A review by ddnreads
Lebih Senyap dari Bisikan by Andina Dwifatma

dark emotional reflective sad tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

5.0

I know this book is going to be good, but I don't know it's going to be THIS GOOD 😭
It's been a long time I got so immersed in a book I finished it in one sitting and forget about anything else. Page turning parah.

Buku ini mengisahkan sepasang suami-istri yang berambisi mempunyai seorang anak. Lengkap dengan lika-liku pernikahan mereka yang wow aduhai sekali perjuangan dan masalahnya.

Buku ini tajam dan blak-blakkan. Belajar banyak menjadi ibu dan peran perempuan dalam rumah tangga. Sakit-sakitnya, kejomplangannya, endurancenya. Gila-gilaan deh...

Banyak isu sosial di masyarakat yang effortlessly fit in nyemplung jadi alur di buku ini dan jadi bahan pikiran. Pokoknya jadi punya bahan pikiran banyak banget abis baca 😭
Ini tu kayak worst case scenario semua yang trending dan sering dipikirkan orang-orang. Tapi jadi sangat relatable juga karena pasti banyak Amara Amara dan Baron Baron lain diluar sana yang mengalami hal serupa (or worse even).

Both perempuan dan laki-laki harus baca ini si. It's tense and reflective. It deals a lot with parental issue and marriage struggles. I don't think my review will do it justice:')

I'm a fan of the writing styles. Witty and atmospheric. I'm scared to death about many things within this story. Ikutan ngilu, takut, marah dan deg2an. Detail perasaan dan suasana oke banget. It will haunt me for a looooong loooooong time:)

Mba Andina Dwifatma, has just became my autobuy author:)

To convince you more here are some of my favourite lines:

"Amara sudah isi belum nih?" Sambil memegang perutku.
Namun, tidak ada yang memegang penis Baron sambil bertanya, " Baron sudah berhasil menghamili belum, nih?"

"Baron berasumsi bahwa aku selalu tahu apa yang terbaik untuk Yuki karena aku ibunya. Tidak pernahkah terlintas di pikirannya bahwa aku mungkin tidak memiliki insting yang cukup kuat untuk tanggung jawab sebesar itu, bhwa aku mungkin juga masih meraba bagaimana caranya menjadi seorang ibu."

"Mengapa dia boleh menjadi pihak yang marah dan frustasi, sementara aku ditinggalkan untuk menyusun kembali kehidupan kami yang sudah remuk menjadi puing-puing?"

Expand filter menu Content Warnings