebenarnya apa yang mereka rasakan ketika Lucy muncul, lalu apa yang terlihat dari Danu ketika mulai melihat Maharani sebagai sosok yang selama ini menyandang status sebagai istrinya. Apa pula yang membuat karakter Maharani dapat digambarkan dalam tepat dalam satu kata.
Beberapa dialognya masuk kategori "nggak banget" karena kurasa kurang sesuai untuk menyikapi kondisi seperti tertentu. Lalu ending-nya di luar dugaan. Paham bakal menyuguhkan akhir yang manis, tapi kesan yang didapat malah tanda tanya besar dan sedikit rasa sayang dengan eksekusinya.
Mungkin buku ini bukan mangkukku saja dan berharap bisa bertemu karya penulis yang lebih masuk selera.
Rumah tangga Maharani dan Danu sejak awal memang tidak pernah baik-baik saja. Meskipun sudah memiliki buah hati, perasaan Danu masih tetap sama; tidak bisa mencintai Maharani sepenuhnya. Bayang-bayang masa lalu masih belum mau menghilang setelah bertahun-tahun muncul bersama ketakutan bahwa Danu akan segera meninggalkan Maharani dan memilih memperjuangkan cintanya bersama Lucy.
Astaga, konflik orang ketiga memang nggak pernah bikin jantung tenang. Apalagi di sini karakternya di awal sama sekali nggak mengindahkan ajakan buat balikan. Yep, I talked about Lucy. Bagaimana respons kalian ketika dihadapkan dengan mantan pacar yang masih membayang dan tiba-tiba ngajak balikan?
Respons Lucy waktu Danu dengan gilanya menawarkan kesempatan kedua bagi kisah cinta mereka itu cukup wajar. Seharusnya. Yah, siapa yang nggak bingung diajak balikan, padahal dulu mereka putus karena ada campur tangan orang tua. Lagi pula Lucy ninggalin dengan kesadaran penuh, nggak kena hipnotis. Belum lagi mereka berpisah hampir 5 tahun. Bayangkan!
Kalau aku nggak bakal mau bayangkan, langsung kukatain gila. Even cowok ini masih bikin gamon dan enggan menjalin hubungan baru.
Sayangnya, karakterisasi semua tokoh di sini nggak begitu solid. Entah karena terhalang batasan jumlah kata atau ada faktor lain, yang pasti semuanya serba cepat. Alurnya bak lokomotif, kalau bergerak cepat, otomatis karakterisasinya mengikuti.
Sikap Lucy, Danu, maupun Maharani sama sekali nggak bisa ditangkap maupun disimpulkan dengan tepat. Sebenarnya apa yang mereka rasakan ketika Lucy muncul, lalu apa yang terlihat dari Danu ketika mulai melihat Maharani sebagai sosok yang selama ini menyandang status sebagai istrinya. Apa pula yang membuat karakter Maharani dapat digambarkan dalam tepat dalam satu kata.
Beberapa dialognya masuk kategori "nggak banget" karena kurasa kurang sesuai untuk menyikapi kondisi seperti tertentu. Lalu ending-nya di luar dugaan. Paham bakal menyuguhkan akhir yang manis, tapi kesan yang didapat malah tanda tanya besar dan sedikit rasa sayang dengan eksekusinya.
Mungkin buku ini bukan mangkukku saja dan berharap bisa bertemu karya penulis yang lebih masuk selera.