Reviews

Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh by Dee Lestari

captainwasnotthere's review against another edition

Go to review page

4.75

Seruuu bgttt, dari buku ini jadi tertarik belajar psikologi anak.

ethersnow's review against another edition

Go to review page

adventurous mysterious medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

nrannisak's review

Go to review page

4.0

Siapa sangka ada kariage kun di sini.

pluviosity's review

Go to review page

3.0

Not bad laaah.
Meskipun jujur saya lebih terhibur sama catatan-catatan kaki, kata pengantar di bagian depan, dan poster anjing hilang di bagian belakang. (Udah ketemu belum sih?)


Update 2012:
gambar tentang launching buku ke-4 Supernova melintas di linimasa Facebook. Saya sempat girang dan mendadak antusias sekitar 3 detik; sebelum akhirnya sadar kalo setelah buku pertama, saya gak pernah lanjut ngikutin serial Supernova. :p

Buku pertama tidak membuat saya kecewa, tapi juga tidak membuat saya cukup tertarik untuk mengikuti tulisan Dewi Lestari. (sori mbak Dee :P)

it's just another case of 'happened to be not my cup-of-tea'

tiareadsbooks25's review against another edition

Go to review page

4.0

4.3/5⭐

Dimas dan Reuben sedang menciptakan sebuah karya roman yang dapat menjembatani semua percabangan sains serta mampu menggerakkan hati banyak orang. Masterpiece ini diberi judul Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh (KPBJ). Dalam kehidupan nyata, ada sebuah kisah yang begitu mirip dengan karya Dimas dan Reuben. Ada Ferre sebagai Kesatria dan Rana sebagai Putri yang menjalin cinta terlarang. Juga ada Diva yang mempresentasikan tokoh Bintang Jatuh.

Super telat banget baru baca buku ini 20 tahun setelah pertama terbit. Tapi bukan kah tiap pembaca akan menemukan buku yang tepat di waktu yang tepat juga? So, instead of regret it, I'm glad that I read this book right now.

Jujur agak ragu mau lanjut baca buku ini karena beberapa halaman awal langsung disuguhi dengan penjelasan membingungkan tentang teori matematika dan fisika kuantum. Well, those subjects isn't my thing, especially physics. I hate it to death! Tapi, semakin aku membalik halaman demi halamannya, aku seolah tersihir dengan ceritanya.

Can you imagine, science integrated with love story? It's indeed a masterpiece! Buku ini sangat page-turner karena aku dibuat penasaran untuk mengikuti kisah Ferre-Rana-Diva yang begitu memikat. Juga diskusi panjang antara Dimas dan Reuben yang mind blowing.

Bisa dibilang, premis yang diangkat Dee Lestari di buku KPBJ ini begitu biasa dan sederhana. Namun, tak bisa dipungkiri, Dee begitu piawai dalam meramu kata-kata menjadi karya yang menawan. Aku suka dengan gaya penulisannya yang selalu berhasil membuatku tak bisa berhenti membaca.

#tiareadsbooks #tiawritesreviews

•••

FAVE QUOTES:

❝Tidak ada awal dan akhir. Tidak ada sebab dan akibat. Tidak ada ruang dan waktu. Yang ada hanyalah Ada. Terus bergerak, berekspansi, berevolusi. Sia-sialah orang yang berusaha menjadi batu di arus ini, yang menginginkan kepastian ataupun ramalan masa depan karena sesungguhnya justru dalam ketidakpastian manusia dapat berjaya, menggunakan potensinya untuk berkreasi.❞
—Page 7-8

❝Bahwa kebenaran yang utuh baru kamu dapatkan setelah melihat kedua sisi cermin kehidupan. Tidak cuma sebelah.❞
—Page 10

❝Well, semua peristiwa hanyalah semata-mata peristiwa, tapi cara kita menyikapinyalah yang memberi label, kan? Entah itu diberi judul tragedi atau keberuntungan.❞
—Page 155

❝Segalanya terjadi tak terduga-duga. Hanya ada satu yang pasti dalam hidup, yaitu ketidakpastian. Hanya ada satu yang patut Anda harapkan datang, yaitu yang tidak diharapkan.❞
—Page 227

❝Berhenti memilah antara apa yang diinginkan dan tidak, lalu stagnasi hanya karena Anda berkeras atas sesuatu yang sebenarnya harus berubah. Berhenti juga menilai baik-buruk dari apa pun. Bahkan untuk itu Anda hidup. Anda adalah pengamat dan penikmat. Bukan hakim.❞
—Page 227

❝Saya percaya setiap manusia dapat mewujudkan surga, neraka, berlaku seperti malaikat, dan menjadi iblis itu sendiri.❞
—Page 286

rise's review against another edition

Go to review page

1.0

Re-read. Dulu ngasih tiga bintang, sekarang ngasih satu bintang saja.

Saya yakin ini cuma persoalan selera saya. Toh lebih banyak yang suka ketimbang terganggu dengan novel ini. Pertama kali baca (beberapa tahun lalu saat usia saya masih belasan) dan dulu merasa buku ini "wah banget." Saya bahkan baca sampai seri ketiga dan punya opini yang bagus tentang ketiganya. Sekarang baca lagi dan merasa gagal paham dg ceritanya. Buku ini saya baca dari November/Desember tahun lalu dan baru selesai pagi tadi. Selesai pun karena akhirnya skimming dan skip skip di sepertiga akhir novel.

Kesan paling kuat yg saya tangkap dari novel ini cuma satu: bahasan yang sulit (filsafat, fisika, dkk itu) terkesan hanya tempelan semata yang kalau ga ada pun sebenarnya gapapa (tapi kalau ga ada jadinya cuma cerita menye-menye aja sih).

Last verdict: will not read the series again.

kalamala's review against another edition

Go to review page

challenging sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes

4.5


Expand filter menu Content Warnings

irfan3's review

Go to review page

4.0

Bahasanya berat dan kurang mengalir, endingnya nanggung.
Lebih bagus yang buku 3 : Petir menurutku.

ativonmi's review

Go to review page

5.0

Wow.... Aku speechless banget bu Dewi bisa buat karya sebegitu kompleks ini... Yang bahas hubungan antar manusia dan dianalogikan pake hipotesis bahkan teori fisika. Uniknya lagi novel di dalam novelnya malah bahas ekonomi. Bener-bener speechless...

Aku sempet baca berkali-kali setiap bagian Reuben sama Dimas berdialog, bener-bener kok bisa mereka kalau dialog sekompleks itu? Apalagi Dimas, kok dia bisa memahami apa yang dibahas Reuben? Ga heran mereka cocok satu sama lain dan saling mencintai Pokoknya Aku kagum banget sama mereka!! Kalau bisa juga aku pingin punya otak yang sama kek mereka, biar ga terlalu pusing waktu Ujian