A review by neshasurya
Air Susu Ibu by Nora Ikstena
4.0
bukunya bercerita dari perspektif seorang ibu dan anak perempuannya di latvia pasca pemerintahan uni soviet. membahas hubungan orang sekitar akibat rezim dan pemberontakan, motherhood dan mental illness. tipe buku tipis yg justru menguras energi ketika bacanya sih.
aku suka sama penggambaran hubungan kompleks antara seorang ibu yg pintar tapi gak punya jiwa keibuan dan seorang anak perempuan yg terlalu polos dan mendambakan kebebasan.
cukup sensitif sih. apalagi si ibu terlihat gak pengen melanjutkan hidup. sedangkan si anak berusaha "menyembuhkan" penyakit ibunya tersebut sambil berusaha hidup di dunia yg kejam.
cerita tentang ketidak adilan yg mereka dapat akibat penjajahan juga bikin kesel dan pengen marah-marah sih. mulai dari ditekan, diasingkan, sampai diancam kalau hidupnya gak akan baik-baik aja. sedih dan putus asa rasanya :(
sebenernya aku cukup bingung sama cara penulisnya bercerita. gayanya kayak lagi nulis diary gitu. tapi karena diambil dari berbagai perspektif, kadang agak bingung siapa yg sebenernya lagi cerita.
jadi butuh tingkat fokus yg tinggi buat memahami siapa yg dimaksud sih. tapi emang writing stylenya cantik dan emosional banget.
gak ada klimaks, twist atau resolusi yang jelas. cuma sebuah ending yang seringkali dalam hidup gak sepenuhnya memuaskan. realistis sih. but i think that was the point.
aku suka sama penggambaran hubungan kompleks antara seorang ibu yg pintar tapi gak punya jiwa keibuan dan seorang anak perempuan yg terlalu polos dan mendambakan kebebasan.
cukup sensitif sih. apalagi si ibu terlihat gak pengen melanjutkan hidup. sedangkan si anak berusaha "menyembuhkan" penyakit ibunya tersebut sambil berusaha hidup di dunia yg kejam.
cerita tentang ketidak adilan yg mereka dapat akibat penjajahan juga bikin kesel dan pengen marah-marah sih. mulai dari ditekan, diasingkan, sampai diancam kalau hidupnya gak akan baik-baik aja. sedih dan putus asa rasanya :(
sebenernya aku cukup bingung sama cara penulisnya bercerita. gayanya kayak lagi nulis diary gitu. tapi karena diambil dari berbagai perspektif, kadang agak bingung siapa yg sebenernya lagi cerita.
jadi butuh tingkat fokus yg tinggi buat memahami siapa yg dimaksud sih. tapi emang writing stylenya cantik dan emosional banget.
gak ada klimaks, twist atau resolusi yang jelas. cuma sebuah ending yang seringkali dalam hidup gak sepenuhnya memuaskan. realistis sih. but i think that was the point.