A review by itzreibrary
Singa-Pura-Pura by Nazry Bahrawi

4.0

Singa Pura-pura merupakan kumpulan kisah fiksi spekulatif yang ditulis oleh para penulis Melayu-Singapura. Terdiri atas 13 cerpen yang dibagi ke dalam 4 bagian. Di bagian pertama, Spectres of Sihir, cerita bertema mistis, yang sepertinya memang sudah sangat lekat dengan budaya Melayu. Bagian 2, 3, dan 4 mayoritas bercerita tentang kondisi Singapura di masa depan, di mana teknologi sudah sangat maju dan bagaimana kehidupan masyarakat sosialnya sudah sangat dipengaruhi oleh hal ini.

Ada sistem pemakaman dan ziarah kubur yang sangat canggih. Pemakaman dibangun di bawah tanah dengan sistem seperti apartemen 30 lantai full AC dengan ribuan makam di setiap lantainya. Setiap makam memiliki slot untuk smartcard. Langkahnya sebagai berikut: 1)Beli smartcard berisi doa pilihanmu dengan kartu kredit 2)Masukkan smartcardmu ke dalam slot di makam, 3) doa pilihanmu akan otomatis berkumandang dari speaker (doa yang paling populer: surat Yasin, doa selamat dan tahlil). Canggih bukan? Tetapi pada suatu saat Lukman datang untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya, tempat pembelian smartcard semuanya sedang rusak atau diperbaiki, meninggalkan Lukman kebingungan karena ia tak bisa mengaji dan tak hafal satupun ayat untuk mendoakan kedua orang tuanya.

Di Singapura masa depan, masyarakat hidup dengan poin dan ranking. Datang tepat waktu ke tempat kerja: +5 poin. Melanggar lalu lintas: -35 poin. Bayar pajak lebih awal: 100 poin. Mengurus orang tua yang sudah renta: 50 poin. Poin ini hanya diperoleh warga negara asli, harus merupakan usaha sendiri, dan tidak dapat diwariskan. Target Wak Dolah adalah mencapai 100.000 poin yang akan menempatkannya di ranking tertinggi, Ranking Pensiunan. Berbagai fasilitas dan keistimewaan akan didapat orang-orang dengan ranking ini, seperti fasilitas kesehatan gratis, sandang dan pangan setengah harga, dan cicilan rumah yang tersisa otomatis lunas. Wak Dolah bekerja keras membanting tulang sejak remaja demi masa tua yang nyaman. Pada usia 80 tahun, Wak Dolah masih bekerja dan poinnya sudah mencapai 99.950. 50 poin lagi targetnya tercapai dan ia bisa menempati Ranking Pensiunan dan akhirnya bisa berhenti bekerja dan hidup nyaman....atau, bisakah?

Dua cerita di atas merupakan cerpen yang paling berkesan bagiku. Tepat setelah aku membaca How High We Go In The Dark, berikutnya aku membaca tentang warga Melayu-Singapura yang ternyata keturunan penduduk planet lain, tentang robot yang menggantikan peran psikiater, tentang asisten dan teman curhat digital, dan penduduk Singapura yang sibuk bersiap-siap bermigrasi ke BHUMII, alias planet baru yang belum rusak seperti Bumi.

Walau cerpen-cerpen ini disajikan dalam Bahasa Inggris, namun nuansa Melayunya sangat kental terasa, seperti otomatis saja aku membaca beberapa bagian dengan logat Melayu dalam hati (salahkan Upin dan Ipin). Penuturannya ringan bahkan kocak di banyak bagian, namun banyak cerpen yang langsung menyentil nurani. Buku yang menghibur dan asyik.