A review by moilady
Things Left Behind: Hal-hal yang Kita Pelajari dari Mereka yang Telah Tiada by Kim Sae-byoul, Jeon Ae Won

emotional inspiring lighthearted sad medium-paced

4.0

Waktu baca buku ini aku banyak banget merenungnya, dan bahkan kayaknya gak bisa dibilang selesai dengan cepat karena banyak sedihnya. Mungkin karena buku ini bukan buku fiksi, jadi bayangan kejadian yang ada di buku terasa sangat nyata.

Buku ini ngasih gambaran kehidupan orang-orang yang menurutku lebih ke kehidupan orang kota. Gimana mereka yang justru abai sama sekitar sampai-sampai ada yang gak sadar kalau tetangga atau di sekitar mereka ada yang meregang nyawa. Belum lagi keluarga yang ditinggalkan ada juga yang justru abai dan gak peduli sama korban itu sendiri, lebih parahnya lagi ada anak yang hanya peduli sama harta orangtuanya.

Jujur, jahat banget.

Buku ini juga ngasih tamparan kecil-kecil gimana kasih sayang orangtua yang gak akan pernah habis meskipun ajal menjemput, sedangkan anak bisa dengan mudah berusaha untuk terus hidup meski ditinggalkan. Ada juga ketika orang-orang yang meninggal dalam kesepian yang hanya bertemankan hewan peliharaan, buatku yang juga punya hewan peliharaan, bagian itu bener-bener bikin aku sedih banget. Ada beberapa tulisan yang cukup kena banget di aku, salah satunya,

Semua orang menutup hidung dan menjauh karena bau yang meruap dari jenazah itu. Namun, ada seseorang yang datang berlari, memeluk jenazah itu, dan menangis. Ayah almarhum. Sang ayah menempelkan wajahnya dan menggosokkan pipinya di wajah anak perempuannya. Dia cukup lama bertahan di tempat itu.
Baik hidup maupun mati, bahkan sudah membusuk pun, dia tetaplah anak perempuan yang berharga bagi ayahnya.

- Halaman 5.

Anak itu haus akan kasih sayang orangtua, tetapi alih-alih mendapat kasih sayang, dia mendapat luka di sekujur tubuh dan hatinya. Siapa yang melempari anak ini dengan batu? Jangan-jangan itu semua karena kesalahan kita, orangtua, yang tidak meraih tangan yang diulurkan kepada kita.

- Halaman 27

Choco bertahan hidup dengan susah payah di sisi tuan lamanya yang meninggal. Lalu dia menjadi keluarga kami. Itu bukan pilihan Choco. Datang ke rumah almarhum atau pun datang ke rumah kami bukan pilihannya. Tetapi, si Choco memberikan kasih sayang begitu banyak kepada tuan sebelumnya dan kepada kami. Itu pilihan si Choco sendiri.

- Halaman 182

Merahasiakan penyakit kepada keluarga tidak akan mengurangi beban keluarga, malahan memberi rasa bersalah kepada mereka. Menyatakan bahwa kamu mengidap penyakit mungkin pada awalnya bisa menjadi beban, tetapi jika merahasiakan penyakit kepada anak-anakmu, mereka akan hidup dalam rasa bersalah seumur hidup sesudah kamu meninggal.

- Halaman 197

Tidak bisa hidup bagi diri sendiri demi menolong orang lain adalah seuatu yang bodoh. Bila kita hidup dengan baik-baik, kita pasti bisa menolong orang lain.

- Halaman 198

Buatlah banyak kenangan bersama orang-orang yang kita kasihi. Kenangan itu akan memberikan kehangatan saat ajal kelak menjemput kita.

- Halaman 199

Semoga kita semua bisa terus sehat dan saling membantu satu sama lain.

Expand filter menu Content Warnings