Scan barcode
A review by dreeva
Diary of a Wimpy Vampire: Because The Undead Have Feelings Too by Tim Collins
3.0
Pernah denger tentang vampir kan? Serem... memang, tapi yang ini beda!
Jangan juga mikir vampir ganteng yang kayak di buku-buku yang marak beredar ya :D
Ini vampir muda, yang waktu dia jadi vampir umurnya baru 15 tahun, kebayangkan gimana curhatan cowok ABG umur segitu, kebanyakan tentang cinta.
Gimana ya rasanya kejatuhan cinta seorang vampir?
Cowo vampir tengil ini mengisahkan semua kisah hidupnya dalam lembar-lembar kertas dalam buku hariannya, secara lucu dan menarik sekali. Dari mulai bagaimana dia belajar untuk menarik perhatian Chloe, si pujaan hati hingga bagaimana membuat Chloe jatuh cinta padanya. Lucu banget. Tiap kali melihat Chloe, tiba-tiba yang ada taringnya memanjang dan semata-mata karena dia gak mau ketauan bahwa dia seorang vampir, terpaksalah harus nunduk di balik buku atau lari ke toilet setiap kali kehausan, dan tiap ke sekolah bekal yang dibawa adalah sebotol darah.
Perjuangan Nigel untuk belajar menarik perhatian sampai mendapatkan hati Chloe sangat menarik, saya rasa semua remaja akan mengalami masa-masa seperti ini, masa dimana seorang remaja punya rasa pengen tahu semuanya, itu juga yang terjadi dalam diri Nigel. Dia menulis diarinya setiap hari. Nigel menceritakan banyak hal tentang vampir, seperti vampir akan merasa sangat pusing apabila melihat tanda-tanda keagamaan, taring yang akan memanjang ketika merasa haus atau bergairah untuk meminum apabila melihat darah. Ternyata, ga setiap orang yang darahnya dihisap vampir akan berubah jadi vampir loh :)
Seharusnya, vampir adalah sosok yang menyeramkan ya, tapi tidak dengan yang satu ini. Tim Collins membuat kisah ini menjadi begitu lucu dan khas remaja yang baru mulai jatuh cinta. Dengan font yang dibuat selayaknya tulisan tangan, ditambah dengan gambar-gambar khas gambar sketsa seperti dari sentuhan pensil, buku ini 'dapet' banget deh. Berasa kayak beneran baca diari seseorang.
Sayangnya, menurut saya terjemahannya terlalu formal, terasa kaku, dan banyak kata-kata yang kayaknya kurang bersahabat ditelinga, seperti 'melihat-melihat' (hal 36), mungkin seharusnya lebih enak kalo 'melihat-lihat'. Beberapa pengulangan juga sepertinya agak kurang pas, ditambah lagi dengan 'alih-alih' yang kayaknya berhamburan keluar dari buku ini.
Jangan juga mikir vampir ganteng yang kayak di buku-buku yang marak beredar ya :D
Ini vampir muda, yang waktu dia jadi vampir umurnya baru 15 tahun, kebayangkan gimana curhatan cowok ABG umur segitu, kebanyakan tentang cinta.
Gimana ya rasanya kejatuhan cinta seorang vampir?
Cowo vampir tengil ini mengisahkan semua kisah hidupnya dalam lembar-lembar kertas dalam buku hariannya, secara lucu dan menarik sekali. Dari mulai bagaimana dia belajar untuk menarik perhatian Chloe, si pujaan hati hingga bagaimana membuat Chloe jatuh cinta padanya. Lucu banget. Tiap kali melihat Chloe, tiba-tiba yang ada taringnya memanjang dan semata-mata karena dia gak mau ketauan bahwa dia seorang vampir, terpaksalah harus nunduk di balik buku atau lari ke toilet setiap kali kehausan, dan tiap ke sekolah bekal yang dibawa adalah sebotol darah.
Perjuangan Nigel untuk belajar menarik perhatian sampai mendapatkan hati Chloe sangat menarik, saya rasa semua remaja akan mengalami masa-masa seperti ini, masa dimana seorang remaja punya rasa pengen tahu semuanya, itu juga yang terjadi dalam diri Nigel. Dia menulis diarinya setiap hari. Nigel menceritakan banyak hal tentang vampir, seperti vampir akan merasa sangat pusing apabila melihat tanda-tanda keagamaan, taring yang akan memanjang ketika merasa haus atau bergairah untuk meminum apabila melihat darah. Ternyata, ga setiap orang yang darahnya dihisap vampir akan berubah jadi vampir loh :)
Seharusnya, vampir adalah sosok yang menyeramkan ya, tapi tidak dengan yang satu ini. Tim Collins membuat kisah ini menjadi begitu lucu dan khas remaja yang baru mulai jatuh cinta. Dengan font yang dibuat selayaknya tulisan tangan, ditambah dengan gambar-gambar khas gambar sketsa seperti dari sentuhan pensil, buku ini 'dapet' banget deh. Berasa kayak beneran baca diari seseorang.
Sayangnya, menurut saya terjemahannya terlalu formal, terasa kaku, dan banyak kata-kata yang kayaknya kurang bersahabat ditelinga, seperti 'melihat-melihat' (hal 36), mungkin seharusnya lebih enak kalo 'melihat-lihat'. Beberapa pengulangan juga sepertinya agak kurang pas, ditambah lagi dengan 'alih-alih' yang kayaknya berhamburan keluar dari buku ini.