Scan barcode
inquiry_from_an_anti_library's review against another edition
challenging
informative
slow-paced
2.0
This is an epistemological approach to science. Explaining the methodology of empirical science. What matters is the testability of the claims and hypothesis, or rather, the ability to falsify them. The tests need not be done, but they must have the capacity of being tested. The method of exposing to falsification the systems to be tested, the ideas to be refuted. Statements made via falsifications cannot be verified or justified, as more tests can be done. Testing ends when the researcher decides to end them, preventing an infinite regression of tests. It is a decision that researcher make to end the testing when satisfied with the result, albeit a temporary end.
In order to have a rational discussion in science, the researchers need feedback from each other ideas and those who came before. The search is for feedback not to support the conclusions, but to refute them. Many researchers use the inductive method of making inferences, but the problem with the inductive method is that no matter the amount of data gathered, inferences are subject to being altered to potential additional data. Theories try to explain the world, with the aim to refine the theories further. Theories fate depend on decision being made whether to accept or reject them. The empirical information within a theory depends on the degree with which it is falsifiable. A big portion of the book deal with proving that probability is not scientific as the frequency results cannot be verified no matter how numerous and favorable.
The book becomes progressively more difficult to read. After the explanation of basic ideas, the author uses logical and mathematical proofs to showcase examples about the ideas. But to understand them requires having a lot of background knowledge in those areas. Some parts may be difficult to read as this is a translated book. At times, Popper uses reflections to make comment on a topic, reflections on what other people thought about certain ideas. The problem is that sometimes it is difficult to know what Popper is reflecting on, as the ideas from others are given too short of a synopsis.
In order to have a rational discussion in science, the researchers need feedback from each other ideas and those who came before. The search is for feedback not to support the conclusions, but to refute them. Many researchers use the inductive method of making inferences, but the problem with the inductive method is that no matter the amount of data gathered, inferences are subject to being altered to potential additional data. Theories try to explain the world, with the aim to refine the theories further. Theories fate depend on decision being made whether to accept or reject them. The empirical information within a theory depends on the degree with which it is falsifiable. A big portion of the book deal with proving that probability is not scientific as the frequency results cannot be verified no matter how numerous and favorable.
The book becomes progressively more difficult to read. After the explanation of basic ideas, the author uses logical and mathematical proofs to showcase examples about the ideas. But to understand them requires having a lot of background knowledge in those areas. Some parts may be difficult to read as this is a translated book. At times, Popper uses reflections to make comment on a topic, reflections on what other people thought about certain ideas. The problem is that sometimes it is difficult to know what Popper is reflecting on, as the ideas from others are given too short of a synopsis.
naufalriady's review against another edition
5.0
“satu triliun angsa putih tidak membuat pernyataan semua angsa putih benar,sedangkan satu angsa hitam cukup membuat pernyataan semua angsa putih salah”
Karl Popper sebagai seorang filsuf epistemologi mendobrak dunia ilmiah,dengan teori Falsifikasi (pembuktian bahwa suatu pernyataan itu salah) di bukunya ini. Pertama kali aku tau Logika Ilmiah ini saat aku SMA. Saat SMA aku sedang bingung-binggung nya mencari apakah bumi ini bulat atau datar? Apakah manusia pernah pergi ke bulan atau tidak? Dari dua sisi yang berlawanan itu aku liat dan aku baca. Bukannya aku tambah tau aku malah tambah pusing. Sampai akhirnya di internet aku bertemu dengan metode dan cara pikir penemuan ilmiah. Dengan menggunakan metode ini aku lebih mudah menyeleksi informasi yang masuk. Tak peduli seberapa banyak buku yang kamu baca,jika logika penalaran mu masih berantakan maka kesimpulan yang kamu ambil dari berjuta buku yang kamu baca juga berantakan.
Ketika saya memiliki argumen biasanya saya sering mencari yang setuju dan yang hanya mendukung argumen saya. Sudah lama saya terjebak ke dalam bias konfirmasi. Nah ini lah yang membuat saya tidak kritis dan tidak bisa menerima kritik. Sejuta angsa putih tidak membenarkan pernyataan bahwa semua angsa itu putih tetapi satu angsa hitam sudah cukup untuk membuktikan bahwa pernyataan semua angsa putih itu salah. Dengan metode ini saya selalu menguji argumen saya,jika saya memiliki argumen yang saya cari bukan lah yang mendukung argumen sayatetapi argumen yang membuktikan saya salah,pada fase ini saya menggunakan metode falsifikasi milik Karl Popper.
Argumen -> Falsifikasi-> Argumen baru -> Falsifikasi -> Argumen baru -> ?
Tanda tanya disitu adalah momen dimana saya tidak menemukan ada yang bisa menyalahkan argumen saya lagi,tetapi saya membuka kemungkinan jika suatu saat ada argumen/tesis yang membuktikan argumen/tesis saya salah.
Karl Popper sebagai seorang filsuf epistemologi mendobrak dunia ilmiah,dengan teori Falsifikasi (pembuktian bahwa suatu pernyataan itu salah) di bukunya ini. Pertama kali aku tau Logika Ilmiah ini saat aku SMA. Saat SMA aku sedang bingung-binggung nya mencari apakah bumi ini bulat atau datar? Apakah manusia pernah pergi ke bulan atau tidak? Dari dua sisi yang berlawanan itu aku liat dan aku baca. Bukannya aku tambah tau aku malah tambah pusing. Sampai akhirnya di internet aku bertemu dengan metode dan cara pikir penemuan ilmiah. Dengan menggunakan metode ini aku lebih mudah menyeleksi informasi yang masuk. Tak peduli seberapa banyak buku yang kamu baca,jika logika penalaran mu masih berantakan maka kesimpulan yang kamu ambil dari berjuta buku yang kamu baca juga berantakan.
Ketika saya memiliki argumen biasanya saya sering mencari yang setuju dan yang hanya mendukung argumen saya. Sudah lama saya terjebak ke dalam bias konfirmasi. Nah ini lah yang membuat saya tidak kritis dan tidak bisa menerima kritik. Sejuta angsa putih tidak membenarkan pernyataan bahwa semua angsa itu putih tetapi satu angsa hitam sudah cukup untuk membuktikan bahwa pernyataan semua angsa putih itu salah. Dengan metode ini saya selalu menguji argumen saya,jika saya memiliki argumen yang saya cari bukan lah yang mendukung argumen sayatetapi argumen yang membuktikan saya salah,pada fase ini saya menggunakan metode falsifikasi milik Karl Popper.
Argumen -> Falsifikasi-> Argumen baru -> Falsifikasi -> Argumen baru -> ?
Tanda tanya disitu adalah momen dimana saya tidak menemukan ada yang bisa menyalahkan argumen saya lagi,tetapi saya membuka kemungkinan jika suatu saat ada argumen/tesis yang membuktikan argumen/tesis saya salah.
danslimmon's review
4.0
Longer than it needs to be. I got the point (and it's a great point!) in the first 75 pages or so.
I will definitely take away from this book a deeper appreciation for falsifiability as the foundation of scientific knowledge.
I will definitely take away from this book a deeper appreciation for falsifiability as the foundation of scientific knowledge.