Scan barcode
A review by renpuspita
The Book of Lost Things by John Connolly
dark
emotional
tense
medium-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.0
Gue masih ingat sekitar 2012 (lama ya), temen2 BBI banyak yang baca buku The Book of Lost Things atau yang diterjemahkan jadi Kitab Tentang yang Telah Hilang. Karena gue juga kepo, akhirnya beli walau tetep aja ditimbun dan akhirnya baru dibaca tahun 2023. Mestinya gue baca ini tahun 2024 aja biar lama ditimbunnya sama kayak usia tokoh utamanya, David, yang berumur 12 tahun. Tapi ya sudahlah, kan niatnya habisin timbunan yak.
Gue awalnya mengira ini hanya fairy tale biasa dengan dark twist, semacam A Tale Dark and Grimm karya Adam Gidwitz. Gue ga mengira, ceritanya bakal DEPRESIF, GELAP dan SADIS . Dari awal emang udah ngebatin, kenapa kisah fairy tale dengan tokoh anak kecil dikategorikan sebagai novel dewasa. Mutual gue di Twitter bilang kalau ini ceritanya banyak konten gore dan juga kayak Narnia tapi versi lebih dark. Buku ini sepertinya ditulis Connolly untuk membuat Narnia versinya sendiri, yang digabungkan dengan kegilaan ala Alice in the Wonderland dan vibe sadis, depresif yang berasal dari setting bukunya yaitu awal Perang Dunia II. Buku ini emang mau ga mau bikin teringat Narnia, mengingat sub genrenya sama - sama portal fantasy (dateng ke dunia lain) dan juga terjadi di awal serangan Jerman ke Inggris di tahun 1940. Bedanya hanya David ini sendiri, sementara anak - anak Pevensie ada berempat. Tentunya tidak ada Turkish Delight disini. Yang ada hanyalah aura suram, binatang jahat yang ingin jadi manusia dan manusia yang juga keji.
Diceritakan sepenuhnya dari sudut pandang orang ketiga serba tahu tapi tetap berfokus pada David, Connolly banyak bermain dengan kisah - kisah dongeng yang kita tahu. Dongeng aslinya yang sudah suram (dengan harapan sebagai pengingat untuk anak - anak. Ingat ya, versi Disney itu versi yang jinak), sama Connolly dibikin lebih suram lagi. Ada awal mula kaum Loup (atau werewolf) yang bermula dari Kisah si Tudung Merah, ada kisah Hansel and Gretel yang tidak berakhir bahagia, para kurcaci yang benci kapitalis dan Snow White yang sangat ga snow white banget XD. Lalu ada juga kisah Goldilocks dan Tiga Beruang yang..yah anda benar, pokoknya ga happy end. Kisah Putri Tidur yang ga biasa, pemburu gila yang suka membuat chimera (gabungan manusia dan binatang) dan kehadiran makhluk jail bernama Lelaki Bungkuk yang membawa David ke Negeri Dongeng dan ga ingin bocah itu pergi. Tapi, walau banyak kekejaman dan kebengisan yang menerpa, David pun bertemu dengan bbrp orang yang membantunya seperti Tukang Kayu dan Roland si prajurit.
Endingnya sendiri menurut gue bisa dibilang "bahagia", tergantung sama definisi bahagia itu kayak gimana. Tapi gue akuin abis baca buku ini gue berasa hampa. Memang benar kalau buku ini tuh sebenarnya lebih ke perjalanan David secara emosional, aka coming of age. Menurut gue juga ini cara Connolly menceritakan David untuk memproses rasa dukanya akibat ibunya yang meninggal terlalu cepat dan rasa amarah serta tersisihkan karena ayahnya menikah lagi dengan Rose yang notabene dulu perawat ibu David bahkan sampai punya anak. Bagaimana David akhirnya menerima kalau ibunya sudah meninggal dan juga akhirnya belajar mencintai keluarga barunya. Menurut gue, bagian terakhirnya memang bagus banget ketika David tiba di ujung perjalanannya. Sayangnya, rasa hampa itu tetap ada karena gue merasa apakah kekerasan dan kekejaman di buku ini emang perlu? Gue merasa dengan tema horror dan twisted, terlalu banyak konten gore dan mutilasi yang terjadi sampe gue mati rasa waktu baca. Apalagi si Lelaki Bungkuk yang hobinya menyiksa orang hanya untuk hiburan. Gue berkali - kali mikir apakah porsi kekejamannya ini diperlukan agar David beranjak dari anak kecil menjadi dewasa?
Buku ini memang banyak content & trigger warningnya. Keterangan "Novel Dewasa" emang bukan sekedar tempelan meski tokohnya anak kecil karena banyak bagian cerita yang berpotensi bikin kamu mual bagi yang ga biasa . Pun buku ini dibaca pas moodnya lagi baik, karena endingnya emang bikin kayak tertegun dan ngerasa hampa. Tapi kalau kamu suka kisah dongeng dengan bumbu horror dan banyak versi twistnya, buku ini cocok untuk dibaca. Yang jelas ini bukan buku untuk anak - anak. Ini untuk orang dewasa yang ingin dongeng yang cocok untuk mereka, karena orang dewasa pun masih butuh kisah dongeng sebagai pengingat.
Gue awalnya mengira ini hanya fairy tale biasa dengan dark twist, semacam A Tale Dark and Grimm karya Adam Gidwitz. Gue ga mengira, ceritanya bakal DEPRESIF, GELAP dan SADIS . Dari awal emang udah ngebatin, kenapa kisah fairy tale dengan tokoh anak kecil dikategorikan sebagai novel dewasa. Mutual gue di Twitter bilang kalau ini ceritanya banyak konten gore dan juga kayak Narnia tapi versi lebih dark. Buku ini sepertinya ditulis Connolly untuk membuat Narnia versinya sendiri, yang digabungkan dengan kegilaan ala Alice in the Wonderland dan vibe sadis, depresif yang berasal dari setting bukunya yaitu awal Perang Dunia II. Buku ini emang mau ga mau bikin teringat Narnia, mengingat sub genrenya sama - sama portal fantasy (dateng ke dunia lain) dan juga terjadi di awal serangan Jerman ke Inggris di tahun 1940. Bedanya hanya David ini sendiri, sementara anak - anak Pevensie ada berempat. Tentunya tidak ada Turkish Delight disini. Yang ada hanyalah aura suram, binatang jahat yang ingin jadi manusia dan manusia yang juga keji.
Diceritakan sepenuhnya dari sudut pandang orang ketiga serba tahu tapi tetap berfokus pada David, Connolly banyak bermain dengan kisah - kisah dongeng yang kita tahu. Dongeng aslinya yang sudah suram (dengan harapan sebagai pengingat untuk anak - anak. Ingat ya, versi Disney itu versi yang jinak), sama Connolly dibikin lebih suram lagi. Ada awal mula kaum Loup (atau werewolf) yang bermula dari Kisah si Tudung Merah, ada kisah Hansel and Gretel yang tidak berakhir bahagia, para kurcaci yang benci kapitalis dan Snow White yang sangat ga snow white banget XD. Lalu ada juga kisah Goldilocks dan Tiga Beruang yang..yah anda benar, pokoknya ga happy end. Kisah Putri Tidur yang ga biasa, pemburu gila yang suka membuat chimera (gabungan manusia dan binatang) dan kehadiran makhluk jail bernama Lelaki Bungkuk yang membawa David ke Negeri Dongeng dan ga ingin bocah itu pergi. Tapi, walau banyak kekejaman dan kebengisan yang menerpa, David pun bertemu dengan bbrp orang yang membantunya seperti Tukang Kayu dan Roland si prajurit.
Endingnya sendiri menurut gue bisa dibilang "bahagia", tergantung sama definisi bahagia itu kayak gimana. Tapi gue akuin abis baca buku ini gue berasa hampa. Memang benar kalau buku ini tuh sebenarnya lebih ke perjalanan David secara emosional, aka coming of age. Menurut gue juga ini cara Connolly menceritakan David untuk memproses rasa dukanya akibat ibunya yang meninggal terlalu cepat dan rasa amarah serta tersisihkan karena ayahnya menikah lagi dengan Rose yang notabene dulu perawat ibu David bahkan sampai punya anak. Bagaimana David akhirnya menerima kalau ibunya sudah meninggal dan juga akhirnya belajar mencintai keluarga barunya. Menurut gue, bagian terakhirnya memang bagus banget ketika David tiba di ujung perjalanannya. Sayangnya, rasa hampa itu tetap ada karena gue merasa apakah kekerasan dan kekejaman di buku ini emang perlu? Gue merasa dengan tema horror dan twisted, terlalu banyak konten gore dan mutilasi yang terjadi sampe gue mati rasa waktu baca. Apalagi si Lelaki Bungkuk yang hobinya menyiksa orang hanya untuk hiburan. Gue berkali - kali mikir apakah porsi kekejamannya ini diperlukan agar David beranjak dari anak kecil menjadi dewasa?
Buku ini memang banyak content & trigger warningnya. Keterangan "Novel Dewasa" emang bukan sekedar tempelan meski tokohnya anak kecil karena banyak bagian cerita yang berpotensi bikin kamu mual bagi yang ga biasa . Pun buku ini dibaca pas moodnya lagi baik, karena endingnya emang bikin kayak tertegun dan ngerasa hampa. Tapi kalau kamu suka kisah dongeng dengan bumbu horror dan banyak versi twistnya, buku ini cocok untuk dibaca. Yang jelas ini bukan buku untuk anak - anak. Ini untuk orang dewasa yang ingin dongeng yang cocok untuk mereka, karena orang dewasa pun masih butuh kisah dongeng sebagai pengingat.
Graphic: Body horror, Death, Gore, Torture, Violence, Blood, and Murder
Moderate: Confinement, Kidnapping, Grief, Death of parent, and Injury/Injury detail
Minor: Child death, Homophobia, Pregnancy, and Outing