A review by alfath
The Boy Who Gave His Heart Away by Cole Moreton

4.0

Gaya tulisan dalam buku ini berselang seling antara hasil interview dan narasi deskripsi, seperti melihat film ala-ala cerita nyata dengan komentar dari tiap pemain yang terlibat. Jabarannya pun sangat mudah dibayangkan bagi siapa saja yang pernah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Sebuah buku yang bisa mengajak pembaca untuk menghargai kehidupan, dan terus berjuang sampai kematian itu datang.

Lewat buku ini saya menjadi tahu kondisi seperti apa seseorang bisa mendonorkan organ tubuhnya, bagaimana para dokter dan staf rumah sakit bekerja mencocokkan kesamaan kebutuhan penerima dengan ketersediaan organ, dan tentu saja bagaimana proses memindahkan organ dari pendonor kepada penerima tanpa membuat organ rusak. Termasuk bagaimana menentukan seseorang dinyatakan meninggal sebelum operasi pembedahan tubuh dan pemindahan organ dilakukan.

Tidak hanya masalah teknis tentang bedah-membedah atau penjelasan tentang perlunya penerima organ mengonsumsi obat seumur hidup, buku ini juga menyajikan bagaimana perasaan dari tiap keluarga. Keluarga pendonor selalu teringat ada organ sang anak di tubuh anak lain yang masih hidup, pasti memunculkan perasaan "Andai anakku masih hidup...pasti dia seusia anak itu". Atau kecemasan yang muncul dari keluarga penerima semacam, "Anakku harus meminum segala obatnya atau jantungnya tak mampu bekerja" dan banyak lainnya.

Pernah saya membaca sebuah tulisan mading kurang lebih begini, "Untuk apa hidup bergantung pada selang-selang..."yang sisa tulisannya sudah tidak teringat lagi karena hidup dan mati bukan perkara ada selang atau tak ada selang. Entah apa tujuan penulis, yang jelas saat membaca penuh artikel mading itu saya tidak terkesan sama sekali. Memang mati adalah ketetapan, tapi usaha untuk tidak berputus asa tetap menjadi penilaian di hadapan Allah Ta'ala.