A review by renpuspita
The Sittaford Mystery - Misteri Sittaford by Agatha Christie

mysterious tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

4.0

 Padahal jawabannya itu sudah JELAS BANGET DI DEPAN MATA, tapi KENAPA gue masih gagal aja nebak siapa pelakunya? Kalau Emily Trefusis bertanya - tanya mengapa si pelaku membunuh Kapten Joe Trevelyan, kalau gue hanya bisa geleng - geleng kepala karena salah nebak. Again šŸ¤£

Kasusnya sendiri unik. Saat salju turun deras di Sittaford, Mrs Willet bersama orang2 yang dia undang mengadakan seance atau kalau diterjemahkan jadi meja berputar. Mungkin mirip2 juga sama papan ouija ya. Awalnya iseng, ternyata "roh" yang mereka panggil bilang kalau Kapten Trevelyan terbunuh. Mendengar hal itu, teman akrab kapten yaitu Major Burnaby nekat jalan kaki 9 km ke Exhampton, tempat tinggal Kapten Trevelyan dan menemukan sahabatnya sudah tewas. Pertanyaannya tentu saja, siapa yang membunuh si Kapten? Kok bisa itu "roh"nya bisa menebak kalau kapten sudah tewas? 

The Sittaford Mystery ini salah satu buku stand alone karangan Dame Christie, jadi tidak ada penampilan baik dari Hercule Poirot ataupun Ms Marple. Tapi menurut gue yang jadi detektifnya juga tak kalah menarik. Polisi yang menginvestigasi yaitu Inspektur Naracott cukup punya kapabilitas untuk melakukan investigasi. Tapi bintang utamanya sendiri adalah Emily Trefusis yang menjadi amateur sleuth karena tunangannya yang bernama James Pearson - yang kebetulan si James ini keponakan Kapten Trevelyan serta sedang kesulitan keuangan- ditangkap oleh polisi akibat tuduhan telah membunuh sang paman. Emily yakin kalau James bukan pembunuh, soalnya James terlalu lemah dan bodoh buat melakukan pembunuhan. Gue kalau misal jadi James mungkin kesel juga tapi Emily tampak seperti cewek alpha yang emang ga bisa dibantah dan rela melakukan apa saja untuk membuktikan James tidak bersalah. Jadi, ya James sebenarnya cukup beruntung walau gue bisa banyangin kalau James dan Emily jadi menikah maka James bakal jadi yang sering ngalah, hehehe. Dibantu dengan Charles Enderby, seorang wartawan koran setempat yang tampaknya menaruh hati sama Emily, Emily melakukan investigasinya dengan mendekati orang2 di Sittaford maupun keluarga Kapten Trevelyan.

Buku ini punya dua pertanyaan yang perlu jawaban. Yang pertama tentu saja siapa pembunuh Kapten Trevelyan dan gimana cara dia membunuh si Kapten. Sementara yang kedua, apakah Emily bakal ngebalas perasaan Charles dan meninggalkan James yang lemah tak berdaya karena jadi tertuduh pembunuhan. Untuk yang pertama, jelas gue ga bisa nebak dengan benar hahaha, padahal cara pembunuhannya sendiri cukup logis dan ga outlandish kayak beberapa buku Agatha Christie yang udah pernah gue baca. Bisa banget dipraktekkan lah di dunia nyata. Terkait Emily dan Charles, ya baca sendiri aja hehe walau gue cukup suka interaksi keduanya. Seperti karya2 Dame Christie, tentunya banyak red herring yang dilemparkan supaya bikin pembaca (baca: gue) bingung sendiri. Untuk alurnya sendiri cukup oke walau ada bagian2 yang cukup rasis, tapi mengingat buku ini ditulis tahun 1930an pada tahun itu kan rasisme emang masih ada. Nuansanya sendiri emang penuh salju jadi kalau mau cari buku bertema Natal, buku ini bisa sih dibaca. Gue baca - baca Wiki juga katanya ada kemiripan suasana dan setting antara The Sittaford Mystery dan The Hound of Baskervilles karya Conan Doyle. Menariknya, nama Sir Arthur Conan Doyle juga disebut di buku ini.

Bukan salah satu buku yang terbaik karya Dame Christie tapi bagi gue tetep menarik dan menghibur. Cocok juga kalau kalian baru pertama kali baca buku Agatha Christie karena ini juga stand alone ceritanya. Oh ya, kalau kalian baca buku ini dengan cover terbitan terbaru dari Gramedia yaitu nuansa putih plus merah
maka gambar di cover bakal make sense setelah tahu akhir ceritanya. Ngeselin banget sih, hahaha

Expand filter menu Content Warnings