Reviews

Mismatch by Arata Kim

tiareadsbooks25's review against another edition

Go to review page

4.0

•recently read•
4/5⭐

❝Dalam hidup, ada fase ketika kita nggak hanya berkaki dua. I don't mean it literally. Orang bilang, sewaktu kecil kita punya empat kaki, dan di masa tua berkaki tiga. Menurutku, ada lagi satu fase ketika kita akan mendapat ekstra kaki meskipun sepasang alat gerak itu sama sekali nggak melekat di tubuh kita. Hal itu ada pada orang lain—pasangan kita.
Tahu kan pernikahan itu hal serius karena dua orang memutuskan untuk menjadi satu? Kita diwajibkan melangkah bersama tak peduli apa pun halangan di depan. Bagaimanapun akhirnya, tujuan awal pernikahan sebenarnya sesederhana membuat hidup nggak hanya jadi milik sendiri, tapi jadi sesuatu untuk dibagikan dan dijalani bareng-bareng.❞
—Page 42

❝But, sometimes you should put yourself first.
Nggak perlu selamanya lo mikirin orang lain di atas lo. Be nice o yourself, too.❞
—Page 94

❝Perubahan penuh ketidakpastian. Dan sejujurnya, gue juga paham. Nyaman dengan situasi yang sudah ada sering bikin gue enggan pergi dan ngubah sesuatu. Gue sangat amat memahami itu.❞
—Page 161

❝Gue—uh, aku maksudnya—bukan ngebet nikah. Cuma, tiap kali ada hal-hal kayak gini, kadang aku mikir juga. Apa aku yang salah karena nggak bisa memenuhi ekspektasi orang? Apa emang aku yang kelamaan? Pada saat orang lain punya pasangan, aku masih sendiri. Nikah udah kayak utang, ditagih terus-terusan.
Padahal nggak ada ekspektasi siapa pun yang perlu kamu penuhi"
Kamu kan yang pernah bilang nikah itu nggak gampang? Biarin orang berekspektasi. Ujung-ujungnya kan hidup punya kamu. Hubungan punya kamu, bukan mereka. Nggak usah terlalu didengerin.
Take your time, Ken. Semua orang punya momentum yang berbeda.❞
—Page 178

❝Pengalamanku juga nggak banyak.
Jatuh cinta itu mungkin soal waktu. Kadang kita harus ketemu sama orang yang salah biar akhirnya ketemu sama yang tepat.❞
—Page 222

❝This... this just different. Aku nggak tahu bagaimana menjelaskannya, dan nggak tahu juga apa semua orang yang dilamar pasangannya merasa begini. Lamaran itu seakan mengubah cara pandangku. There is assurance that you wouldn't be alone, because somebody will be there for you. It feels weird and comforting at the same time.❞
—Page 249

❝Dan aku, mungkin saja akan menyiksa diri jika memaksakan diri dan berusaha membohongi hati.
Bun, kalau rasa sayang hanya menyakiti, apa itu tandanya perasaan tersebut lebih baik diikhlaskan?❞
—Page 304

❝Kalau butuh waktu menenangkan diri, nggak apa-apa. Kamu juga perlu ketenangan. Dan daripada kamu mengkhawatirkan pendapat orang, sebaiknya kamu pikirkan dirimu. Bukan hal yang salah untuk mengambil keputusan untuk diri sendiri. Hidup ini punya kamu kok."
Honestly, this feels weird but also comforting.❞
—Page 311

❝Ternyata rasanya sakit ya, Bun?
Semua luka perlu waktu buat sembuh. Pelan-pelan aja.
Even if it hurts, it's the best choice I've ever made. And there will be a time when my heart finally meet its match. It maybe not today.
But someday, it will. ❞
—Page 330

❝Hubungan kalian memang urusan kalian. Gue mau marah-marah juga, nggak akan ada yang berubah. Hubungan nggak ada yang gampang. Lihat aja gue sama Rob. Namanya jodoh, nggak ada yang tahu. Kita cuma bisa berusaha, kan? Berusaha berjuang atau ngelepasin. Hasilnya mungkin susah buat diterima. Yet we don't have any option beside letting it go and move on.❞
—Page 332

•••

Gimana jadinya klo kalian dilamar sahabat sendiri?

antaresnout's review against another edition

Go to review page

emotional inspiring lighthearted reflective slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No

3.0

blackferrum's review against another edition

Go to review page

lighthearted reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Actual rating: 3,8

Tbh, aku lupa gimana kesan habis baca Asmaraloka, tapi pas baca buku ini samar-samar keinget sama gaya penulisan Arata Kim. Lugas dan ngalir gitu aja. Mana topiknya juga agak menyentil bagi usia-usia rawan pertanyaan, "Kapan menikah?"

Eh, tapi ini lebih parah, ya. Tiba-tiba diajak menikah sama sahabat sendiri pula. Momennya itu, lho. Jelas aja Kenizia kabur karena sahabatnya, Gio, nih aneh banget. Bisa aja Ken mengabaikan ajakan itu, tapi Gio malah nyusul dia ke Bandung dan meyakinkan kalau ini wajib dicoba dulu. Awalnya semua berjalan semestinya, sampai sebuah fakta terbuka dan membuat Ken harus memikirkan kembali keputusannya.

Dulu pernah ada teman bilang novel ini draggy. Ya, aku akui memang banyak bagian yang kesannya kayak haruskah dimasukkan? Dan itu nggak hanya beberapa halaman aja, tapi hampir setengah buku. Pertama, aku enjoy baca ini, kayak ya nggak sempat mikir ini tuh, draggy banget. Tapi habis itu sadar, kenapa kesannya penulis masukin adegan-adegan nggak penting.

Bagian nggak penting itu sebenarnya malah proses Ken buat attach ke Gio. Belasan tahun sahabatan, mendadak dilamar, jelas pandangan Ken ke Gio berubah. Jadi canggung? Pasti. Nah, si Gio juga ngebet banget, usaha dia buat meyakinkan Ken kalau dia emang serius dengan ngajaklah menjalani hubungan-lebih-dari-sahabat ini. Ya supaya lebih bisa dinilai sama Ken gitu. Sebenarnya banyak bagian yang rasanya nggak banget tuh ya di sini, di bagian mereka merekatkan hubungan ini.

Alasan penulis bikin banyak momen yang serasa fan service itu nggak lain buat memperlihatkan perubahan perasaan Ken ke Gio. Gimana awalnya nggak terbiasa dengan kedekatan lebih dari sahabat sampai merasakan "sesuatu"nya. Jadi, bagiku walaupun draggy ya wajar aja, kalo di-skip malah nanti ngiranya insta love, terus "kok tiba-tiba bisa begini?" meskipun udah dikasih timeline. 

Terus soal karakterisasi, hmm stabil dan konsisten, sih. Konsisten juga sebel sama Gio wkwkwk dia tuh, apa ya, nggak bisa instrospeksi sama satu kesalahannya. Udah itu aja. Aku nggak bisa spill bagian mana karena bakal spoiler. Yang pasti, soal salah siapa di akhir tuh, salah dua-duanya. Keadaan kali ya yang salah (eh, ada campur tangan Gio juga, wkwkwk tetep), cuman kayak ya yaudah mau gimana.

Soal ending, bagiku ini happy ending, kok. Mereka pantes mendapatkan kebahagiaan sendiri tanpa terpengaruh lagi dari luar.

Satu lagi, cover-nya gorgeous!

nininokotoba's review

Go to review page

  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

1.5

vvanillapopcorn's review against another edition

Go to review page

emotional funny lighthearted relaxing sad tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

kernamalia's review

Go to review page

emotional funny hopeful relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

5.0

Sukak banget! No debat!😭
Karakter kuat, develop karakter bagus, plot cerita attachable, ending juga perfect 🥲👍

5/5🌟

•friend to lovers trope
• 2 pov
• cerita romansa yg bisa bikin hati berbunga-bunga dan menghangatkan hati di saat yg sama.

Ceritanya sbnernya cliche. Ttg temn deket yg akhirnya merasakan jatuh cinta. Cuma ada sensasi berbeda yg kudapat dr buku ini.

•Di sini kalian ga akan nemuin cerita 'si cowok udah mendem perasaanya dr lama, blabla' nope! Lucunya si cowok ini ga pernah nyadar, hingga ada 1 moment di mana dia kyk ditimpuk sama Tuhan trus baru engeh "lah? Gue suka yak ama temen gue?" Dan tau di detik itu apa yg dilakuin?
Langsung nyeletuk "Ken, nikah yuk" macem ngajak makan siang, ya bebs🤡

•Kalian jg g akan nemuin sikap si cowok berubah 180° jd romantis stelah nyadar dia suka ama temennya, KARNA TRNYTA SLAMA INI DIA EMANG UDA CARE DR AWAL tp dia ga engeh jd ya effortless aja sikap manisnya 😂
Berubah panggilan aku-kamu aja ga ada, masih anjir2 an 😂

•ga akan ada jg tuh sikap tokoh cewek yg bikin gregetan & bilang 'ga mau hubungan pertemananya ancurlah, blabla'. Aku suka gmn tokoh ceweknya bersikap. Walau di saat itu dia ga suka & bingung, tp dia mau ngasih kesempatan


ALAY BANGET GUE NANGIS 4 BAB TERAKHIR😭😭

Wah sulit move on nih gue. Ga nyangka endingnya begitu, tp terasa lega. 

whimsicalona's review against another edition

Go to review page

4.0

4/5 bintang.

Bagiku yang jarang baca romansa, apalagi trope friends to lovers, buku ini cukup menyenangkan buat dibaca. Nggak perlu mikir banyak, tinggal dinikmati saja.

Bercerita tentang Gio, yang tiba-tiba saja melamar bestienya, Kenizia aka Ken, di pernikahan teman akrab mereka juga, Risa dan Adit. Ken tentu saja bingung, tapi memilih untuk melanjutkan arus yang telah terjadi. Namun, di tengah jalan, ada sesuatu yg menggoyahkan hati Ken. Di situlah, hubungan Ken dan Gio diuji.

Seperti yang kubilang, aku bukan penikmat romansa. Ini membuatku kurang bisa menilai apakah buku ini merupakan buku romansa yang akan disukai orang yang memang suka genre romansa. Menurutku, buku ini slow-paced di awal, tetapi mengalir cepat di 1/3 akhir. Konfliknya khas kisah cinta ala orang dewasa muda ibukota. Bahasa yang dipakai juga khas Jakarta banget, lo-gue dan perpaduan antara bahasa Indonesia kasual dan Bahasa Inggris. Menggunakan dual PoV, buku ini mengupas satu per satu masalah yang ada dari dua sudut pandang tokoh utama, membuat kita mengetahui cerita dari masing-masing pihak.

Menyambung poinku sebelumnya, laju alur buku ini di 2/3 awal terasa pelan. Membuatku bingung di saat tertentu, apa sih yang jadi titik balik atau konflik sebenarnya dari buku ini? Apa yang bikin buku ini 'memanas' dan engaging? Dan ternyata aku hanya perlu sabar dan akhirnya menemukan jawabannya di menjelang akhir buku. Hint untuk jawabannya: judul buku ini.

Menurutku, ending dari buku ini sangat masuk akal dan nggak terasa dipaksakan. Aku secara personal suka sama endingnya, karena tidak terkesan memaksa agar pembaca terpuaskan dengan ending mainstream. Tokoh Ken dan Gio juga terasa banget relate sama kehidupan. Apalagi dengan Gio sebagai dokter yang dunianya nggak asing bagiku. Penulis tentu menuangkan risetnya pada buku ini dengan baik dan sungguh-sungguh dan aku sangat senang akan hal tersebut.

Namun, aku nggak bisa memberikan bintang lebih dari empat untuk buku ini. Menurutku, buku ini bisa dipotong sedikit di bagian tengah agar langsung menuju konflik utama. Foreshadowing tentang konflik tersebut kurang terasa karena nggak banyak momen Gio atau Ken merenungi perasaannya. But nonetheless, I did enjoy reading this book so much. Bukunya ringan dan membuatku kembali semangat membaca.


Nb. Aku suka banget sama covernya. Perpaduan warnanya cantik dan elegan. Dan satu lagi. Aku menemukan Easter Egg di buku ini yang berhubungan dengan buku author sebelumnya, Asmaraloka.

ossyfirstan's review against another edition

Go to review page

emotional lighthearted slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

More...