Reviews

Kembali Bebas by Sasa Ahadiah

itsradita's review against another edition

Go to review page

emotional hopeful sad fast-paced

4.5

antaresnout's review

Go to review page

emotional lighthearted reflective sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes

5.0

tiareadsbooks25's review

Go to review page

4.0

•recently read•
4.3/5⭐️


Awal tahu novel ini, aku kepincut banget sama premisnya yang menarik dan fresh!

aliferuz's review

Go to review page

4.0

Another a-must-read book before you get married. Lagi-lagi aku ketemu novel lokal yang menggambarkan sisi kehidupan pernikahan yang mungkin luput dari sebagian orang: hilangnya jati diri perempuan.

Hilangnya jati diri Tata—si tokoh perempuan—tidak lain karena peran pengasuhan anak hampir seluruhnya dilimpahkan ke dia dan suaminya pun tidak kooperatif. Ibra, si suami, adalah orang yang self-centred sehingga dia merasa hanya dia yang mengalami kesulitan menjalankan peran sebagai suami dan ayah, merasa hanya dia yang perlu diberikan waktu me-time. Dia menuntut Tata untuk mengerti dia, tetapi lupa untuk memberikan hal yang serupa kepada Tata.

Some reviewers said they aren't satisfied with the ending, I understand them, tbh. But, personally I also can understand why the writer made the ending as it was.

Cuma, yang agak mengganjal adalah gimana bisa Ibra menjadi sosok ayah yang baik kepada anaknya tapi tidak bisa menjadi suami yang baik utk Tata. Padahal anaknya pun menyadari kalau ayahnya kurang bisa ‘menghargai’ ibunya.

heavenlyrealms's review

Go to review page

5.0

Bagus BAGUS BANGET. Beneran sebagus itu. Buku ini membuka prespektif terhadap pernikahan, mungkin lebih tepatnya menjelaskan bahwa pernikahan itu bukan hanya sekedar pesta lalu bahagia selamanya. Asam garam kehidupan akan LEBIH diuji lagi setelahnya. Buku ini layak dibaca semua orang dalam segala jenis statusnya.

Jujur, buku ini sukses bikin nangis… iya kayaknya aku nangis terus bacanya. Terlalu banyak hal yang rasanya nyata dan benar-benar umum terjadi. Yang perlu aku highlight dari buku ini adalah:

• Pembahasan mengenai perempuan sebagai istri yang sulit untuk mendapatkan kebebasan dirinya sendiri. Harus menuruti dan mengalah pada suami salah satunya (bukan berati membangkang, ya). Kebebasan disini ketika sang istri ingin belajar atau melakukan sesuatu tanpa adanya penghalang seperti membereskan rumah, dll. Lalu mengenai istri yang hanya boleh mengurus anak, mengerjakan pekerjaan rumah, dan tidak bekerja. Kebayang bertahun-tahun seperti itu rasanya seperti terpenjara. Perempuan juga punya haknya atas dirinya sendiri. Kebebasan tersebut bisa saja didapatkan jika di dalamnya terdapat komunikasi yang baik.

• Communication is the key, they said. Hal yang paling penting tetapi memang… ketika kita berhasil mengomunukasikan tetapi lawan bicaranya tidak bisa diajak berkomunikasi maka sama saja bohong. Seperti ngomong dengan tembok. Dalam cerita ini, Tata sudah berkali-kali mencoba mengomunikasikan semuanya tetapi jawaban sang suami jauh di luar ekspektasinya dan hal tersebut terjadi berkali-kali hingga ia jengah dan tiba di puncak kesabarannya.

• Ego. Di dalam cerita digambarkan bahwa Ibra sebagai suami lebih sering menggangap dirinya paling lelah karena bekerja. Padahal Tata pun melakukan hal yang sama. Ia tidak menghargai Tata dan sangat self centered. Semuanya itu lelah dengan kondisinya masing-masing, harus saling mengerti dan mendengar dari sisi masing-masing.

• Prespektif. Terkadang apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan apa yang terjadi. Mencoba meletakkan diri di sudut pandang masing-masing adalah hal yang harus dilakukan. Jika Ibra mencoba menempatkan dirinya di sisi Tata, maka Tata tidak akan pernah merasa lelah seperti sekarang.

• Paling penting, kenapa orang baru sadar sosok atau hadirnya atau LEBIH MENGHARGAI orang lain ketika orang lain itu pergi? Rasanya bodoh, ketika ada disia-siakan ketika ingin pergi baru merasakan keberadaan. Jahat sekali rasanya. Ini merupakan main point dari cerita ini, semuanya, prespektif, hati, telinga, semuanya diterbuka ketika seseorang hendak pergi. Jadi, tolong, lebih hargailah orang-orang disekitar kalian mulai dari sekarang.

• Kesempatan kedua. Tata sudah memberikan ribuan kali kesempatan selama 29 tahun usia pernikahannya tetapi itu semua dihancurkan oleh Ibra, sampai akhirnya terakhir, Ibra meminta kesempatan untuk tidak bercerai dan Tata menerimanya. Memang… memang semuanya bisa berubah dan yah… memang SANGAT terlambat tetapi setidaknya keterlambatan ini membuat perubahan yang sangat berarti.

Satu hal yang aku salut adalah cara Ibra meyakinkan Tata dan caranya untuk mengembalikan keadaan, mempererat hubungan.

Sekian, tulisanku sudah panjang. Semua orang harus baca ini!

snowonirori's review

Go to review page

emotional inspiring lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

ppaperreads's review

Go to review page

emotional funny hopeful inspiring lighthearted reflective sad

5.0

bookwormdaily's review against another edition

Go to review page

4.0

 
aku greget, kesal dan terharu saat membaca buku ini. curahan hati seorang istri dan ibu rumah tangga tentang kehidupan rumah tangga-nya yang semakin lama membuatnya terus terkurung dan tidak bahagia. 

dari buku ini aku belajar bahwa pada hakikatnya, membangun rumah tangga bukan hanya diupayakan oleh satu orang. dan mempertahankannya bukan hanya sekedar harus cukup dan saling mengerti dalam aspek jasmani tapi juga harus selalu membantu satu sama dalam hal mental. karna dalam rumah tangga setiap individu masih belajar. makanya, saling menguatkan dan saling memperlengkapi penting. beban rumah tangga nggak harus hanya jadi beban-nya satu individu saja. 

fitriaisyah's review against another edition

Go to review page

emotional reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

boo30's review

Go to review page

4.0

Mulanya agak susah beradaptasi dengan umur para karakter di buku ini. Seperti tidak berumur 50-an. Kakek-kakek normal biasanya itu tiap pagi nongkrong depan rumah sambil ngopi. Mungkin habis itu berkebun. Ngasi makan ayam. Atau burung. Ini malah kecanduan game. Mengikuti jaman milenial sekali wow. Kira-kira karakter-karakter ini lahir pas generasi apa ya