Scan barcode
A review by whimsicallyreading
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam by Dian Purnomo
5.0
“Semakin dekat seseorang tinggal dengan kita, justru sering kali semakin jauh hatinya.”
Membacanya mengingatkan saya pada Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982–menyayat hati dan membakar amarah. Dian Purnomo mengemas cerita Magi 'Drakula' Diela dengan bahasa yang santai dan banyak selipan dialek daerah Sumba, membuat saya tidak bisa berhenti melanjutkan kisah perjuangan yang sarat motif budaya ini.
Meskipun di daerah saya adat seperti kawin tangkap atau perjodohan paksa (sepertinya) sudah bukan hal yang marak dilakukan, ada beberapa poin yang terasa universal bagi seluruh perempuan di dunia, contohnya dialog Kak Lawe dengan Magi, yang menceritakan bagaimana Lawe merasa kehilangan identitasnya sejak menikah:
“Tapi kadang, setelah melahirkan Dani, sa merasa hilang jati diri. Orang panggil sa Mama Dani. Pergi su si Lawe dari muka bumi. Tidak ada lagi Lawe. Pelan-pelan nama itu akan hilang, orang lupa sa pung nama.”
Membacanya mengingatkan saya pada Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982–menyayat hati dan membakar amarah. Dian Purnomo mengemas cerita Magi 'Drakula' Diela dengan bahasa yang santai dan banyak selipan dialek daerah Sumba, membuat saya tidak bisa berhenti melanjutkan kisah perjuangan yang sarat motif budaya ini.
Meskipun di daerah saya adat seperti kawin tangkap atau perjodohan paksa (sepertinya) sudah bukan hal yang marak dilakukan, ada beberapa poin yang terasa universal bagi seluruh perempuan di dunia, contohnya dialog Kak Lawe dengan Magi, yang menceritakan bagaimana Lawe merasa kehilangan identitasnya sejak menikah:
“Tapi kadang, setelah melahirkan Dani, sa merasa hilang jati diri. Orang panggil sa Mama Dani. Pergi su si Lawe dari muka bumi. Tidak ada lagi Lawe. Pelan-pelan nama itu akan hilang, orang lupa sa pung nama.”