A review by tiareadsbooks25
Hujan by Tere Liye

4.0

4.3/5⭐️

❝Umat manusia sejatinya sama seperti virus. Mereka berkembang biak cepat menyedot sumber daya hingga habis, kemudian tidak ada lagi yang tersisa. Mereka rakus sekali.❞
—Page 16

❝Jangan pernah jatuh cinta saat hujan, Lail. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu.❞
—Page 200

❝Lail, kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun?... Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya.❞
—Page 201

❝Kamu tahu, Lail, ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok.❞
—Page 205

❝Bagi orang-orang yang sedang menyimpan perasaan, ternyata bukan soal besok kiamat saja yang membuatnya panik, susah hati. Cukup hal kecil seperti jaringan komunikasi terputus, genap sudah untuk membuatnya nelangsa.❞
—Page 212

❝Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian.... Hidup ini juga memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari: kapan kita akan berhenti menunggu.❞
—Page 227-228

❝Hidup ini juga memang tentang menunggu, Lail. Menunggu kita untuk menyadari: kapan kita akan berhenti menunggu.❞
—Page 228

❝Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan...❞
—Page 228

❝Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.❞
—Page 255

❝Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.❞
—Page 256

❝...sebenarnya hanya orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang-orang yang berhasil menaklukkan diri sendiri. Meski terasa sakit, menangis, marah-marah, tapi pada akhirnya bisa tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukkan diri sendiri.❞
—Page 298-299

❝Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami.❞
—Page 317

❝Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.❞
—Page 318

•••

Hujan merupakan cerita tentang persahabatan, cinta, perpisahan, melupakan, dan tentu saya tentang hujan. Hujan mengambil setting cerita di masa depan, sekitar tahun 2042-an. Cerita ber-genre science-fiction dengan sentuhan romance karya Tere Liye ini begitu memikat pembaca. Bahkan setelah beberapa kali membaca ulang buku ini, aku masih saya tenggelam dalam ceritanya.

Hujan berkisah tentang Lail, gadis berusia 13 tahun yang kehilangan ayah dan ibunya dalam bencana hebat yang terjadi hampir di seluruh dunia. Ia dapat selamat berkat pertolongan Esok—anak laki-laki berusia 15 tahun—yang menarik tas-nya di saat yang tepat. Keduanya pun selalu bersama melewati pasca bencana di tenda pengungsian. Dimana ada Elok, disitu pula ada Lail, vice versa. Hingga keduanya harus meneruskan kehidupan masing-masing. Lail harus tinggal di panti sosial, sedangkan Esok tinggal di rumah Wali Kota sebagai anak angkat.

Lail tumbuh sebagai anak yang kuat dan tangguh. Bersama dengan Maryam, sahabat dan teman sekamarnya, Lail mengajukan diri menjadi relawan. Bersama, mereka pun masuk sekolah keperawatan. Sedangkan Elok, harus pindah ke Ibu Kota demi melanjutkan pendidikan di salah satu universitas terbaik untuk dapat menjadi ilmuwan. Waktu terus bergulir dan intensitas pertemuan mereka pun semakin terbatas. Namun perasaan itu muncul dalam diri Lail. Mampukah Lail menunggu dalam diam?

Hujan menjadi salah satu buku Tere Liye yang amat berkesan untukku. Alurnya yang maju mundur dan cukup lambat, membuat pembaca terhanyut dalam setiap untaian cerita Lail dan Esok. Pada beberapa bagian cerita, aku sangat terenyuh merasakan kepedihan yang dirasakan Lail. Apalagi perasaannya kepada Esok yang telah di luar jangkauannya.

Layaknya karya Tere Liye lainnya, Hujan pun hadir dengan pesan yang amat mendalam. Kali ini, pesan yang ingin disampaikan Tere Liye yaitu tentang penerimaan. Menerima segala hal yang menyakitkan, bukan malah melupakannya, apalagi menghapusnya. Luka itu harus dipeluk dengan erat lalu diajak berdamai. Jika kita sudah melaluinya, kita akan bisa merasakan kebahagian yang sesungguhnya.