Scan barcode
A review by tiareadsbooks25
Tokyo & Perayaan Kesedihan by Ruth Priscilia Angelina
5.0
•recently read•
4.3/5⭐
Tokyo & Perayaan Kesedihan bercerita tentang Shira dan Joshua, dua orang asing yang dipertemukan takdir di Tokyo. Shira dengan kesedihan-kesedihannya, mencoba menikmati kebebasan dan menjadi dirinya sendiri untuk pertama kalinya. Ia pun berhasil menemukan penyelesaian paling terencana dalam hidupnya. Sedangkan, Joshua dengan segala penyesalannya di masa lalu, berusaha berhenti menjadi pecundang dan memperbaiki segalanya. Dimulai dari menyelamatkan Shira.
Ini buku ke-5 dari Ruth Priscilia A. yang aku baca. Seperti buku lainnya, buku ini pun begitu mengalir dengan gaya bercerita yang menyenangkan. Dengan tebal 196 halaman saja, mungkin lebih cocok disebut novella dan dapat dibaca dalam sekali duduk. Oh, aku sangat suka dengan selipan foto-foto yang diambil sendiri oleh Kak Ruth dalam perjalannya ke Tokyo tahun lalu. Lumayan membantu menghidupkan cerita.
Oh, jangan tertipu dengan cover design-nya yang cantik dan berharap akan disuguhi cerita romance. Justu ceritanya begitu kelam, suram dan gelap, meskipun dibalut dengan untaian kata yang indah. Membaca novella ini membuatku banyak berpikir dan mengingat kesedihan yang pernah aku alami. Aku yakin, banyak dari kita yang akan relate dengan kisah Shira maupun Joshua. Pada suatu titik dalam hidup, kita pasti pernah merasakan kesedihan, keputusasan, ketakutan, depresi dan lelah menjalani kehidupan. Entah yang mana, rasanya kesedihan memang patut dirayakan.
#tiareadsbooks #tiawritesreviews
•••
FAVE QUOTES:
4.3/5⭐
Tokyo & Perayaan Kesedihan bercerita tentang Shira dan Joshua, dua orang asing yang dipertemukan takdir di Tokyo. Shira dengan kesedihan-kesedihannya, mencoba menikmati kebebasan dan menjadi dirinya sendiri untuk pertama kalinya. Ia pun berhasil menemukan penyelesaian paling terencana dalam hidupnya. Sedangkan, Joshua dengan segala penyesalannya di masa lalu, berusaha berhenti menjadi pecundang dan memperbaiki segalanya. Dimulai dari menyelamatkan Shira.
Ini buku ke-5 dari Ruth Priscilia A. yang aku baca. Seperti buku lainnya, buku ini pun begitu mengalir dengan gaya bercerita yang menyenangkan. Dengan tebal 196 halaman saja, mungkin lebih cocok disebut novella dan dapat dibaca dalam sekali duduk. Oh, aku sangat suka dengan selipan foto-foto yang diambil sendiri oleh Kak Ruth dalam perjalannya ke Tokyo tahun lalu. Lumayan membantu menghidupkan cerita.
Oh, jangan tertipu dengan cover design-nya yang cantik dan berharap akan disuguhi cerita romance. Justu ceritanya begitu kelam, suram dan gelap, meskipun dibalut dengan untaian kata yang indah. Membaca novella ini membuatku banyak berpikir dan mengingat kesedihan yang pernah aku alami. Aku yakin, banyak dari kita yang akan relate dengan kisah Shira maupun Joshua. Pada suatu titik dalam hidup, kita pasti pernah merasakan kesedihan, keputusasan, ketakutan, depresi dan lelah menjalani kehidupan. Entah yang mana, rasanya kesedihan memang patut dirayakan.
#tiareadsbooks #tiawritesreviews
•••
FAVE QUOTES:
❝Jika kau masih hidup hari ini, jadilah hidup.❞
—Page 7
❝Hidup itu seharusnya dijalani saja. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada kelahiran, ada kematian. Ada kebahagiaan, ada kesedihan. Jalani saja, itu kata saya kepada diri sendiri setiap hari.❞
—Page 9
❝Mencoba menjadi kosong adalah bagaimana cara gue melawan kegelisahan-kegelisahan. Karena nyatanya mencoba jadi bahagia tidak bisa melawan semua itu. Coba jadi bahagia, sebaliknya, semakin melahirkan kerisauan.... Maka menjadi kosong adalah sebuah celah aman untuk gue bersembunyi.❞
—Page 35-36
❝Pohon adalah tabib-tabib raksasa, sesekali terpaksa tertular kesedihan manusia yang berteduh di bawahnya, tapi selalu dapat menyembuhkan diri kembali.... Pohon adalah jiwa-jiwa yang baik, yang seringnya malah dibunuh manusia tidak berhati.❞
—Page 57
❝Itu suara yang datang dari badan kamu yang kecapekan. Tapi, Shira, suara nggak akan berhenti ada di kepalamu. Terkadang justru suara orang lain yang mengingatkan suara dirimu sendiri. Jangan lari, tapi dengarkan. Pilah satu-satu supaya kamu tahu mana yang perlu kamu dengarkan.❞
—Page 69
❝Hidup harus terus berjalan, Shira. Suka atau tidak.❞
—Page 103
❝Mungkin saya dan semua orang lain, sama-sama takut buat mengatakan kebenaran, dan sebaliknya menyampaikan apa yang mau orang lain dengar saja, ya nggak?❞
—Page 84
❝Menjadi kalah, salah, dan kehilangan akan memberimu ruang untuk menyesal. Menyesal akan membuatmu sedih, tapi itu membuatmu mengingat masa-masa baik yang pernah kaudapatkan. Dari situ kau belajar menghargai hidup.❞
—Page 164-165
❝Hidup ini disudahi saja, begitu gue bilang kepada diri sendiri setiap hari. ...meski dapat disukai, hidup ini juga berhak dijalani.❞
—Page 199