Scan barcode
A review by ariani15d
Lelaki Tua dan Laut by Ernest Hemingway
Santiago, adalah nama tokoh utama dalam cerita ini yang dipanggil dengan sebutan "Lelaki tua". Ia adalah salah satu nelayan di daerah Teluk Meksiko. Di usia senjanya lelaki tua hidup seorang diri di gubuk sederhana di tepi pantai dan hanya mengandalkan kemampuannya dalam menangkap ikan untuk bertahan hidup. Beruntung ia memiliki teman bernama Manolin, pemuda yang sering ikut kapal nelayan (salah satunya kapal milik lelaki tua). Namun, akibat kesulitan yang dialami sang lelaki tua mendapatkan ikan, orang tua Manolin melarang anaknya untuk ikut pada kapalnya.
84 hari bukan waktu yang sebentar, begitu pula bagi sang lelaki tua. Namun, ia tak pernah putus asa dan tetap semangat untuk mendapatkan nasib baiknya. Mampukah ia bertahan menghadapi rintangan dan ketidakpastian?
Membaca novel ini pada kalimat pertama, terasa seperti membaca karya eyang Sapardi, meskipun novel ini hanya diterjemahkan oleh beliau.
Membaca novel ini, meskipun memiliki halaman yang sedikit dan sangat mungkin dibaca sekali duduk, tapi butuh perjuangan bagiku. Hal ini terjadi karena minat bacaku yang mengendor dan cerita di awal yang menurutku monoton. Namun, di situlah letak kelebihannya. Bagaimana penulis mampu menggambarkan kejadian sebenarnya yang dihadapi oleh nelayan, yang dalam novel ini diwakilkan oleh lelaki tua. Rasa bosan dan letih berada di laut lepas tanpa teman bicara dan hiburan, dapat aku rasakan. Tak salah memang sang lelaki tua seringkali berandai-andai ia ditemani Manolin atau radio yang menyiarkan pertandingan baseball kesukaannya.
Bagian paling mendebarkan dalam cerita ini adalah saat kail lelaki tua dimakan seekor ikan raksasa dan usaha yang dilakukannya untuk mempertahankan hasil tangkapannya itu. Aku sampai terbawa suasana.
84 hari bukan waktu yang sebentar, begitu pula bagi sang lelaki tua. Namun, ia tak pernah putus asa dan tetap semangat untuk mendapatkan nasib baiknya. Mampukah ia bertahan menghadapi rintangan dan ketidakpastian?
Membaca novel ini pada kalimat pertama, terasa seperti membaca karya eyang Sapardi, meskipun novel ini hanya diterjemahkan oleh beliau.
Membaca novel ini, meskipun memiliki halaman yang sedikit dan sangat mungkin dibaca sekali duduk, tapi butuh perjuangan bagiku. Hal ini terjadi karena minat bacaku yang mengendor dan cerita di awal yang menurutku monoton. Namun, di situlah letak kelebihannya. Bagaimana penulis mampu menggambarkan kejadian sebenarnya yang dihadapi oleh nelayan, yang dalam novel ini diwakilkan oleh lelaki tua. Rasa bosan dan letih berada di laut lepas tanpa teman bicara dan hiburan, dapat aku rasakan. Tak salah memang sang lelaki tua seringkali berandai-andai ia ditemani Manolin atau radio yang menyiarkan pertandingan baseball kesukaannya.
Bagian paling mendebarkan dalam cerita ini adalah saat kail lelaki tua dimakan seekor ikan raksasa dan usaha yang dilakukannya untuk mempertahankan hasil tangkapannya itu. Aku sampai terbawa suasana.