A review by chemistreads
The Comfort Book by Matt Haig

4.0

"Rasanya seperti sebuah paradoks aneh, betapa banyak dari pelajaran hidup yang paling jelas dan paling menghibur itu malah didapat ketika kita sedang berada dalam kondisi terpuruk dalam hidup." - halaman ix

Isi buku ini didominasi oleh buah pikiran, beberapa diantaranya daftar-daftar (daftar lagu dan film yang disukai), dan beberapa lainnya tentang hikmah yang penulis dapatkan dari kehidupan atau pemikiran orang lain (filsuf Yunani - Plato, Aristoteles, Epictetus, dan beberapa orang-orang 'acak').

Hanya waktu yang bisa menjelaskan perasaan ketika membaca buku ini. Di saat bahagia, buku ini akan akan terasa seperti nasihat positivisme belaka. Di saat 'lelah', buku ini akan terasa seperti pelukan afirmasi menentramkankan hati.

Narasi-narasi menentramkan hati di dalam buku 'The Comfort Book, Buku yang Membuat Kita Nyaman' ini buah refleksi perjalanan penulis menyembuhkan luka batin. Sifatnya tidak menggurui. Diantara refleksi penulis dari hasil proses perjalanan penyembuhan itu adalah tentang 'terus bergerak'.

Menenggelamkan diri dalam kekalutan akan semakin membuat kekalutan semakin menguasai diri. Penulis menggunakan pengalamannya ketika tersesat di dalam hutan sebagai perumpamaan. Ketika hanya fokus pada rasa takut - takut semakin tersesat, takut kekurangan persediaan makanan, takut keberadaan hewan buas, maka rasa takut itu akan semakin mencengkram dan justru membuat pergerakan kita tidak pernah beranjak sedikit pun. Namun, dengan mengalihkan fokus kepada 'bayangan'/harapan keadaan kita setelah keluar dari ketersesatan, maka kita akan memacu diri kita untuk terus bergerak, perlahan-lahan sekalipun. Perspektif ini digunakan penulis dalam mengarungi hutan belantara kehidupannya sendiri.

"...Namun, penting untuk mengingat bahwa dasar lembah tak pernah memberikan pandangan yang jelas." - halaman 25