Scan barcode
A review by clavishorti
Saha Mansion by Cho Nam-joo
adventurous
challenging
dark
emotional
mysterious
reflective
sad
slow-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
2.0
Di kota-negara misterius bernama Town, tujuh menteri tanpa wajah mengendalikan segala hal, namun siapa mereka sebenarnya tetap menjadi rahasia. Ada tiga kelas masyarakat: L—atau yang sering disebut Warga—yang kaya dan berpengetahuan, L2 yang hanya memiliki izin tinggal sementara, dan Saha, golongan yang tak diakui—termasuk imigran gelap, difabel, korban kekerasan, dan kemiskinan.
Ketika seorang dokter wanita terhormat ditemukan tewas dengan tanda-tanda kelebihan obat dan pelecehan, mata publik langsung tertuju pada tersangka dari golongan Saha. Namun, apakah benar dia pelakunya?
Di tengah kabut misteri yang menyelimuti kota-negara Town, penghuni Saha Mansion mulai menghilang satu per satu, meninggalkan kekosongan dan pertanyaan yang tak terjawab. Setiap kali seseorang menghilang, suasana Saha Mansion menjadi semakin tegang, rasa takut dan kecurigaan merajalela di antara penghuni. Dengan setiap petunjuk yang muncul dan setiap rahasia yang terungkap, kota-negara Town semakin terperangkap dalam lingkaran misteri yang tak kunjung selesai. Apa sebenarnya rahasia yang tersembunyi di balik dinding-dinding misterius Town yang tak bisa ditembus?
Saha Mansion karya Cho Nam-Joo memulai perjalanan dengan wara yang sangat menjanjikan, menggoda pembaca dengan janji misteri yang mendalam dan memikat. Sebagai penggemar genre misteri, saya tak bisa menolak untuk menyelami cerita ini dengan harapan menemukan teka-teki yang rumit dan memikat. Namun, seiring berjalannya cerita, saya mulai merasa bahwa misteri yang dijanjikan tidak sekompleks atau seintensif yang saya harapkan.
Awalnya, saya berharap bahwa buku ini akan menyajikan investigasi mendalam terhadap sebuah kasus pembunuhan yang misterius, memecahkan teka-teki yang tersembunyi di balik dinding-dinding Saha Mansion. Namun, harapan saya berubah ketika saya mulai tenggelam dalam alur cerita yang sebenarnya lebih fokus pada pengembangan karakter dan dinamika sosial, bukan pada misteri yang dijanjikan. Saya merasa seperti sedang diundang ke sebuah pesta misteri, tetapi yang saya temukan adalah sebuah kehidupan yang kompleks.
Meskipun ada pengungkapan mengejutkan tentang nasib penghuni Saha Mansion, cerita tersebut belum sepenuhnya berhasil memikat imajinasi saya. Meski beberapa bagian cerita berhasil menarik perhatian, ada segmen lain yang kurang memadai, menurunkan ritme narasi dan membuatnya terasa monoton.
Buku ini memang lebih berfokus pada genre distopia daripada misteri, menawarkan sebuah dunia yang kompleks dan penuh dengan ketegangan di kota-negara Town, tepatnya di Saha Mansion. Saya harus mengakui bahwa penulis berhasil menciptakan sebuah dunia distopia yang kaya dan penuh konflik. Namun, kekayaan tersebut tampaknya belum dieksplorasi sepenuhnya, meninggalkan ruang kosong dan kekecewaan bagi pembaca yang berharap menemukan lebih banyak lapisan misteri dan kompleksitas dalam cerita.
Dengan latar belakang dunia distopia yang rumit ini, penulis dihadapkan pada tugas berat untuk menjelaskan berbagai aspek cerita, menghasilkan narasi yang padat dan terkadang membingungkan. Ini adalah sebuah dilema, di mana upaya untuk membangun dunia yang kaya sering kali bertentangan dengan kebutuhan untuk menjaga kelancaran dan keterbacaan narasi.
Selain itu, kehadiran banyak tokoh dengan hubungan antartokoh yang kompleks menjadi tantangan tersendiri. Saya sering kali merasa terjebak dalam labirin karakter-karakter yang saling terkait namun sulit untuk mengikuti alur cerita, mengurangi intensitas rasa penasaran saya selama membaca. Saya merasa kesulitan untuk menemukan benang merah yang menghubungkan setiap karakter, membuat saya terjebak dalam ketidakpastian dan kebingungan.
Menuju akhir cerita, saya merasa seperti tersesat dalam labirin kata-kata dan plot yang rumit. Kebingungan saya meningkat dengan setiap halaman yang saya baca, membuat saya bertanya-tanya apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penulis. Saat saya mencapai penutup, rasa kecewa melanda, meninggalkan saya dengan rasa penasaran dan frustrasi.
Penutupan cerita ini meninggalkan saya dengan banyak pertanyaan yang menggantung, seperti misteri yang belum terpecahkan. Apa tujuan sebenarnya dari cerita ini? Apa makna mendalam yang ingin disampaikan oleh penulis? Semua ini menantang saya untuk merenung lebih dalam, mencoba mengurai benang kusut dari plot yang rumit ini dan mencari pemahaman yang lebih mendalam. Namun, saat ini saya tetap merasa kecewa dengan bagaimana penulis memilih untuk mengakhiri cerita ini, meninggalkan saya dengan perasaan campur aduk dari frustrasi, kebingungan, dan ketidakpuasan.
Saya berkesempatan membaca versi alih bahasa Indonesia dari buku Saha Mansion yang diterjemahkan oleh Iingliana. Secara keseluruhan, saya menghargai pemilihan kata yang cermat dan penuh perhatian dalam menyajikan narasi yang mendalam.
Menurut saya, alih bahasa memang bukanlah tugas yang mudah, terutama ketika menangani sebuah karya sekompleks Saha Mansion. Alih bahasa bukan hanya soal memindahkan kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga tentang memahami dan menangkap nuansa, emosi, dan esensi yang ingin disampaikan oleh penulis asli. Iingliana dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan esensi dan kekayaan nuansa dari karya asli, sambil juga memastikan bahwa cerita tetap mudah diikuti dan dipahami oleh pembaca berbahasa Indonesia.
Dalam membaca buku Saha Mansion karya Cho Nam-Joo, saya merasa bahwa buku ini belum sepenuhnya menggugah minat dan mempertahankan ketertarikan saya sepanjang cerita. Kemungkinan besar, ini disebabkan oleh perbedaan selera pribadi saya dengan nuansa dan tema yang diusung oleh buku ini, serta gaya penyampaian narasinya yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi saya.
Namun, di balik ketidaksesuaian dengan preferensi pribadi saya, saya mengakui bahwa buku ini memiliki potensi besar untuk menarik pembaca lain yang mencari cerita dengan kedalaman dan kompleksitas yang lebih dari sekadar misteri. Buku ini menawarkan pandangan yang tajam tentang dinamika sosial dan karakter yang kompleks, yang mungkin sangat menggugah bagi mereka yang menyukai cerita dengan nuansa yang lebih mendalam.
Ketika seorang dokter wanita terhormat ditemukan tewas dengan tanda-tanda kelebihan obat dan pelecehan, mata publik langsung tertuju pada tersangka dari golongan Saha. Namun, apakah benar dia pelakunya?
Di tengah kabut misteri yang menyelimuti kota-negara Town, penghuni Saha Mansion mulai menghilang satu per satu, meninggalkan kekosongan dan pertanyaan yang tak terjawab. Setiap kali seseorang menghilang, suasana Saha Mansion menjadi semakin tegang, rasa takut dan kecurigaan merajalela di antara penghuni. Dengan setiap petunjuk yang muncul dan setiap rahasia yang terungkap, kota-negara Town semakin terperangkap dalam lingkaran misteri yang tak kunjung selesai. Apa sebenarnya rahasia yang tersembunyi di balik dinding-dinding misterius Town yang tak bisa ditembus?
Saha Mansion karya Cho Nam-Joo memulai perjalanan dengan wara yang sangat menjanjikan, menggoda pembaca dengan janji misteri yang mendalam dan memikat. Sebagai penggemar genre misteri, saya tak bisa menolak untuk menyelami cerita ini dengan harapan menemukan teka-teki yang rumit dan memikat. Namun, seiring berjalannya cerita, saya mulai merasa bahwa misteri yang dijanjikan tidak sekompleks atau seintensif yang saya harapkan.
Awalnya, saya berharap bahwa buku ini akan menyajikan investigasi mendalam terhadap sebuah kasus pembunuhan yang misterius, memecahkan teka-teki yang tersembunyi di balik dinding-dinding Saha Mansion. Namun, harapan saya berubah ketika saya mulai tenggelam dalam alur cerita yang sebenarnya lebih fokus pada pengembangan karakter dan dinamika sosial, bukan pada misteri yang dijanjikan. Saya merasa seperti sedang diundang ke sebuah pesta misteri, tetapi yang saya temukan adalah sebuah kehidupan yang kompleks.
Meskipun ada pengungkapan mengejutkan tentang nasib penghuni Saha Mansion, cerita tersebut belum sepenuhnya berhasil memikat imajinasi saya. Meski beberapa bagian cerita berhasil menarik perhatian, ada segmen lain yang kurang memadai, menurunkan ritme narasi dan membuatnya terasa monoton.
Buku ini memang lebih berfokus pada genre distopia daripada misteri, menawarkan sebuah dunia yang kompleks dan penuh dengan ketegangan di kota-negara Town, tepatnya di Saha Mansion. Saya harus mengakui bahwa penulis berhasil menciptakan sebuah dunia distopia yang kaya dan penuh konflik. Namun, kekayaan tersebut tampaknya belum dieksplorasi sepenuhnya, meninggalkan ruang kosong dan kekecewaan bagi pembaca yang berharap menemukan lebih banyak lapisan misteri dan kompleksitas dalam cerita.
Dengan latar belakang dunia distopia yang rumit ini, penulis dihadapkan pada tugas berat untuk menjelaskan berbagai aspek cerita, menghasilkan narasi yang padat dan terkadang membingungkan. Ini adalah sebuah dilema, di mana upaya untuk membangun dunia yang kaya sering kali bertentangan dengan kebutuhan untuk menjaga kelancaran dan keterbacaan narasi.
Selain itu, kehadiran banyak tokoh dengan hubungan antartokoh yang kompleks menjadi tantangan tersendiri. Saya sering kali merasa terjebak dalam labirin karakter-karakter yang saling terkait namun sulit untuk mengikuti alur cerita, mengurangi intensitas rasa penasaran saya selama membaca. Saya merasa kesulitan untuk menemukan benang merah yang menghubungkan setiap karakter, membuat saya terjebak dalam ketidakpastian dan kebingungan.
Menuju akhir cerita, saya merasa seperti tersesat dalam labirin kata-kata dan plot yang rumit. Kebingungan saya meningkat dengan setiap halaman yang saya baca, membuat saya bertanya-tanya apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penulis. Saat saya mencapai penutup, rasa kecewa melanda, meninggalkan saya dengan rasa penasaran dan frustrasi.
Penutupan cerita ini meninggalkan saya dengan banyak pertanyaan yang menggantung, seperti misteri yang belum terpecahkan. Apa tujuan sebenarnya dari cerita ini? Apa makna mendalam yang ingin disampaikan oleh penulis? Semua ini menantang saya untuk merenung lebih dalam, mencoba mengurai benang kusut dari plot yang rumit ini dan mencari pemahaman yang lebih mendalam. Namun, saat ini saya tetap merasa kecewa dengan bagaimana penulis memilih untuk mengakhiri cerita ini, meninggalkan saya dengan perasaan campur aduk dari frustrasi, kebingungan, dan ketidakpuasan.
Saya berkesempatan membaca versi alih bahasa Indonesia dari buku Saha Mansion yang diterjemahkan oleh Iingliana. Secara keseluruhan, saya menghargai pemilihan kata yang cermat dan penuh perhatian dalam menyajikan narasi yang mendalam.
Menurut saya, alih bahasa memang bukanlah tugas yang mudah, terutama ketika menangani sebuah karya sekompleks Saha Mansion. Alih bahasa bukan hanya soal memindahkan kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga tentang memahami dan menangkap nuansa, emosi, dan esensi yang ingin disampaikan oleh penulis asli. Iingliana dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan esensi dan kekayaan nuansa dari karya asli, sambil juga memastikan bahwa cerita tetap mudah diikuti dan dipahami oleh pembaca berbahasa Indonesia.
Dalam membaca buku Saha Mansion karya Cho Nam-Joo, saya merasa bahwa buku ini belum sepenuhnya menggugah minat dan mempertahankan ketertarikan saya sepanjang cerita. Kemungkinan besar, ini disebabkan oleh perbedaan selera pribadi saya dengan nuansa dan tema yang diusung oleh buku ini, serta gaya penyampaian narasinya yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi saya.
Namun, di balik ketidaksesuaian dengan preferensi pribadi saya, saya mengakui bahwa buku ini memiliki potensi besar untuk menarik pembaca lain yang mencari cerita dengan kedalaman dan kompleksitas yang lebih dari sekadar misteri. Buku ini menawarkan pandangan yang tajam tentang dinamika sosial dan karakter yang kompleks, yang mungkin sangat menggugah bagi mereka yang menyukai cerita dengan nuansa yang lebih mendalam.
Graphic: Death, Suicide, Violence, and Pregnancy
Moderate: Child death, Drug use, Gun violence, Rape, Medical content, Medical trauma, and Abortion