Reviews

Lebih Senyap dari Bisikan by Andina Dwifatma

cornflovvers's review

Go to review page

4.0

Kisah hidup seorang perempuan. Bagaimana dia setelah menikah 8 tahun, tidak kunjung diberikan momongan. Alhamdulillah setelahnya dia diberikan amanah setelah berbagai usaha yang dilakukan. Namun, tak lama rumah tangganya diberikan sebuah ujian.

Suaminya merugi besar dengan mempertaruhkan harta untuk modal usaha, namun, takdir berkata lain, usaha nya gagal. Mereka harus pindah ke kontrakan kecil karena keuangan mereka sangat kacau.

Dari kisah di buku ini, ada beberapa pelajaran yg saya ambil, khususnya dari pandangan seorang muslim:
- Sebisa mungkin, bahkan jangan sampai kita menikah dengan orang yg berbeda keyakinan. Bukan toleransi, itu dosa besar.
Bahkan anak dari hasil pernikahan beda agama itu termasuk hasil perzinaan, dan tidak boleh mendapatkan nasab bapaknya. Jangan karena keegoisan kita, anak menjadi korbannya, dia yg menanggung beban berat nantinya!
- Menikahlah dengan restu orang tuamu, apalagi Ibu. Percayalah hidup tanpa ridho orang tua itu akan menjadi sulit. Pasti ada saja nantinya halangan dan cobaaan yg bakal dihadapi pada setiap langkah hidup.
- Menjadi perempuan itu istimewa. Kadang kita itu lebih kuat dari kelihatan nya. Tuhan menciptakan perempuan itu sebagai makhluk yang kuat dan istimewa.

tazettaflowy's review

Go to review page

emotional inspiring reflective relaxing sad medium-paced

4.5

nilajada's review

Go to review page

5.0

bagus banGEEETTT ga ngerti mau ngomong apalagi. awalnya aku pikir ya lebih ke usaha kedua tokoh buat meyakinkan kedua orangtua supaya bisa lanjut ke jenjang pernikahan.... tapi ternyata lebih dari itu. rasanya bener-bener dibawa dan liat langsung perjalanan rumah tangga kedua tokoh dan jujur sakit banget pas baron mulai gagal trading terus berimbas ke finansial baron sama amara. dari sini jadi tau beratnya jadi perempuan dan sosok ibu, nangisssss banget pas tau perjuangan amara supaya dia tetap hidup dan puncak pas dia hampir gitu ke anaknya :") gak kebayang gimana hancur perasaan dia pas sadar ngelakuin hal itu dan pas dia bilang gak bisa dekat-dekat sama anaknya sendiri.

tiareadsbooks25's review

Go to review page

5.0

•read•
4.5/5⭐

❝Kusebut nama Yuki perlahan, begitu pelan, lebih senyap dari bisikan.❞
—Page 140

•••

Selama 8 tahun, Amara dan Baron menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia meskipun child-free. Hingga akhirnya tuntutan sosial membuat keduanya memutuskan untuk memiliki anak, sebagai 'penyempurna' keluarga kecil mereka. Sayangnya, keputusan itu bukan tanpa konsekuensi. Mereka malah jungkir balik dalam kompleksitas hidup.

Ini merupakan buku pertama Andina Dwifatma yang aku baca. Aku menikmati gaya bercerita Kak Andina yang blak-blakan, jenaka, dan tanpa tedeng aling-aling. Premis cerita yang sederhana dikemas dengan begitu ciamik dan enak diikuti. Buku ini pun sangat mengalir dan page-turner! Aku bahkan melahap buku ini hanya dalam 3 jam.

Jangan tertipu dengan cover design-nya yang terkesan sederhana dan manis. Buku dengan tebal 152 halaman ini menyuguhkan konflik yang cukup berat dan padat dengan isu-isu yang dekat di kehidupan sekitar. Dari lika-liku pernikahan, perjuangan suami-istri untuk memiliki momongan, hingga menjadi orang tua.

Buku ini begitu jujur membawa pembaca memasuki fase kehidupan Amara—dari perempuan lajang, seorang istri, hingga menjadi seorang ibu—yang sangat nyata dan dekat dengan banyak perempuan di luar sana. Tanpa glorifikasi berlebihan, buku ini memperlihatkan perjuangan seorang perempuan dan seorang ibu, yang tetap kuat meski dalam senyap.

Aku memang belum menikah dan tidak bisa sepenuhnya relate dengan kisah Amara. Namun, buku ini memberikan sedikit gambaran tentang menjadi seorang istri dan seorang ibu. Buku ini memiliki banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil, seperti: perlunya kesiapan fisik dan mental untuk berumah tangga dan menjadi orang tua, penerimaan keluarga akan pasangan hidup yang kita pilih, serta konsekuensi yang muncul atas keputusan yang kita ambil.

Perasaan kayak diaduk-aduk pas baca buku ini! Dari mulai ketawa ngakak karena banter Amara-Baron yang lugas dan sarkas, terenyuh akan perjuangan Amara untuk hamil, ngilu dan ngeri pas proses melahirkan dan menyusui, geram sama kelakuan Baron, kaget akan keadaan mental Amara, juga frustrasi karena apa yang terjadi di akhir.

After all, I highly urge any woman to read this book! Men are welcome to read it since it will help them comprehend women's and mothers' struggles. I hope this book inspires you to respect and appreciate all women worldwide!

P.S. If you have a pessimistic view of marriage, I wouldn't recommend reading this book because it will make you even more anxious about the idea.

•••

#tiareadsbooks #tiawritesreviews

kumomikureads's review

Go to review page

4.0

Buku ini terlalu nyata. Selesai baca rasanya hampa banget. Kesedihan tak berkesudahan sampai akhir. Nggak disarankan buat mereka yang punya kekhawatiran tentang kehidupan setelah menikah, takutnya makin paranoid jadinya. Aside from that, penulisannya sangat ngalir dan enak dibaca.

patjarcina's review

Go to review page

5.0

Setelah baca buku-buku tentang childfree, akhirnya aku baca buku tentang perjuangan seorang istri sekaligus menjadi ibu. Rasanya mau nangis aja kalo aku di posisi Amara.

Aku jadi tau pov seorang perempuan yang pengen banget punya anak.

Worth to read!!! Bacanya seru meski agak stress dikit.

shanya's review

Go to review page

4.0

njir

BUKU INI... bikin aku shock.

jadi, beberapa waktu yang lalu aku sempat bikin giveaway "annotated book" di twitter. bukunya aku baca dan anotasi dulu. setelah itu, baru aku kirim ke pemenangnya. bebas mau buku apa dan pemenangnya aku pilih berdasarkan alasan kenapa bukunya harus dibaca. seru juga ternyata!

baca reply tentang buku Lebih Senyap dari Bisikan ini bikin aku tertarik banget. sebelumnya aku belum pernah dengar judulnya. dan sekarang aku sangat tidak menyesal udah pilih dan baca buku ini.

disclaimer: aku jarang banget baca buku tentang pernikahan. biasanya baca cerita remaja mulu... jadi terkejut banget baca bukunya.

buku ini menceritakan tentang Amara dan Baron, sepasang suami-istri, yang sudah beberapa tahun hidup child-free namun akhirnya memutuskan untuk memiliki anak (karena tuntutan sosial). dan hal itu nggak mudah. baik sebelum atau sesudahnya.

buku ini tipiis banget. nggak nyampe 200 halaman. bagian awal buku mungkin agak kurang bikin "hooked" tapi aku selesaikan setengahnya dalam sekali duduk! padahal aku slow reader banget. ada ups and downs yang sangat bikin geregetan dan sepertinya bakal banyak perempuan yang merasa relatable sekali dengan ceritanya, whether you're married or not. i mean, it's about womanhood and motherhood.

pokoknya, kamu yang sekarang lagi baca sampai sini harus baca buku ini! bagus. serius. adek aku yang biasanya gak pernah baca buku aja baca ini. well, aku lebih menyarankan baca bukunya tanpa tau apa-apa, jadi biar lebih surprise aja gitu

umilia's review

Go to review page

2.0

Kukira novel ini tentang perjuangan perempuan melawan stigma dan tuntutan dari orang-orang sekitar. Tentang harus menikah di usia sekian, tentang harus punya anak sebelum usia sekian, tentang harus stay at home dan mengurus rumah saja, dsb. Tapi banyaknya plot yang ditawarkan dengan latar belakang cerita yang kurang detail, bikin aku sebagai perempuan jadi kurang terhubung dengan kehidupan Amara.

headliner's review against another edition

Go to review page

emotional sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

HADAAAAHHH aku gak tau berapa banyak aku narik dan hembusin napas berulang kali selama baca buku ini.  Menurutku Lebih Senyap dari Bisikan merepresentasikan apa yang kerap terjadi di kehidupan berumah tangga. Gak bisa dipungkiri juga kalau cerita yang ada di buku ini kadang kita temuin di sinetron-sinetron.

Rasanya dibuat emosi dan mual sama apa yang dialamin tokoh Amara - juga bagaimana lagi dan lagi perempuan yang harus mengalami semuanya. Aku juga dibikin heran dengan bagaimana Amara tetap lanjutin hubungannya sama Baron sewaktu pacaran dan memutuskan untuk menikah. However, love is blind. Isn't it?

Aku sendiri suka banget sama penulisan Kak Andina yang tertata rapi, jadi sewaktu baca ngerasa ngalir sampai akhir dan bisa nikmatin alurnya. Mulai dari bagaimana Amara dan Baron berjuang untuk punya momongan, saat hamil dan proses melahirkan, diceritain juga sewaktu mereka awal kenal sampai pacaran, dan all the ups and downs they had life in their marriage life. Yah... kehidupan berumah tangga jelas gak mudah dan punya anak pun bukan hal yang bisa dianggap enteng diserahkan ke satu pihak aja.

Menurutku, orang-orang perlu baca ini untuk dapatin insight dan pelajaran yang bisa dipetik. Khususnya saat mempersiapkan diri dengan pasangan ke jenjang yang lebih matang supaya (aku berharap) gak mengalami hal yang serupa. But, be aware sebab ada bagian-bagian yang cukup triggering. 

Expand filter menu Content Warnings