Scan barcode
A review by blackferrum
Margo dan Rahasia Setengah Abad by Aghnia Sofyan
adventurous
dark
informative
lighthearted
mysterious
reflective
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
Setelah serangkaian drama demi bisa baca buku ini, akhirnya bisa kelar juga. Walaupun butuh waktu buat ngilangin hangover sama siapin nulis reviu yang lebih proper. Well, reviu berikut bukan jaminan lengkap dan bagus atau mendetail, tapi aku berusaha kasih semua impresi selama baca bukunya.
Margo dan Rahasia Setengah Abad menceritakan seorang siswi bernama Margo yang ingin menjadi bagian dari Manggala Future, salah satu ekstrakurikuler populer di SMA Manggala Putra. Setelah berhasil menaklukkan beasiswa untuk menjadi bagian dari MP, langkah Margo menuju MF malah dijegal oleh Raja, siswa yang suka seenaknya dan merundung orang lain. Margo ditantang memberikan uang masuk sebesar 15 juta. Jelas tidak mungkin Margo meminta kepada ibunya uang sebanyak itu.
Jalannya buntu, impiannya terancam kandas sebelum artikel lama ayahnya ketika menjadi anggota MPost (ekstrakurikuler jurnalistik di MP) membuka jalan Margo untuk mencari harta karun milik Prof. Emil, pendiri Manggala Putra. Langkahnya menjadi bagian dari Manggala Future semakin dekat ketika petunjuk demi petunjuk mengenai harta itu mulai terbaca dengan jelas. Namun, Margo tidak mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi ketika berurusan dengan bahaya yang mengelilingi harta tersebut.
Pertama, aku suka dengan karakter Margo. Tipikal remaja yang on fire. Dia tahu apa yang dia mau dan berusaha buat dapetin itu, apa pun risikonya. Sebagai contoh ya, keinginan kuatnya buat masuk MF ini sampai rela nyari harta demi bayar uang masuk. Margo ini ambis, tapi in a good way, ya. Dia ambis karena memang dia mau serta punya keinginan tinggi. Tambahan, dia juga setia kawan. Kekurangannya hanya dia kurang bisa memperkirakan risiko yang dihadapi dan ada beberapa sifatnya yang naif, khas remaja.
Kedua, aku suka bagaimana penulis memunculkan karakter pendukung dan tambahan sesuai porsi. Karena bukunya sebagian besar berlatar di sekolah, pasti banyak karakter yang harus ditambahkan demi kepentingan cerita. Tapi, porsi KP dan/atau KT-nya nggak dibuat overshadowing. Misalnya, Tati dan Gilang. Dua-duanya sahabat Margo. Mereka punya backstory yang walaupun nggak banyak dijelaskan, tapi nggak bikin karakternya macam bayangan Margo aja. Tati yang punya sifat berkebalikan dengan Margo, tapi meski Manggala Putra memang penuh siswa-siswi dari kalangan atas, Tati nggak kemudian jadi jahat atau judes. Yah, macam cerita-cerita yang sering bertebaran itu. Sifat judes dia ada alasannya. Kenapa dia nggak suka dengan Margo pun bisa dimaklumi. Justru Tati bisa mengimbangi kekurangan dari karakter Margo.
Lalu, Gilang. Dia dari awal memang digambarkan jadi cowok yang baik dan nggak pilih-pilih teman ditambah Margo yang anaknya nggak gampang emosi atau cuek dengan orang yang benci dia bikin mereka jadi cepat akrab. Ini yang aku suka di hubungan mereka. No baper and support each other.
Karakter tambahannya, seperti para guru, petugas perpustakaan, dll, juga nggak ambil banyak porsi. Secukupnya ajalah. Jadi, nggak ada keluhan karakternya banyak dan mesti hafalin satu-satu.
Ketiga, nyebar telurnya juga neatly. Eh, apa ya istilah yang tepat, pokoknya nggak ada petunjuk yang kelewat gitu. Beberapa bagian yang kelihatan kayak nggak berarti malah bisa jadi petunjuk. Terus, clue-clue-nya itu keren sih, menurutku. Dan setelah baca ini, aku jadi makin cinta sama bahasa Indonesia.Aku penasaran sama satu bagian sih, tujuan pas orang itu nyebut nama Margo dan ayahnya buat apa, ya? Dan dia lagi telepon siapa? Ibunya Margo, kah?
Keempat, apakah ada unsur romansanya? Ada. Memang nggak banyak karena memang fokusnya bukan di genre itu, ya. Bagiku yang macam sneak peek gini malah bikin greget, tambah gemes lihat Margo yang emang dasarnya cuma fokus sama tujuan dia doang di-PDKT-in. Aku nggak berhenti ketawa pas bagian mouse kecebur kolam itu, sih. Dan Margo kasih alasan itu bukan karena dia deg-degan atau blushing, tapi grogi niatnya bisa ditebak. Kalo novel romance, ini tipe he fall first, he fell harder, sih wkwkwk.
Terakhir, aku mau mengucapkan banyak terima kasih ke penulis yang udah kasih kesempatan baca buku ini. Enggak salah memang buku ini menang Best Light Novel dan mendapat Anugerah Fiksi Kriminal Scarlet Pen Awards 2022 yang digagas detectives_id. Bukunya memang masuk ke ranah teen literature, tapi unsur kriminalitas dan misterinya nggak bisa dianggap remeh. Keren banget, lah. Terima kasih sekali lagi buat penulis karena udah nulis buku ini. Margo, Tati, dan Gilang bakal selalu bercokol di salah satu bagian ingatanku.
Margo dan Rahasia Setengah Abad menceritakan seorang siswi bernama Margo yang ingin menjadi bagian dari Manggala Future, salah satu ekstrakurikuler populer di SMA Manggala Putra. Setelah berhasil menaklukkan beasiswa untuk menjadi bagian dari MP, langkah Margo menuju MF malah dijegal oleh Raja, siswa yang suka seenaknya dan merundung orang lain. Margo ditantang memberikan uang masuk sebesar 15 juta. Jelas tidak mungkin Margo meminta kepada ibunya uang sebanyak itu.
Jalannya buntu, impiannya terancam kandas sebelum artikel lama ayahnya ketika menjadi anggota MPost (ekstrakurikuler jurnalistik di MP) membuka jalan Margo untuk mencari harta karun milik Prof. Emil, pendiri Manggala Putra. Langkahnya menjadi bagian dari Manggala Future semakin dekat ketika petunjuk demi petunjuk mengenai harta itu mulai terbaca dengan jelas. Namun, Margo tidak mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi ketika berurusan dengan bahaya yang mengelilingi harta tersebut.
Pertama, aku suka dengan karakter Margo. Tipikal remaja yang on fire. Dia tahu apa yang dia mau dan berusaha buat dapetin itu, apa pun risikonya. Sebagai contoh ya, keinginan kuatnya buat masuk MF ini sampai rela nyari harta demi bayar uang masuk. Margo ini ambis, tapi in a good way, ya. Dia ambis karena memang dia mau serta punya keinginan tinggi. Tambahan, dia juga setia kawan. Kekurangannya hanya dia kurang bisa memperkirakan risiko yang dihadapi dan ada beberapa sifatnya yang naif, khas remaja.
Kedua, aku suka bagaimana penulis memunculkan karakter pendukung dan tambahan sesuai porsi. Karena bukunya sebagian besar berlatar di sekolah, pasti banyak karakter yang harus ditambahkan demi kepentingan cerita. Tapi, porsi KP dan/atau KT-nya nggak dibuat overshadowing. Misalnya, Tati dan Gilang. Dua-duanya sahabat Margo. Mereka punya backstory yang walaupun nggak banyak dijelaskan, tapi nggak bikin karakternya macam bayangan Margo aja. Tati yang punya sifat berkebalikan dengan Margo, tapi meski Manggala Putra memang penuh siswa-siswi dari kalangan atas, Tati nggak kemudian jadi jahat atau judes. Yah, macam cerita-cerita yang sering bertebaran itu. Sifat judes dia ada alasannya. Kenapa dia nggak suka dengan Margo pun bisa dimaklumi. Justru Tati bisa mengimbangi kekurangan dari karakter Margo.
Lalu, Gilang. Dia dari awal memang digambarkan jadi cowok yang baik dan nggak pilih-pilih teman ditambah Margo yang anaknya nggak gampang emosi atau cuek dengan orang yang benci dia bikin mereka jadi cepat akrab. Ini yang aku suka di hubungan mereka. No baper and support each other.
Karakter tambahannya, seperti para guru, petugas perpustakaan, dll, juga nggak ambil banyak porsi. Secukupnya ajalah. Jadi, nggak ada keluhan karakternya banyak dan mesti hafalin satu-satu.
Ketiga, nyebar telurnya juga neatly. Eh, apa ya istilah yang tepat, pokoknya nggak ada petunjuk yang kelewat gitu. Beberapa bagian yang kelihatan kayak nggak berarti malah bisa jadi petunjuk. Terus, clue-clue-nya itu keren sih, menurutku. Dan setelah baca ini, aku jadi makin cinta sama bahasa Indonesia.
Keempat, apakah ada unsur romansanya? Ada. Memang nggak banyak karena memang fokusnya bukan di genre itu, ya. Bagiku yang macam sneak peek gini malah bikin greget, tambah gemes lihat Margo yang emang dasarnya cuma fokus sama tujuan dia doang di-PDKT-in. Aku nggak berhenti ketawa pas bagian mouse kecebur kolam itu, sih. Dan Margo kasih alasan itu bukan karena dia deg-degan atau blushing, tapi grogi niatnya bisa ditebak. Kalo novel romance, ini tipe he fall first, he fell harder, sih wkwkwk.
Terakhir, aku mau mengucapkan banyak terima kasih ke penulis yang udah kasih kesempatan baca buku ini. Enggak salah memang buku ini menang Best Light Novel dan mendapat Anugerah Fiksi Kriminal Scarlet Pen Awards 2022 yang digagas detectives_id. Bukunya memang masuk ke ranah teen literature, tapi unsur kriminalitas dan misterinya nggak bisa dianggap remeh. Keren banget, lah. Terima kasih sekali lagi buat penulis karena udah nulis buku ini. Margo, Tati, dan Gilang bakal selalu bercokol di salah satu bagian ingatanku.
Moderate: Bullying and Violence