A review by blackferrum
The Museum of Heartbreak by Meg Leder

informative lighthearted reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Remaja dan patah hati bukan kombinasi yang baru lagi, tapi cara Penelope "mengumpulkan" patah hatinya dengan bikin museum agak tidak biasa. Umumnya, orang patah hati bakal langsung memusnahkan segala kenangan yang bersangkutan, tapi dikumpulkan? Buat apa?

Meet Penelope, cewek yang naksir seorang cowok ganteng dan rela melakukan apa saja, tapi berakhir merana. Sahabatnya, Audrey, perlahan menjauh dan Pen tahu apa sebabnya, tapi nggak bisa berbuat banyak. Begitupun dengan tingkah aneh Eph, sahabatnya yang lain. Hubungan persahabatan yang tadinya baik-baik saja berubah canggung dan Pen harus melakukan sesuatu agar tidak semakin mendingin.

Karakter Pen terlihat tangguh sebenarnya. Seperti pada remaja umumnya, jatuh cinta bisa bikin perilaku atau otaknya mendadak nggak bisa melakukan sinkronasi. Denial juga bukan hal yang aneh jika kita melihat sesuatu dengan sudut pandang yang kita suka dan yakini. Pen jelas nggak terima ketika Audrey memintanya untuk mempertimbangkan ulang perasaannya menyukai Keth. Audrey sudah keterlaluan menurut Pen, terlebih sekarang sahabatnya itu juga bergaul dengan Cherisse, cewek yang paling Pen hindari (selain karena alasan dia juga menyukai Keth).

Konflik antarsahabat dan percintaan monyet ala remajanya relatable, tapi cenderung datar. Sampai akhir belum menemukan sesuatu yang menimbulkan spark dari buku ini. Kayaknya memang diperuntukkan bagi pembaca remaja yang lagi mengalami hal serupa (dan barangkali bisa mencoba cara Pen buat melepaskan kenangan buruk) atau yah sekadar mengisi waktu luang saja.

Bagian soal museumnya kurang digali lebih dalam. Atau memang dibikin semacam simbolik supaya match dengan judulnya, selain memang pekerjaan ayah Pen di museum.

Btw, bagian konflik keluarga Eph kenapa rasanya agak maksa nyempil begitu, ya. Entahlah, emosinya nggak dapat sama sekali. Tipikal YA LN yang entah konflik atau penyelesaiannya dibikin menumpuk setelah perkenalan yang agak selow.