A review by bungadinding
Semusim, dan Semusim Lagi by Andina Dwifatma

3.0

Gimana ya. Kesanku selama membaca: buku ini seolah ditulis keroyokan sama Colin Singleton-nya John Green dan Meursault-nya Camus. Tapi di pertengahan, Colin ngilang lalu digantiin Esther Greenwood-nya Sylvia Plath, trus doi sama Meursault lanjutin buku ini sampai tamat dengan Meursault yang lebih dominan. Bahkan sampai kalimat paling akhir pun otakku serasa masih teriak-teriak, "Meursault! Ini mah Meursault banget!"

Mungkin karena emang belum lama ini aku baru baca The Stranger dan masih kebayang-bayang ceritanya (dan masih berusaha--tapi belum sepenuhnya--paham juga), juga karena The Stranger & The Bell Jar (dan sejumlah buku & referensi lain, lupa apa aja) disebut sepintas dalam buku ini, seolah pengarang emang ngasih clue ke pembaca bahwa dua buku itu termasuk yang mempengaruhi ceritanya ini. Tapi yaa, gimana ya =)). Sebenernya aku suka plotnya, ada sentuhan filsafat absurdisme sama psikologinya. Aku pasti kasih bintang lebih andai buku ini nggak melulu malah ngingetin aku sama cerita-cerita lainnya daripada bikin terhanyut ke dalam cerita itu sendiri. Rasanya kadar orisinalitasnya jadi berkurang. Atau mungkin sebenarnya ada makna tersembunyi kenapa pengarang sengaja bikin plotnya demikian, cuma aku yang nggak paham... entahlah.