A review by blackferrum
Ranah Pusaka by Nellaneva

emotional lighthearted reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? N/A
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Setelah Tujuh Kelana dan Alamanda, ekspektasiku baca buku-buku Nellaneva jelas meningkat. Entah karena urutannya yang salah atau hal lain, yang pasti beberapa buku terakhir agak kurang memuaskan. Terutama buku ini. Idk, apa yang kuekspektasikan, fantasi lokal mungkin? Mengingat TK dan Alamanda juga memakai unsur serupa, tapi RP benar-benar baru. Apa sebutannya, hmmm, motivational novel (?) karena isinya sebagian besar memang mengenai "makna memahami sekitar" atau semacam itulah.

Jadi, novel ini bercerita soal Kali yang nggak betah dengan keadaan rumahnya memutuskan untuk pindah ke indekos, supaya lebih fokus mengerjakan tugas akhir juga. Namun, penghuni indekos juga bukan seperti yang dia harapkan dan cenderung berisik, terutama Badran.

Saat membutuhkan ketenangan, Arka, si pemilik indekos, muncul dan menantang semua penguhi rumahnya untuk mencari pusaka peninggalan keluarganya dengan imbalan bebas biasa sewa. Kali enggan awalnya, dia hanya ingin hidup tanpa gangguan dari siapa pun, tapi sayangnya tawaran Arka sangat menggiurkan dan tanpa sadar membuatnya setuju. Namun, ketika mendekati akhir pencarian, sebuah rahasia muncul, mengancam kebersamaan yang mereka bangun selama berbulan-bulan.

Kali jelas bukan tipikal karakter yang bisa pasrah dengan keadaan, kecuali dia udah nggak berdaya. Memang, di luar kelihatan cuek banget, cenderung apatis, tapi ternyata dia bisa luluh juga. Yah, manusia pasti punya sisi luluhnya sendiri, sih. Agak kaget karena cara sadarnya Kali ternyata dengan jalan seperti itu.

Aku suka alur dan backstory setiap karakternya. Manusia pasti nggak luput dari hal-hal yang bikin mereka down. Rahasia-rahasia atau luka yang kepengin mereka hindari. Kali dan 4 penghuni lain punya kisahnya sendiri. Jujur, rasanya agak ngenes, tapi pahamlah kenapa mereka bisa begitu. I mean, Kali nggak berubah jadi cewek tanpa sebab.

Meskipun begitu, beberapa unsur malah bikin drop mood. Salah satunya soal aksi Arka yang menasehati Kali dan proses "penyadaran" Kali ini seolah memaksa dia buat berubah. Kalau nggak ada kemauan buat berubah dari diri sendiri memang susah buat sembuh. Nah, yang kutangkap si Arka ini selalu mancing Kali buat sadar dengan cara ceramah secara halus gitu. Dulu pernah baca salah satu reviu, intinya, kok Kali bisa sabar, sih, diceramahin begitu, kalau dia yang jadi Kali pasti udah marah.

Paham kenapa bisa sampai kasih reviu begitu karena memang Kali ini pesimistis banget. Imej dia dari awal buku kayak susah buat didekati. Makanya heran kok dia bisa ya terima-terima aja dinasehatin begitu. Idk, petuah atau apa pun namanya dari Arka itu bukannya memvalidasi, malah terkesan maksa buat sadar. Ini cuma pendapatku. Beberapa bilang Arka ini baik-baik saja dan wajar yang dia lakukan untuk "menyelamatkan" temannya.

Soal karakter lain, nggak ada komentar, sih. Memang, alurnya padet banget karena banyak karakter juga. Per karakter bawa konflik masing-masing. Bagian yang agak bikin heran itu mungkin kemunculan Wina. Entah apa relevansinya. Apakah dimaksudkan untuk menambah varian konflik beserta penyelesaiannya atau pelengkap (yang entah maksudnya juga apa). Terlebih, dia muncul ketika ceritanya hampir berakhir.

Agak kurang suka dengan sikap Arka di akhir. Well, memang dia udah bilang semua alasan kenapa nggak bisa bareng Kali, tapi memang karakter Arka dari awal misterius dan enggan dikorek gitu. Atau karena sudut pandang dia nggak banyak digunakan jadi nggak bisa mengenal lebih jauh apalagi tahu apa yang dia pikirkan. Eh, tapi bener, Arka kok kesannya jadi tukang PHP, hiks.


Oiya, unsur mental health-nya kental di sini. Mungkin beberapa perilaku karakternya bakal triggering banget. Jadi, kindly cek dulu tw-nya sebelum baca.