Scan barcode
A review by heavenlyrealms
Book Shamer by Asmira Fhea
4.0
Seru banget! Buku yang sebenarnya dekat dengan kita yang membaca buku juga menulis review (aku lah orang itu). Isinya menurutku sangat realistis terlebih banyak orang yang masih belum bisa membedakan mana “book shaming” dan mana mengkritisi dengan melakukan analisis. Sesungguhnya, buku ini cukup bikin ‘melek’ dan melakukan reality check. Yang sebenernya aku sudah lakukan itu apa ya? Yah, layak dibilang buku ini sebagai reminder kita sebagai pembaca dan reviewer.
Selain itu, buku ini juga membahas mengenai beberapa hal penting:
1. Pandangan orangtua terkait novel fiksi yang dibilang membuat pembacanya bodoh. Cenderung lebih mengelu-elukan buku self-improvement atau buku pelajaran lain. Pun padahal segala jenis buku dapat bermanfaat apabila kita bisa mengambil ilmunya dari sana, dan tentu membaca sesuai dengan umurnya.
2. Orangtua yang selalu mengatur kemauan anak, seolah-olah anak tidak diberikan kebebasan untuk memilih kehidupan yang dimaunya. Seolah semua yang disiapkan, diatur oleh mereka adalah pilihan yang terbaik. Padahal, belum tentu. Sadar bahwa seorang anak dapat memilih apa yang ia mau (termasuk jurusan dan bacaan) merupakan sebuah privilege.
3. Orangtua yang mendoakan anaknya hal buruk karena tidak satu pandangan dengan mereka. Ini paling menyayat hati karena masih ada orangtua yang tega berdoa buruk seperti ini?
4. Bacaan fiksi yang dibaca tidak sesuai dengan umur pembaca, tanpa trigger warning, dan hal lainnya membuat pembaca di bawah umur menarik kesimpulan lain yang jatuhnya menyesatkan. Terlebih, novel romance dewasa yang dibaca oleh anak sekolah. Sedih rasanya karena hal ini nyata dan marak terjadi. Mereka belum bisa memfilter hal baik dan buruknya.
5. Lingkungan mempengaruhi tutur kata dan etika. Sangat mengejutkan anak SMP berbicara bahasa frontal terlebih di depan guru (meskipun mereka volunteer pengajar tapi sama aja seorang guru). Ini masih marak terjadi dan menurutku… menyedihkan.
Menurutku kelima poin di atas adalah highlight utama (selain mengenai book shaming) dari buku ini. Sangat menarik, cukup mudah untuk dipahami dan dimengerti. Alurnya cenderung cepat dan karakternya cukup kuat! Romansa yang tipis-tipis tapi sukses bikin aku kicking my feet di ending. Terharu juga karena akhirnya hubungan Amy dan keluarganya bisa membaik! What a nice ending.
Selain itu, buku ini juga membahas mengenai beberapa hal penting:
1. Pandangan orangtua terkait novel fiksi yang dibilang membuat pembacanya bodoh. Cenderung lebih mengelu-elukan buku self-improvement atau buku pelajaran lain. Pun padahal segala jenis buku dapat bermanfaat apabila kita bisa mengambil ilmunya dari sana, dan tentu membaca sesuai dengan umurnya.
2. Orangtua yang selalu mengatur kemauan anak, seolah-olah anak tidak diberikan kebebasan untuk memilih kehidupan yang dimaunya. Seolah semua yang disiapkan, diatur oleh mereka adalah pilihan yang terbaik. Padahal, belum tentu. Sadar bahwa seorang anak dapat memilih apa yang ia mau (termasuk jurusan dan bacaan) merupakan sebuah privilege.
3. Orangtua yang mendoakan anaknya hal buruk karena tidak satu pandangan dengan mereka. Ini paling menyayat hati karena masih ada orangtua yang tega berdoa buruk seperti ini?
4. Bacaan fiksi yang dibaca tidak sesuai dengan umur pembaca, tanpa trigger warning, dan hal lainnya membuat pembaca di bawah umur menarik kesimpulan lain yang jatuhnya menyesatkan. Terlebih, novel romance dewasa yang dibaca oleh anak sekolah. Sedih rasanya karena hal ini nyata dan marak terjadi. Mereka belum bisa memfilter hal baik dan buruknya.
5. Lingkungan mempengaruhi tutur kata dan etika. Sangat mengejutkan anak SMP berbicara bahasa frontal terlebih di depan guru (meskipun mereka volunteer pengajar tapi sama aja seorang guru). Ini masih marak terjadi dan menurutku… menyedihkan.
Menurutku kelima poin di atas adalah highlight utama (selain mengenai book shaming) dari buku ini. Sangat menarik, cukup mudah untuk dipahami dan dimengerti. Alurnya cenderung cepat dan karakternya cukup kuat! Romansa yang tipis-tipis tapi sukses bikin aku kicking my feet di ending. Terharu juga karena akhirnya hubungan Amy dan keluarganya bisa membaik! What a nice ending.