A review by whatnovireads
Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari

5.0

Dukuh Paruk ini berlatar di Banyumas. Kemelaratannya, keterbelakangannya, kebodohannya, ronggengnya, serta sumpah serapah cabulnya menjadi anak kandung pedukuhan ini.

Aku kagum sekali dengan kemampuan deskripsi penulis menjabarkan keadaan alam di Dukuh Paruk. Saat sedang hujan, kemarau, dilanda kebodohan, situasi 1965 dengan sangat detail. Seakan-akan aku sedang berdiri di atas bukit Ki Secamenggala sambil mengamati sekitar pedukuhan. Aku hanyut di suasana alami Dukuh Paruk.

Buku ini sebenarnya kumpulan trilogi buku. Buku pertama berjudul "Catatan Buat Emak", buku kedua berjudul "Lintang Kemukus Dini Hari", dan buku ketiga berjudul "Jantera Bianglala". Disatukan menjadi satu buku bernama Ronggeng Dukuh Paruk.

Untuk tragedi 1965 menurutku kurang dikupas di dalam buku ini. Entahlah mungkin penulis hanya memperlihatkan efeknya di kehidupan Srintil. Malah aku berpendapat buku ini lebih condong ke arah feminisme dan juga karena terlalu halus mendeskripsikan keadaan saat kasus 1965, jadi aku membacanya lebih santai. Mungkin karena sebelumnya aku sudah baca novel tema serupa yang agak terang-terangan menyiksanya dari ini kali ya. Tapi bagi mereka yang memiliki trauma soal kasus ini, menurutku pantas juga penulis menceritakannya secara halus.

Mengikuti perkembangan Srintil dari sejak bocah mulai meronggeng sampai akhirnya dia kepingin jadi ibu rumah tangga ya ampun perubahannya kuat banget. Dia hanya ingin jd selayaknya wanita