A review by pluviosity
Silver Spoon, Vol. 1 by Hiromu Arakawa

4.0

"oh, singkatnya, kau menyerah lalu kemari ya?

Menyedihkan."



Seperti siapapun, Hachiken Yugo tentu juga marah kalau dikatai seperti itu.
Bukan karena itu kata-kata kasar.
Tapi karena itu kenyataan.

Dari sinopsisnya sudah gampang ditebak kalau ini adalah genrenya slice-of-life, josei (meski sama Elex dikategorikan 'komik remaja'), dan komedi.

Hachiken masuk ke SMK Pertanian Oezo lebih karena ingin 'lari'. Dia jauh berbeda dengan teman-teman barunya. Lahir dan dibesarkan di kota, dari keluarga pegawai biasa, masuk SMP elit, belajarbelajardanbelajar dengan tujuan kuliah di Universitas Ternama.

Plot awal ceritanya sebenarnya sudah bisa ditebak, dan komedinya juga lumayan (yang jelas timingnya jauh lebih baik dari Fullmetal Alchemist).

Tapi yang bikin saya sangat lega waktu baca ini adalah karena ceritanya berjalan cepat, gak penuh dengan drama komedi yang gak perlu, dan karakter utamanya, si Hachiken, juga sangat kuat.

Hachiken yang nyasar di peternakan itu memang awalnya penuh dengan prasangka, pandangan sempit, dan merendahkan orang. Tapi untungnya sterotip ini tidak digambarkan berlarut-larut.

Hachiken mungkin adalah anak kota, dan baru pertama kali tahu dunia pertanian (dari mana asalnya telur saja dia tidak tahu...), tapi dia suka belajar dan seorang pekerja keras, ini saja tampaknya sudah cukup untuk membuatnya mau belajar dari orang 'kampung' dan menyadari kesalahan-kesalahannya.

Meski chara designnya tidak terlalu spesial, pembagian panelnya menakjubkan, terutama untuk efek dramatisnya, terakhir kali saya lihat gambar manga yang bisa merasuk semacam ini adalah di Aria karya Kozue Amano.

Hiromu Arakawa-sensei juga menakjubkan dalam hal membuat setting cerita. Bukan soal bagaimana sistem dunia pertanian berjalan--toh ini mungkin akan lebih 'gampang' karena realitasnya yang lebih dekat dengan latar belakang Arakawa-sensei--tapi lebih ke bagaimana mengenalkan dunia itu ke pembacanya, yang mungkin adalah orang-orang seperti Hachiken.

Dengan berjalannya cerita, terasa kita juga seperti mengikuti perjalanan Hachiken untuk mengetahui alasan sebenarnya dia masuk ke dunia pertanian itu.

Tidak dengan cara menggurui, dan meski tidak terburu-buru, tapi tetap melangkah maju.
;]