A review by enflowery
Tarian Bumi by Oka Rusmini

4.0

3.5 stars

Luh Kenten dan Ratu. Mereka merupakan tokoh yang aku suka di buku ini. Mereka tokoh-tokoh yang memiliki cukup keberanian untuk jujur dan berpikir untuk dirinya sendiri. Mereka yang membawakan buku ini sedikit kehidupan.

Buku ini menggambarkan bagaimana adat bali memenjarakan para perempuan dalam sebuah kotak-kotak kasta. Sebuah ambisi, mimpi, dan kehidupan yang disampirkan di pundak anak-anak Bali untuk dijadikan nyata. Mungkin sedikit mirip generasi sandwich? Tetapi kelahiran disini menentukan siapa diri kalian untuk selamanya.

Telaga merupakan salah satu perempuan yang cukup berani untuk mendobrak kastanya. Memilih untuk hidup di langit terbawah, meninggalkan segala hal yang selama ini disiapkan berkecukupan untuknya.

Saat membaca buku ini, aku suka berpikir, kenapa setiap tokoh tetap menjudge satu sama lain? Menghina satu sama lain walaupun mereka pernah berada di posisi mereka? Tapi aku rasa hal tersebut juga gak jarang kita temukan di dunia nyata. Sebuah pertanyaan yang saya kurang mengerti jawabannya.

Menurutku, buku ini akan lebih powerful jika telaga punya sedikit keinginan untuk melawan, karena aku merasa seluruh tokoh di seluruh buku tidak memiliki development apa-apa, seperti tidak memiliki poin apapun yang ingin di sampaikan. Alurnya pun sama saja, rasanya tidak ada sesuatu yang cukup berarti terjadi. Satu-satunya yang terasa seperti puncak konflik hanya pada akhir buku.

Banyak adegan yang menurutku penting namun dilewatkan di buku ini, seperti bagaimana cara Telaga izin kepada ibunya untuk menikahi seorang laki-laki Sudra, bagaimana Telaga menemukan suami dan neneknya
Spoiler meninggal
. Terlalu banyak yang terjadi di buku ini, namun tidak cukup didalami dengan baik agar pembaca dapat benar-benar mengerti bagaimana rasanya menjadi perempuan Bali.

Ada saat-saat tertentu yang begitu menancap di hatiku. Seperti bagaimana Luh Sekar rela menikah dengan siapapun asalkan dapat membantu mengangkat derajatnya, Luh Kenten yang jujur dengan dirinya sendiri, pemikiran telaga tentang apa yang disebutnya 'ayah', juga kata-kata jujur Ratu tentang kehidupannya.

Buku ini merupakan sekelumit penggambaran panjang masyarakat bali yang dipotret dalam sebuah foto kecil. Buku ini menyuarakan pengorbanan-pengorbanan perempuan-perempuan Bali yang tidak bisa mendapatkan keberanian untuk mengakuinya. Buku ini cukup membuka mata ku tentang apa dan ketimpangan yang terjadi di Bali baik pada masa lalu maupun masa sekarang. Buku ini merupakan sebuah perlawanan dan penggambaran tentang apa yang terjadi di pulau Bali melalui sebuah cerita.

Sangat ku rekomendasikan untuk dibaca setidaknya sekali seumur hidup.