Scan barcode
A review by migynous
Keajaiban Toko Kelontong Namiya by Keigo Higashino
4.0
Pernahkah kalian membayangkan untuk dapat berkomunikasi dengan seseorang yang ada di masa lalu?
Di buku ini Keigo membawa pembacanya untuk menyimak perjalanan 3 orang pemuda yaitu Shota, Atsuya, dan Kohei yang bersembunyi di Kelontong milik kakek Namiya. Persembunyiannya di toko itu justru membawa mereka pada keanehan atau bisa juga disebut keajaiban, mereka bisa berkomunikasi lewat surat-menyurat dengan orang-orang di masa lalu. Surat-menyurat itu bukan hanya sekedar surat-menyurat biasa, namun mereka berusaha menjadi orang yang memberi saran dan masukan tulus untuk orang-orang yang meminta bantuan kepada kakek pemilik kelontong itu.
Karakter-karakter di dalam buku ini cukup banyak karena ceritanya tidak hanya dibawakan dengan sudut cerita 3 pemuda, namun juga dibawakan dari sudut cerita orang-orang yang mengirim surat kepada kakek Namiya. Menurutku karena Keigo membawakan buku ini dari sudut pandang orang ketiga sehingga membuat cerita yang ada di buku ini mudah untuk disampaikan dari berbagai sudut.
Kehidupan-kehidupan yang diceritakan dari orang-orang yang mengirim surat ke kakek Namiya begitu menyentuh hati. Dari mulai permasalahan tentang mimpi-mimpinya, keluarga, sampai percintaan. Hal itu, tidak lepas dari usaha Keigo yang membuat buku ini dipenuhi dengan pesan moral dan emosi yang mampu membawa pembaca mengambil pembelajaran dari apa yang ditulisnya. Sejauh ini, menurutku dari 2 buku yang sudah aku baca dari karyanya, buku-bukunya itu selalu ringan namun sarat akan makna pembelajaran hidup.
Selain itu, buku ini juga memberi kita pengetahuan baru tentang history yang ada di masa lalu. Misalnya, buku ini terdapat bagian yang menyinggung tentang boikot olimpiade summer Tahun 1980 yang diadakan di Moskow, dan tak lupa krisis tahun 90’ an di singgung juga di dalam buku ini. Tak hanya history, aku pun jadi tahu beberapa makanan olahan Jepang seperti katsuobushi dan tamagoyaki yang seperti telur gulung.
Pergantian waktu dan sudut cerita di buku ini terlalu banyak sehingga terkadang membuat kita perlu beberapa waktu untuk mengolah informasi, apakah halaman yang kita baca itu masih di latar waktu yang sama atau tidak. Kemampuanku yang sulit mengingat nama juga agak menyulitkan ketika membaca cerita ini, sering tertukar, karena cerita ini juga disampaikan dari sudut kisah orang-orang yang mengirimkan surat.
Menurutku Keigo memiliki gaya penulisan yang ringan, tidak memakai kata-kata yang seperti metafora atau apa sehingga buku ini sangat direkomendasikan untuk kalian yang menyukai bacaan ringan namun sarat akan makna. Karena jujur, sejauh aku membaca cerita di dalam buku ini aku sangat menikmatinya, karakter-karakter di dalam buku sangat menarik terutama si musisi amatir-Katsuro.
Untuk penilaiannya 8 karena dari aku sendiri, menurutku buku ini memiiliki plot yang bagus namun ringan karena secara pribadi aku sangat menyukai buku-buku dengan gaya kepenulisan yang agak berat.
Kindly & Warmly
Migynous >3
Di buku ini Keigo membawa pembacanya untuk menyimak perjalanan 3 orang pemuda yaitu Shota, Atsuya, dan Kohei yang bersembunyi di Kelontong milik kakek Namiya. Persembunyiannya di toko itu justru membawa mereka pada keanehan atau bisa juga disebut keajaiban, mereka bisa berkomunikasi lewat surat-menyurat dengan orang-orang di masa lalu. Surat-menyurat itu bukan hanya sekedar surat-menyurat biasa, namun mereka berusaha menjadi orang yang memberi saran dan masukan tulus untuk orang-orang yang meminta bantuan kepada kakek pemilik kelontong itu.
Karakter-karakter di dalam buku ini cukup banyak karena ceritanya tidak hanya dibawakan dengan sudut cerita 3 pemuda, namun juga dibawakan dari sudut cerita orang-orang yang mengirim surat kepada kakek Namiya. Menurutku karena Keigo membawakan buku ini dari sudut pandang orang ketiga sehingga membuat cerita yang ada di buku ini mudah untuk disampaikan dari berbagai sudut.
Kehidupan-kehidupan yang diceritakan dari orang-orang yang mengirim surat ke kakek Namiya begitu menyentuh hati. Dari mulai permasalahan tentang mimpi-mimpinya, keluarga, sampai percintaan. Hal itu, tidak lepas dari usaha Keigo yang membuat buku ini dipenuhi dengan pesan moral dan emosi yang mampu membawa pembaca mengambil pembelajaran dari apa yang ditulisnya. Sejauh ini, menurutku dari 2 buku yang sudah aku baca dari karyanya, buku-bukunya itu selalu ringan namun sarat akan makna pembelajaran hidup.
Selain itu, buku ini juga memberi kita pengetahuan baru tentang history yang ada di masa lalu. Misalnya, buku ini terdapat bagian yang menyinggung tentang boikot olimpiade summer Tahun 1980 yang diadakan di Moskow, dan tak lupa krisis tahun 90’ an di singgung juga di dalam buku ini. Tak hanya history, aku pun jadi tahu beberapa makanan olahan Jepang seperti katsuobushi dan tamagoyaki yang seperti telur gulung.
Pergantian waktu dan sudut cerita di buku ini terlalu banyak sehingga terkadang membuat kita perlu beberapa waktu untuk mengolah informasi, apakah halaman yang kita baca itu masih di latar waktu yang sama atau tidak. Kemampuanku yang sulit mengingat nama juga agak menyulitkan ketika membaca cerita ini, sering tertukar, karena cerita ini juga disampaikan dari sudut kisah orang-orang yang mengirimkan surat.
Menurutku Keigo memiliki gaya penulisan yang ringan, tidak memakai kata-kata yang seperti metafora atau apa sehingga buku ini sangat direkomendasikan untuk kalian yang menyukai bacaan ringan namun sarat akan makna. Karena jujur, sejauh aku membaca cerita di dalam buku ini aku sangat menikmatinya, karakter-karakter di dalam buku sangat menarik terutama si musisi amatir-Katsuro.
Untuk penilaiannya 8 karena dari aku sendiri, menurutku buku ini memiiliki plot yang bagus namun ringan karena secara pribadi aku sangat menyukai buku-buku dengan gaya kepenulisan yang agak berat.
Kindly & Warmly
Migynous >3