A review by headliner
Wizard Bakery by Gu Byeong-mo

dark tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

3.5

Cover buku ini sangat menipu. Cupcake pada cover memberikan kesan manis, tapi kenyataannya cerita dalam buku ini jauh dari kata manis. Lebih ke tragis dan ironis, menurutku.

Kisah dalam buku ini banyak mengangkat isu-isu seperti violence, sexual harassment, child abuse, bullying, dan blood.  Perlu menjadi hal yang patut dicermati bagi penerbit untuk meletakkan trigger warning pada halaman pembuka atau cover belakang buku. Penjabarannya juga disampaikan secara detail sehingga saat membaca, aku sesekali mengatur napasku. Apalagi sudut pandang pada buku ini menggunakan orang pertama.

Aku dituduh melakukan tindak pelecehan seksual oleh adik tirinya. Ibu tirinya yang tidak terima, menyiksa aku, sementara ayahnya yang merupakan ayah kandung tidak berkutik sama sekali. Sepeninggal ibu kandungnya, hidup aku jauh dari kata manis. Ia juga menjadi korban perundungan. Karena siksaan akibat tuduhan itu, aku kabur dari rumah dan bersembunyi dalam toko roti yang Ia temukan. Namun, toko roti itu menyajikan menu yang tidak biasa dengan resep racikan penyihir dan burung biru.

Bagiku buku ini sangat unik karena cerita yang disajikan berbeda dari yang biasa aku baca. Roti-roti yang memiliki kekuatan magis menjadi daya tarik dalam kisah ini dan membuatku ikut memilih - pilihanku jatuh pada Doppelganger Finance. Aku juga menikmati bagaimana konsep apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai, para pembeli juga bertanggung jawab atas roti yang mereka pilih. Seakan-akan hal tersebut menyadarkan kita kalau apa yang telah menjadi pilihan juga menjadi tanggung jawab kita. Pada bagian akhir pembaca akan diberikan dua alternative ending, ya atau tidak, membuatku sadar akan probabilitas yang terjadi dalam hidup dari apa yang sudah kita tentukan.

Sayangnya, ada beberapa hal yang terasa kurang untukku dan membuat penasaran. Latar belakang burung biru dan bagaimana toko roti dibangun. Kesalahan dalam penulisan (typo) juga beberapa kali aku temukan. Still, aku menikmati buku ini karena cukup page turner dan ingin lebih tau bagaimana efek yang diberikan dari roti ajaib.

Expand filter menu Content Warnings