A review by ulfahftryh
Penaka by Altami N.D.

challenging emotional hopeful medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

Tertarik baca 'Penaka' karena premisnya yang unik;
"Pagi ini aku terbangun sebagai botol minum."
Nggak cuma jadi botol minum, tapi juga berubah wujud jadi kucing, anjing, burung, benda, bahkan mereka juga bisa berubah menjadi orang lain. Dari perubahan wujud itu mereka bisa menilik bagaimana kehidupannya selama ini melalui sudut pandang yang berbeda.

Penaka ini bercerita bagaimana Sofia dan Laksana, pasangan suami-istri, dealing dengan segala permasalahan rumah tangga yang ada. Sofia sebagai ibu rumah tangga yang merasa hidupnya nggak berkembang seperti teman-temannya yang lain. Hidup Sofia hanya penuh diisi dengan mengurus rumah, dan mejaga anaknya, Raisa, sendirian, yang membuat insekuritas Sofia jadi tinggi. Belum lagi suaminya, Laksana, yang kecanduan main game online. Hampir setiap malam setiap pulang kerja waktu Laksana hanya dihabiskan dengan bermain game bersama teman-teman kantornya. 

Buku ini nggak terlalu meromantisasi kehidupan rumah tangga, tapi menunjukkan bagaimana kehidupan setelah menikah yang sesungguhnya. Egois dan keras kepala mungkin akan menjadi makanan sehari-hari dalam potret kehidupan rumah tangga.  

Selama baca ini ikutan stress ngeliat Sofia yang mengurus pekerjaan rumah apalagi punya anak yang lagi aktif-aktifnya dan nggak mau berjauhan sama Mamanya. Tapi ada juga hal yang menjengkelkan dari Sofia kalau lagi marah-marah dan berdebat dia nggak mau kalah, seakan Begitupun juga dengan Laksana, dia terlalu ignorant sama anaknya sendiri sampai dia nggak sadar kalau anaknya jatuh dan jidatnya berdarah. Karena apa? karena Laksana cuma fokus ngegame sampai lupa kalau ada anak yang harus dia perhatikan dan diawasi.

Permasalahan utama mereka berdua ini ada di komunikasi. Sofia yang nggak mau bertanya lebih dulu (tapi berasumsi di awal) dan Laksana yang nggak mau menjelaskan. Padahal keduanya sama-sama lagi kesulitan. Pernikahan itu nggak cuma sehari tapi seumur hidup. Komunikasi dan komitmen kunci dari segalanya. Mau hal sepelepun harus tetep dibicarain, dirembuk dan terbuka satu sama lain supaya suatu saat nggak jadi bom atom. Untuk gue yang belum nikah, setelah baca ini lumayan dapat pelajaran dan tau apa yang harus dihindari dalam berumah tangga.