A review by clavishorti
Katarsis by Anastasia Aemilia

challenging dark emotional mysterious sad tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

3.0

Dalam keheningan malam yang menyelimuti tragedi mengerikan, Tara menjadi salah satu saksi hidup dalam kisah pembunuhan yang mengoyak hati. Seluruh keluarganya tewas dalam pembunuhan sadis, dan ketika polisi berusaha mengungkap tabir misteri ini, Tara—yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kotak perkakas kayu—menjadi kunci dari puzzle kelam ini. Dengan bantuan Alfons, sang psikiater, mereka memulai perjalanan di lorong-lorong gelap ingatan Tara yang dipenuhi oleh trauma berat. Korban demi korban semakin berjatuhan, dan kematian demi kematian meninggalkan tanda tanya yang semakin banyak. Apakah misteri kematian yang menyelimuti keluarga Tara akan terungkap, ataukah akan terus menjadi teka-teki yang menggantung di udara? 
 
Buku Katarsis karya Anastasia Aemilia membuka jendela ceritanya dengan kepiawaian yang luar biasa, secara langsung memasukkan pembaca ke dalam atmosfer misteri yang memikat. Pembukaan yang apik berhasil menciptakan rasa ingin tahu yang menggelora, memicu pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu rumah sebagai pusat cerita ini. 
 
Narasinya yang tajam dan gamblang memberikan dampak yang kuat, menyuguhkan kesadisan dan kebrutalan yang langsung terpampang di halaman-halaman awal. Sentuhan autentisitas pada novel ini memberikan kesan mendalam, terutama bagi saya yang merupakan penggemar genre psychological thriller. Saya merasa sangat antusias dan berharap akan mendapatkan pengalaman membaca yang mendalam. 
 
Sayangnya, ketika saya terus membenamkan diri dalam alur cerita, ketidaksempurnaan mulai tampak dengan adanya jalan cerita yang bolong di berbagai bagian, menciptakan kesan hampa bagi pembaca. Meskipun pembukaan cerita dan perkembangan di awal buku sungguh memikat, namun dari pertengahan hingga akhir, kesan yang terbangun mulai kehilangan momentum. Bahkan, di bagian akhirnya, saya merasakan kekecewaan yang cukup mendalam. Meskipun saya memahami niat penulis untuk memberikan kejutan kepada pembaca, eksekusi ide tersebut kurang memuaskan bagi saya, seolah ada kehilangan konsistensi dan detail yang membuat novel ini kurang memuaskan di bagian akhirnya. 
 
Di samping itu, meskipun penulis berhasil memasukkan sejumlah karakter ke dalam jalinan cerita, saya merasa bahwa hanya tokoh utama, Tara Johandi, yang berhasil meninggalkan kesan mendalam dalam diri saya. Banyak karakter lain mungkin sekadar menyelip dalam latar belakang tanpa memberikan kesan yang cukup kuat. Harapan saya pada awalnya adalah penulis akan memberikan kedalaman dan kekhasan kepada setiap karakter, namun sayangnya, pengembangan karakter ini kurang terasa. 
 
Penulis tampaknya menghadapi tantangan dalam mengundang pembaca untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan menebak-menebak di dalam ceritanya. Dalam genre psychological thriller, seni membangun ketegangan dan memancing rasa ingin tahu pembaca adalah elemen kunci yang dapat membuat pengalaman membaca semakin memikat. Sayangnya, dalam novel ini, pengarang tidak berhasil menciptakan suasana yang memicu rasa ingin tahu pembaca atau menyuguhkan teka-teki yang memikat. 
 
Genre psychological thriller sering kali mengandalkan jalan cerita yang penuh intrik, karakter kompleks, dan pengembangan misteri yang mendalam. Namun, kesan membosankan dalam novel ini mungkin disebabkan oleh cara penceritaan yang kurang menggugah imajinasi pembaca. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk merancang alur cerita yang dapat membangun ketegangan secara bertahap, memberikan petunjuk yang menantang pembaca untuk berpikir, dan mengejutkan dengan kejutan yang tak terduga. Penulis dapat mempertimbangkan untuk lebih berfokus pada elemen psikologis karakter, mengeksplorasi lebih dalam konflik internal, atau menghadirkan elemen misteri yang lebih kompleks. Dengan meningkatkan daya tarik pembaca dan memperkaya cerita, novel psychological thriller ini dapat mencapai potensinya yang sebenarnya. 
 
Saya juga ingin menyampaikan satu hal yang tidak bisa dilewatkan, yaitu kecemerlangan dalam pemilihan gambar sampul buku ini. Desain yang dipilih begitu menarik, unik, dan sederhana, namun mampu menciptakan daya tarik visual yang luar biasa, bahkan mengundang rasa ketegangan yang mendalam. Penggunaan berbagai warna merah yang intens, diselipkan dengan sentuhan putih, menjadikan sampul buku Katarsis benar-benar mencolok dan menonjol di rak buku. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Staven Andersen yang bertanggung jawab atas desain dan ilustrasi sampul ini. Sampul buku yang menakjubkan ini, tanpa diragukan, menjadi salah satu daya tarik pertama yang mengundang pembaca untuk menjelajahi isi cerita di dalamnya. 
 
Meskipun terdapat beberapa kekurangan yang mencuat sepanjang perjalanan membaca, saya tak bisa menyangkal bahwa buku Katarsis karya Anastasia Aemilia memang mampu menciptakan daya tarik yang sulit untuk dilewatkan. Sensasi page-turner begitu terasa, di mana rasa ingin tahu akan akhir cerita membawa saya untuk terus membalik halaman secepat mungkin. Walaupun demikian, sebagai sebuah karya dengan genre psychological thriller, eksekusi keseluruhan buku ini masih terasa kurang memuaskan, meski memiliki potensi ide yang sangat menjanjikan. Saya yakin, dengan sentuhan penulisan yang lebih matang dan fokus yang lebih tajam terhadap pengembangan karakter serta alur cerita, buku ini bisa mencapai potensinya secara penuh. Kesimpulannya, Katarsis memberikan pengalaman membaca yang menghadirkan ketegangan, meskipun terdapat sejumlah aspek yang bisa diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan dalam menjelajahi psychological thriller yang kompleks. 

Expand filter menu Content Warnings