A review by itzreibrary
Semusim, dan Semusim Lagi by Andina Dwifatma

3.0

Cerita bermula saat tokoh Aku, seorang gadis remaja 19 tahun, mendapat surat dari seseorang yang mengaku ayahnya. Ibunya, yang selama ini selalu dingin dan berjarak, memberinya izin untuk pergi menemui sang ayah lalu ia menghilang begitu saja. Maka Aku pun berangkat ke kota S. Di sana ia disambut oleh seorang lelaki bernama J.J. Henri, yang mengaku pegawai sekaligus teman ayahnya. Ayah si Aku ternyata sedang sakit dan dirawat di rumah sakit, sehingga Aku sementara tinggal sendirian di rumah sang ayah sambil menunggu kondisi ayahnya membaik. J.J. Henri memperkenalkan putranya, Muara, pada Aku. Mereka segera cocok karena memiliki selera musik dan buku yang sama, dan, mudah ditebak, segera tidur bersama. Aku juga berkenalan dengan para tetangga yang kelewat kepo, namun ia bersahabat dengan Oma Jaya, seorang janda yang memelihara seekor ikan mas koki dan bersikeras bahwa si ikan adalah reinkarnasi dari suaminya, Sobron, yang sudah meninggal.

Buku ini aneh, tapi aneh yang membuat geregetan dan penasaran. Kendati si Aku memiliki jalan pikiran yang tidak biasa, tapi aku mendapati diriku banyak memiliki kesamaan dengan dirinya haha. Dalam banyak hal, aku mendapati vibe (apa ya bahasa Indonesianya? Nuansa?) buku ini mengingatkanku pada Killing Commendatore-nya Haruki Murakami. Tokoh utama yang tidak bernama. Tinggal sendirian di rumah yang pemiliknya bahkan tidak ia kenal. Berkenalan dengan tetangga aneh. Dan tentu saja, kemunculan tokoh (makhluk?) yang di luar nalar, yang membuatnya melakukan hal-hal yang juga di luar nalar.

Nuansa kelam dalam buku ini menarik, dengan gaya penuturan khas Andina yang ringan diselipi humor gelap (my kind of favorite, always).