Reviews

The Dancer: Novel by Ahmad Tohari

any_green's review against another edition

Go to review page

emotional sad tense medium-paced

4.5

ativonmi's review against another edition

Go to review page

4.0

4/5⭐

3 buku dalam satu judul "Ronggeng Dukuh Paruk"
Jadi, enggak heran kalau lumayan panjang halamannya. Cerita tentang Ronggeng dan segala hal melekat padanya dijelaskan secara detail disini.

Terdapat banyak pov jadi lumayan beragam, dan tentunya makin banyak usaha yang saya lakukan untuk menjiwai khayalan saya tentang Dukuh Paruk dan segala isi orang-orangnya.

Kisah antara Rasus dan Srintil buat saya ikutan sedih. Dan setelah munculnya Bajus, saya pikir dia beneran laki-laki yang baik, nyatanya plot twist yang ada buat saya kaget. Terlebih endingnya yang beneran buat saya sedih. Beneran kaget, soalnya;(

Saya pikir sewaktu dibagian akhir masih terdapat klimaks yang saya harapkan, ternyata tidak

celinafaramitha's review against another edition

Go to review page

5.0

Dengan bangga saya mendeklarasikan diri sebagai penggemar Ahmad Tohari!!!!

Buku ini, adiktif. Saya merasa digiring dan tidak sempat memikirkan endingnya. Tapi disitulah kesukaan saya, plotnya benar-benar gak tertebak.

Saya membaca buku ini bertiga secara bergantian. Saya, Eko dan Niti.
Kami memiliki pandangan yang sama bahwa tokoh antagonis yang selama ini kita benci Nyai Kartareja, bukanlah tokoh jahat yang sebenarnya melainkan Rasus sendiri.

Bahasanya ringan sekali, tak perlu saya baca seratus kali paragraf yang sama seperti halnya saya sedang baca buku-buku Pram. Saya juga tak perlu utek-utek kamus bahasa Indonesia.

Buku ini adalah penyatuan trilogi Dukuh Paruk. Buku satu sudut pandang Rasus, buku dua sudut pandang orag ketiga serba tahu dan buku terakhir berubah-ubah sudut pandangnya diantara dua itu.

Seperti biasa Ahmad suka sekali mendeskripskan sesuatu secara detil. Saya habis-habisan memainkan "Sang Penari" di kepala menurut versi saya sendiri, hasil dari membaca novel ini. Sungguhlah saya telah temukan mahakarya.

Saya tak tahu harus menulis apa lagi.
Tapi ini salah satu buku yang harus kamu baca sebelum mati, apabilah tidak arwahmu mungkin gentayangan karena tidak afdol hidup di dunia ini (lebay)

radioslave's review against another edition

Go to review page

adventurous challenging dark emotional reflective sad tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

4.25

"Semuanya mengingatkan Sakarya akan sebatang pohon kelapa yang ditiup angin. Bila angin bertiup dari utara pohon itu akan meliuk ke selatan. Bila angin reda pohon itu tidak langsung kembali tegak, melainkan berayun lebih dulu ke utara. Seperti pohon kelapa itu; sebelum kehidupan kembali tenang lebih dulu harus terjadi sesuatu.”


The book immerses readers in the enchanting world of Indonesian village life, offering a poignant exploration of tradition, love, and societal norms.

Through the character of Srintil, the book provides a compelling glimpse into the complexities of rural existence and the struggles faced by individuals torn between preserving cultural heritage and embracing modernity. 

The book's strengths lie in its richly drawn characters and evocative storytelling, which transport readers to a bygone era filled with passion and drama. However, some critics have noted that the plot may unfold at a leisurely pace, and certain characters may conform to stereotypical roles. Additionally, the narrative may occasionally veer into predictable territory.

Nevertheless, the book remains a captivating read that offers valuable insights into Indonesian culture and the human condition. Its adaptation into a film further cements its status as a beloved classic in Indonesian literature.

firstyakn's review against another edition

Go to review page

dark emotional sad medium-paced

5.0

arts's review against another edition

Go to review page

adventurous challenging dark emotional mysterious sad tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

bilfy's review against another edition

Go to review page

4.0

membaca ini rasanya harus selalu nrimo ing pandum karena Srintil dalam bahasa jawa itu artinya tai kambing. aduh tapi sakit hatiku mengikuti perjalanannya. ada yang kurang di beberapa titik cerita. tak apalah. masih bagus!

ulyazmh's review against another edition

Go to review page

5.0

Tentang tradisi dan perubahan. Tentang Srintil, sang ronggeng kebanggaan Dukuh Paruk, tentang pilihan hidupnya dan hidup yang “dipilihkan” untuknya.

Buku ini ditulis dengan indah dan penggambaran suasana yang sangat apik. Setiap kalimat kubaca dengan saksama dan aku merasa betah untuk berlama-lama meniti tiap kata yang ada di dalamnya.

momocaaa's review against another edition

Go to review page

dark emotional tense medium-paced

5.0

cintantyasr's review against another edition

Go to review page

5.0

Pantaslah kalau novel ini menjadi karya sastra legendaris Indonesia.

Saya menilai sebuah buku biasanya bagaimana plot awal, di tengah, dan akhir menuju ending. Biasanya buku bagus diawali dengan bab awal yang menarik (nilai mutlak), kemudian di tengah agak membosankan atau sangat membosankan, dan kemudian akhir cerita yang menjadi penentu apakah buku ini benar-benar bagus atau tidak. Buku ini memiliki bagian awal yang alami dan indah, bagian tengah yang meskipun saya akui agak membosankan (layaknya buku sastra dengan pembaca dengan kemampuan 'rata-rata' kayak saya :p) tetapi masih menarik untuk diikuti, dan dibagian akhir ketika Rasus bermonolog tentang dirinya seakan menjadi sebuah babak akhir yang sangat sangat menyentuh. Akhir buku ini yang entah kenapa menjadi begitu hidup menjadi obat dari kebosanan saya membaca bagian tengah buku ini, melengkapi kesempurnaan buku ini.

Karakter Srintil yang seorang wanita cukup kuat digambarkan oleh Penulis yang adalah seorang laki-laki. Sedangkan karakter Rasus yang menjadi pendamping Srintil begitu dalam emosinya, sampai saya menjadi kagum sendiri dengan kejujuran; keberaniannya; dan pemikirannya dalam kepolosan seorang penduduk dari pedukuhan terpencil.

Pada intinya, buku ini menurut saya, memiliki makna rasa cinta dan kasih sayang yang begitu dalam antara dua orang manusia yakni Rasus dan Srintil (terutama Rasus sebagai lelaki) yang dibumbui dengan mempertahankan harga diri, kebudayaan sosial masyarakat pedesaan (menjadi cermin masyarakat Indonesia sesungguhnya sebelum datangnya modernitas), pengorbanan, dan perjuangan hidup.

Tidak pintar memang saya mendeskripsikan dengan kata-kata tentang buku ini. Lebih baik jika memang ingin membaca karya sastra Indonesia haruslah buku ini dijadikan bacaan wajib karena tidak akan kecewa untuk melahapnya sampai habis.