A review by thebookclubmks
Lapar by Knut Hamsun

Bayangkan- -dirimu bangun di pagi hari, merogoh-rogoh bungkusan kecil di pojok tempat tidurmu, sekiranya menemukan sesuatu tuk dimakan sebagai sarapan, namun tak menemukan apapun. Dengan perut lapar, dirimu lalu keluar dari kamar kumuhmu--yang juga belum dibayar biaya sewanya-menuju taman kota tuk mencari inspirasi, berharap dapat membuat beberapa tulisan-tulisan untuk dikirim ke koran--yang barangkali jika diterima, dapat menghasilkan beberapa uang untuk dibelikan roti.

Itulah gambaran cerita dari awalan di novel ini. Secara keseluruhan mengisahkan keseharian karakter "Aku" yang berjuang bertahan hidup-menahan lapar--dan hanya menggantungkan hidupnya dari honor tulisan-tulisan yang dirinya kirim ke koran. Di sepanjang novelnya, Knut Hamsun berhasil mendeskripsikan dengan baik dan detail perihal segala hal tentang lapar-dengan diksi yang indah-membuat siapapun yang membaca karyanya akan terhanyut dengan penderitaan ekstrem sang karakter "Aku".

Membaca Lapar niscaya akan membuatmu paham mengapa Knut Hamsun layak mendapatkan Nobel Sastra-nya di tahun 1920. Kisah di dalam novel ini bak ingin menyampaikan kepada dunia bahwa tidak semua orang memiliki hak istimewa untuk dapat hidup dan menafkahi dirinya dengan seni dan sastra.

"Aku memaki diriku karena kemiskinanku, menjuluki diriku segala macam keparat, mencari-cari kata baru untuk mencemoohkan diriku, kata-kata caci maki istimewa yang dapa kusandang."

"Aku sangat lapar dan menemukan sekeping kulit pohon di jalan, yang mulai kugigit-gigit.
Agak membantu. Mengapa tak kucoba lebih dulu!"

*Reviewed by Lemon