A review by ossyfirstan
Awan-Awan di Atas Kepala Kita by Miranda Malonka

4.0

Kumembaca ini beberapa hari setelah mendengar kabar-kabar duka beberapa mahasiswa bunuh diri dan gosip-gosip KDRT. Dan... Awan-awan membawa isu-isu itu.
Cerita dibuka dengan Ben yang ingin bunuh diri di ulang tahunnya yang ke-19. Entah mengapa, cerita ini memvalidasi apa yang kurasakan dulu, bahwa mungkin memang ada sebagian orang yang menjadikan makna hidup itu suatu masalah besar demi keberlanjutan hidup. Baca ini, jadi ingat, kalau di usia yang sama, kepalaku pun penuh mempertanyakan makna dan arti hidup. Pertanyaan sederhana,"Kenapa aku harus hidup?" yang terus kutanya sampai kini. Pertanyaan yang sampai sekarang aku ga punya jawabannya. Tapi seperti kata Budi Darma, yang meniadakan aku bukan aku, jadi aku nggak punya hak untuk meniadakan diriku sendiri.

Sayangnya, percobaan bunuh diri yang dilakukan Ben digagalkan Kay. Kay adalah gadis blasteran yang tinggal di rumah pohon bersama tantenya, dan telah ditinggal mamanya yang juga bunuh diri. Kai cemas sekali dengan Ben, meskipun Kian (sahabatnya yang lagi kuliah psikologi) udah menasehatinya kalau kita ga bisa bantu semua orang, Kay tetap cemas. Hingga akhirnya Kay kembali bertemu dengan Ben, dan singkatnya, Ben, Kay, dan Kian pun berteman.
selain isu soal Ben yang punya keinginan untuk bunuh diri terus, Kay juga ternyata memiliki masalah. Misalnya, masalah dengan dirinya lewat mimpi-mimpi buruk dan masalah dengan mantan pacarnya yang manipulatif dan beracun itu.

Aku suka membaca novel ini. Koran kehidupan buatan Kay menarik sekali. Aku juga suka dengan ide Kay soal merayakan hal-hal menyedihkan. Hal-hal menyedihkan memang sebaiknya dirayakan agar tidak larut dalam kesedihan. Demikianlah, kutunggu karya selanjutnya dari kaka penulis ^^