Scan barcode
windireads's review
emotional
hopeful
lighthearted
reflective
sad
medium-paced
3.75
Graphic: Suicide attempt and Toxic friendship
itsherbook's review
3.0
Luka Cita
Valerie Patkar
Penerbit Bhuana Sastra
440 hlm
Sebagai orang yang kurang nyaman membaca ketika cara panggilnya "Lo Gue" dalam sebuah buku fiksi, kali ini 'gapapa deh'. Mungkin karena aku sendiri ngga terbiasa pakai panggilan itu kali ya jadi merasa kurang dalem aja nyampenya setiap dialog di aku. Tapi Luka Cita lumayan banyak meninggalkan kesan baik lainnya-yang bikin aku ngga mempermasalahkan lagi tentang logue ini. Hahaha
Tipe bacaan yang ringan-ga ringan, diceritakan dengan simpel tapi isi ceritanya lumayan berat, jadi ada kala setelah baca beberapa halaman aku diam, mengawang-awang, memantulkan jalan cerita yang dialami Tara dan Javi ke aku. Karena keresahan yang diceritakan di buku ini beneran beberapa kali sliweran di kepalaku, terlebih di usia 24-25 tahun belakangan ini. Tentang tujuan, tentang cita-cita, tentang keberanian, tentang rasa takut dan tentang cinta.
Seringnya pergantian sudut pandang orang pertama di buku ini buat aku pribadi kurang suka ya-karena aku tidak punya ruang menebak perasaan tokoh lain, semuanya terpampang jelas, tidak ada ruang untuk merasakan rasa sedih atau rasa senang lebih dalam karena seolah terbatasi oleh fakta yang dibeberkan di pergantian karakter (yang berkali-kali) itu.
Overall, jalan cerita buku ini bagus, meski cara penulisan dan cara berceritanya bukan tipe yang aku suka hehehe.
Oh ya, ada banyak kalimat yang aku highlight karena bagus dan sedalem itu.
"Gue sadar kalau menyerah nggak selamanya buruk. Dan bertahan, nggak selamanya menjadi satu-satunya opsi kita dalam menjalani hidup."
Valerie Patkar
Penerbit Bhuana Sastra
440 hlm
Sebagai orang yang kurang nyaman membaca ketika cara panggilnya "Lo Gue" dalam sebuah buku fiksi, kali ini 'gapapa deh'. Mungkin karena aku sendiri ngga terbiasa pakai panggilan itu kali ya jadi merasa kurang dalem aja nyampenya setiap dialog di aku. Tapi Luka Cita lumayan banyak meninggalkan kesan baik lainnya-yang bikin aku ngga mempermasalahkan lagi tentang logue ini. Hahaha
Tipe bacaan yang ringan-ga ringan, diceritakan dengan simpel tapi isi ceritanya lumayan berat, jadi ada kala setelah baca beberapa halaman aku diam, mengawang-awang, memantulkan jalan cerita yang dialami Tara dan Javi ke aku. Karena keresahan yang diceritakan di buku ini beneran beberapa kali sliweran di kepalaku, terlebih di usia 24-25 tahun belakangan ini. Tentang tujuan, tentang cita-cita, tentang keberanian, tentang rasa takut dan tentang cinta.
Seringnya pergantian sudut pandang orang pertama di buku ini buat aku pribadi kurang suka ya-karena aku tidak punya ruang menebak perasaan tokoh lain, semuanya terpampang jelas, tidak ada ruang untuk merasakan rasa sedih atau rasa senang lebih dalam karena seolah terbatasi oleh fakta yang dibeberkan di pergantian karakter (yang berkali-kali) itu.
Overall, jalan cerita buku ini bagus, meski cara penulisan dan cara berceritanya bukan tipe yang aku suka hehehe.
Oh ya, ada banyak kalimat yang aku highlight karena bagus dan sedalem itu.
"Gue sadar kalau menyerah nggak selamanya buruk. Dan bertahan, nggak selamanya menjadi satu-satunya opsi kita dalam menjalani hidup."
bearnadst's review
5.0
Indah. buku ini indah.
banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, bacanya beneran gak kerasa 400 halamannya saking serasa dipeluknya oleh buku ini, my new comfort book huhuuu <3
banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, bacanya beneran gak kerasa 400 halamannya saking serasa dipeluknya oleh buku ini, my new comfort book huhuuu <3
anotasiku's review
4.0
"Aku tahu kalau ketika aku jatuh, aku nggak bisa nunggu orang lain untuk bantu angkat aku. Aku harus bangun dan bangkit untuk bisa berdiri, sendiri."
Tentang Luka dalam meraih Cita. Tentang perjuangan untuk meraih cita-cita. Tentang cita-cita yang tercapai dengan menorehkan banyak luka. Terkadang kita harus terluka untuk tahu rasanya sakit, lalu berusaha untuk sembuh dan bangkit kembali. Dalam meraih cita-cita, kita seringkali jatuh bangun, sebelum akhirnya kokoh berdiri. Tentang dua insan, yang bertemu tanpa diduga-duga, membawa luka masing-masing, dan menyembuhkannya masing-masing pula. Terkadang, meninggalkan itu lebih mudah ketimbang bertahan. Terkadang, kehadiran seseorang justru akan menambah suatu luka akibat ketakutan yang merajelela.
Kita harus menemukan diri sendiri, sebelum menemukan orang lain. Barangkali, kita dapat menemukan diri kita sendiri di dalam orang lain, sebab kita sudah mengenali diri sendiri.
Luka Cita mengajarkan kita bahwa tidak apa terluka, tidak apa terjatuh, selagi kita berusaha untuk terus bangkit dan meraih cita-cita.
Tentang Luka dalam meraih Cita. Tentang perjuangan untuk meraih cita-cita. Tentang cita-cita yang tercapai dengan menorehkan banyak luka. Terkadang kita harus terluka untuk tahu rasanya sakit, lalu berusaha untuk sembuh dan bangkit kembali. Dalam meraih cita-cita, kita seringkali jatuh bangun, sebelum akhirnya kokoh berdiri. Tentang dua insan, yang bertemu tanpa diduga-duga, membawa luka masing-masing, dan menyembuhkannya masing-masing pula. Terkadang, meninggalkan itu lebih mudah ketimbang bertahan. Terkadang, kehadiran seseorang justru akan menambah suatu luka akibat ketakutan yang merajelela.
Kita harus menemukan diri sendiri, sebelum menemukan orang lain. Barangkali, kita dapat menemukan diri kita sendiri di dalam orang lain, sebab kita sudah mengenali diri sendiri.
Luka Cita mengajarkan kita bahwa tidak apa terluka, tidak apa terjatuh, selagi kita berusaha untuk terus bangkit dan meraih cita-cita.
enesable's review
5.0
Indah. buku ini indah.
banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, bacanya beneran gak kerasa 400 halamannya saking serasa dipeluknya oleh buku ini, my new comfort book huhuuu <3
banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, bacanya beneran gak kerasa 400 halamannya saking serasa dipeluknya oleh buku ini, my new comfort book huhuuu <3
autumnfallreader's review
emotional
lighthearted
slow-paced
4.75
Aku bisa bilang, pas awal baca buku ini aku ngerasa aku bacanya di waktu yang tepat aja. Bukunya page turning padahal mood ku buat baca juga biasa aja. Terus isu yang diangkatnya juga sangat relate sama keadaan aku juga, sih. Mungkin itulah kenapa aku lebih bersimpati sama semua tokoh di cerita ini.
Kalau ngomongin tokoh-tokohnya, aku keknya harus bilang kalau semua tokoh di sini itu beneran punya back story-nya masing-masing dan buat aku yang baca itu bisa naruh simpati. Emang nggak semua, sih. Peran-peran kayak mantan pacar Javier itu nggak ada cuman emang nggak penting juga. Terus semuanya punya closure-nya masing-masing. Kayak misal Regina sama Yasa cuman kebagian satu part tapi karena dari awal udah dikenalin smaa mereka dan masalah mereka, satu chapter juga cukup. Even buat orang-orang di Pengantara aja punya closure-nya masing-masing, which is good. Dan aku juga suka karena closure nya itu satu-satu dan nggak dilangsungin semua. Satu aja sih yang kurang, Javier-Enzo. Beda sama Tara yang konfliknya terurai satu-satu, bagian Javier ini terlalu cepat. Cepat tapi draggy karena beberapa part kayak terlalu banyak pengulangan dari sisi Tara atau Javier-nya. Jadi sayang aja sih pas bagian Javier jadinya terlalu terburu-buru dan instan. Walaupun engak yang instan banget dan masih bisa ddihayati juga, sih.
Selain itu, aku tuh kek sukaaaaa banget sama Javier-Tara dari awal mereka ketemu. Kek lucu aja interaksi mereka itu dan gemesin. Jadi pas ada bagian-bagian menuju ending kek ikutan sedih juga.
Hal yang aneh buatku itu tone dari POV-nya. Tara-Javier terus selingan Regina sama Yasa punya voice yang sama. Tapi mari singkirkam Regina sama Yasa karena cuman dapet satu chapter. Jadi fokus di Javier sama Tara aja. Vibe mereka itu sama sih, tapi at some point aku bisa bedain suara mereka. Mungkin karena karakterisasinya yang kuat juga, ya. Naaah anehnya malah d dialog mereka ini kadamg kecampur dan suaranya sama persis. Padahal kalah di narasi, jiwa mereka itu bera, tapi pas dialog aku perlu baca berulang kali biar nggak ketuker yang lagi ngobrol ini siapa. Mana kan ini dialognya panjang-panjang. Di narasi juga kadang ketuker sih cuman jaraaaaang banget.
Over all, best book this month, sih menurutku. Luv 💜
Kalau ngomongin tokoh-tokohnya, aku keknya harus bilang kalau semua tokoh di sini itu beneran punya back story-nya masing-masing dan buat aku yang baca itu bisa naruh simpati. Emang nggak semua, sih. Peran-peran kayak mantan pacar Javier itu nggak ada cuman emang nggak penting juga. Terus semuanya punya closure-nya masing-masing. Kayak misal Regina sama Yasa cuman kebagian satu part tapi karena dari awal udah dikenalin smaa mereka dan masalah mereka, satu chapter juga cukup. Even buat orang-orang di Pengantara aja punya closure-nya masing-masing, which is good. Dan aku juga suka karena closure nya itu satu-satu dan nggak dilangsungin semua. Satu aja sih yang kurang, Javier-Enzo. Beda sama Tara yang konfliknya terurai satu-satu, bagian Javier ini terlalu cepat. Cepat tapi draggy karena beberapa part kayak terlalu banyak pengulangan dari sisi Tara atau Javier-nya. Jadi sayang aja sih pas bagian Javier jadinya terlalu terburu-buru dan instan. Walaupun engak yang instan banget dan masih bisa ddihayati juga, sih.
Selain itu, aku tuh kek sukaaaaa banget sama Javier-Tara dari awal mereka ketemu. Kek lucu aja interaksi mereka itu dan gemesin. Jadi pas ada bagian-bagian menuju ending kek ikutan sedih juga.
Hal yang aneh buatku itu tone dari POV-nya. Tara-Javier terus selingan Regina sama Yasa punya voice yang sama. Tapi mari singkirkam Regina sama Yasa karena cuman dapet satu chapter. Jadi fokus di Javier sama Tara aja. Vibe mereka itu sama sih, tapi at some point aku bisa bedain suara mereka. Mungkin karena karakterisasinya yang kuat juga, ya. Naaah anehnya malah d dialog mereka ini kadamg kecampur dan suaranya sama persis. Padahal kalah di narasi, jiwa mereka itu bera, tapi pas dialog aku perlu baca berulang kali biar nggak ketuker yang lagi ngobrol ini siapa. Mana kan ini dialognya panjang-panjang. Di narasi juga kadang ketuker sih cuman jaraaaaang banget.
Over all, best book this month, sih menurutku. Luv 💜
pemangsya's review
4.0
Jujur aku gak setuju sama statement “Usaha Gak ga bakal mengkhianati hasil” karna banyak pengaruh dari hal lain juga dan novel ini mengamini apa yg selama ini aku yakini
apricuisire's review
emotional
hopeful
informative
inspiring
lighthearted
reflective
relaxing
medium-paced
4.75