Scan barcode
A review by moilady
Dua Dini Hari by Chandra Bientang
dark
emotional
mysterious
sad
tense
slow-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? N/A
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.5
To be very very very very very honest, buku ini 'tuh bagus banget. Aku suka sama alur ceritanya, cara penulisannya, sampai plot twistnya. Selama baca buku ini kita kayak diajak tebak-tebakan, siapa yang jadi siapa.
Sejujurnya aku sempet dibuat kesel sama Elang karena pembawaannya yang nyebelin, terus dibuat bingung sama Kanti yang munculin banyak banget pertanyaan 'kenapa' sama apa-apa yang dia lakuin. Belum lagi aku merasa tertipu sama beberapa nama yang sempat disebut di dalam cerita yang aku kira, "Oh, yaudah. Cuma tokoh pelengkap yang numpang lewat."
Tapi, ternyata ... bikin aku bengong dan nggak nyangka tapi ya nggak kaget juga?
Buku ini 'tuh menceritakan dua sudut pandang sekelompok orang dalam melihat permasalahan anak jalanan. Ada yang menganggap mereka 'tuh bener-bener pengganggu dan ada juga yang menganggap mau gimana pun mereka itu ya manusia, makhluk hidup seperti kita yang bedanya mereka gak punya privilege apa-apa dan justru (mungkin) memilih untuk hidup di jalanan atas dasar rasa kebebasan.
Dan yang bikin aku bengong banget adalah, ketika persoalan pembunuhan ini justru memiliki akar dan sumber yang lebih dari sekadar pembunuh iseng atau balas dendam, tapi jauh lebih gelap dan lebih dalam dari itu.Belum lagi bagian pembakaran rumah yang aku duga (karena bagian ini sepertinya open ending) adalah rumah Pak Rangga membuat aku sadar bahwa pada satu titik kita mungkin aja hidup di bawah sesuatu kekuasaan yang lebih besar dan kita nggak bisa apa-apa. Mau maju, kita salah, mau mundur juga nggak bisa.
Buku ini lumayan page turning, rasanya bikin pandanganku kembali terbuka dan kembali sadar sama persoalan yang sebenernya nggak jauh-jauh amat dari kehidupan kita sehari-hari. Sayangnya, di beberapa bagian aku merasa bosan waktu baca buku ini so, I'm giving it 3.5 out of 5.
Sejujurnya aku sempet dibuat kesel sama Elang karena pembawaannya yang nyebelin, terus dibuat bingung sama Kanti yang munculin banyak banget pertanyaan 'kenapa' sama apa-apa yang dia lakuin. Belum lagi aku merasa tertipu sama beberapa nama yang sempat disebut di dalam cerita yang aku kira, "Oh, yaudah. Cuma tokoh pelengkap yang numpang lewat."
Tapi, ternyata ... bikin aku bengong dan nggak nyangka tapi ya nggak kaget juga?
Buku ini 'tuh menceritakan dua sudut pandang sekelompok orang dalam melihat permasalahan anak jalanan. Ada yang menganggap mereka 'tuh bener-bener pengganggu dan ada juga yang menganggap mau gimana pun mereka itu ya manusia, makhluk hidup seperti kita yang bedanya mereka gak punya privilege apa-apa dan justru (mungkin) memilih untuk hidup di jalanan atas dasar rasa kebebasan.
Dan yang bikin aku bengong banget adalah, ketika persoalan pembunuhan ini justru memiliki akar dan sumber yang lebih dari sekadar pembunuh iseng atau balas dendam, tapi jauh lebih gelap dan lebih dalam dari itu.
Buku ini lumayan page turning, rasanya bikin pandanganku kembali terbuka dan kembali sadar sama persoalan yang sebenernya nggak jauh-jauh amat dari kehidupan kita sehari-hari. Sayangnya, di beberapa bagian aku merasa bosan waktu baca buku ini so, I'm giving it 3.5 out of 5.
Content Warnings
Moderate: Child death, Death, Mental illness, Kidnapping, Murder, Torture, and Rape